Lembut suasana pagi hari, hangat sang Surya menemani. Menerobos masuk ke setiap celah yang ada. Ruangan putih itu, menjadi semburat jingga dengan dua insan yang tengah bergelung mesra.
Neta, dia tersenyum meski dengan matanya yang masih terpejam. Dia bisa merasakan halus lembut tangan pria yang baru kemarin menjadi suaminya itu membelainya. Degup jantung Kei pun seperti alunan simponi yang merdu.
"Sudah pagi ya?" tanya Neta dengan suara seraknya khas bangun tidur.
"Iya, hari ini kita mau ke mana?" Kei bertanya sembari mengusap-usap lembut pipi Neta seolah itu adalah mainan favoritnya.
"Aku mau ke Thailand," jawab Neta pelan.
"Em, oke. Tapi kamu siap-siap dulu sana, perempuan itu 'kan lama dandannya," ucap Kei dengan mengusuk pelan pucuk kepala Neta.
"Oke," ujar Neta yang kemudian segera beranjak dari tempat tidurnya dengan tubuh yang begitu polos menggoda.
Iya, keduanya belum berpakaian setelah subuh tadi kembali memainkan perannya masing-masing. Mereka melakukan penyatuan dan pelepasan. Hingga, secara bersamaan keduanya melengkuh menyemburkan cairan putih kental.
Neta bangkit, berdiri dan memakai handuk yang tadi mereka gunakan bersama. Meski sudah melakukannya, tetapi Neta tetap saja merasa malu bila harus tampil polos di hadapan suaminya. Walaupun, semalam justru dialah yang bertingkah liar.
Semalaman, Neta memimpin permainan. Dia seperti tidak terpuaskan meski malam itu adalah malam pertamanya yang seharusnya ia merasakan sakit yang di **** ***** tersebut. Tetapi, tidak sama sekali.
Barulah, saat dia hendak melangkah sedikit lebar, dia merasakan sensasi aneh. Ada pedih dan juga nyeri. Rasa yang tidak nyaman yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Auh!" Neta memegangi daerah intimnya dengan meringis kesakitan. "Ini aneh, semalam tidak terasa sakit begini."
"Kenapa? Sakit?" tanya Kei dengan wajah polosnya.
"Perih," keluh Neta dengan ekspresi wajahnya yang menunjukkan kesakitan.
"Maaf ya, aku terlalu bersemangat tadi malam. Apa kita perlu pergi ke rumah sakit?"
Neta menggeleng menatap manik sang suami yang seolah begitu mencintainya. Kei memang terlihat seolah menjadi pria yang sempurna dari paras dan hati. Dia pandai mengambil hati orang lain dan memanipulasi.
"Tidak usah, dari yang aku baca, sakit seperti ini tidak lama kok Mas," jawab Neta dengan tersenyum manis. "Aku ke kamar mandi dulu ya?" pamitnya.
"Yakin bisa? Apa mau aku gendong?" tanya Kei seolah dia adalah pria terbaik di muka bumi ini.
"Tidak usah," tolak Neta dengan halusnya sembari berlalu menuju ke kamar mandi.
Setelah Neta benar-benar menghilang di balik pintu, Kei tersenyum licik. Tatapannya menyiratkan banyak hal misterius yang ia sembunyikan. Bukan tatapan tulus, ataupun mendamba seorang suami kepada istrinya.
Di saat Neta berada di kamar mandi, Kei dengan segera mengeluarkan ponsel yang sebelumnya ia simpan. Bergegas ia turun dari ranjang dan keluar meninggalkan kamar. Ia menuju ke ruang kerja yang memang di desain supaya kedap suara.
Entah apa yang dia lakukan, yang jelas dia merahasiakan sesuatu dari istrinya. Neta yang mendengar suara pintu terbuka pun hanya acuh saja. Dia pikir suaminya keluar untuk mencari minum di dapur.
Sedangkan di dalam ruang kerjanya, Kei tengah berbincang serius dengan seseorang. Beberapa kali ia berusaha untuk merayunya. Namun, nampaknya usahanya itu sia-sia. Hingga membuatnya gusar.
"Okey! Aku pulang sekarang juga, kalau sampai Bisnisku ini gagal maka kamu akan kuceraikan!" sentaknya terbawa emosi.
Tak berselang lama, sosok wanita lawan bicara itu pun mengalah. Hingga Kei kembali mengeluarkan senyuman liciknya. Kei, bukanlah lelaki singel seperti apa yang Neta ketahui.
Kei sudah mempunyai seorang istri tanpa ada anak diantara mereka. Sudah 4 tahun menikah dan melakukan berbagai macam usaha untuk mendapatkan keturunan, tetap saja Tuhan tidak mempercayainya. Di sisi lain, ada neneknya yang menekannya agar segera memiliki penerus.
Iya, semua ini ia lakukan hanya demi harta dan tahta. Akan tetapi Kei juga tidak mau kehilangan Salma, istri pertamanya yang menjadi penyokong finansial baginya. Memang rumit, langkah yang Kei ambil ini.
Dia dan Salma dulu dijodohkan, tidak ada perasaan apa-apa diantara mereka. Hingga, lambat laun Salma benar-benar mencintai Kei. Tetapi, nasib baik tidak berpihak padanya di mana Kei justru menghianatinya demi memperoleh penerus.
Neta, dia adalah wanita yang Kei pilih sebagai ibu dari anaknya setelah ia tahu bagaimana kepribadian wanita itu. Iya, Kei memang bejat. Tetapi dia tidak mau salah memilih wanita untuk menjadi pengasuh dari penerusnya.
Semua ini Kei rencanakan sendiri. Sama sekali tidak ada anggota keluarga yang tahu. Rencananya adalah akan menceraikan Neta tepat setelah anaknya berumur lebih dari 2 tahun lepas dari masa menyusu. semuanya sudah Kei perhitungkan.
"Aku tidak benar-benar akan melakukan itu Salma, bagiku kamu itu berharga lebih dari wanita bodoh ini. Aku menikahinya semata-mata supaya kita memiliki keturunan." Kei membatin setelah mematikan panggilan tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sebaiknya kita tunda saja ya? Aku tidak tega melihatmu begitu. Untuk berjalan saja kelihatan susah," ucap Kei saat Neta selesai mengeringkan rambutnya.
"Iya, tidak apa-apa. Maaf ya, gara-gara aku rencana kita gagal," ucap Neta tulus dari dalam hatinya. tatapannya teduh meminta maaf.
"Tidak apa-apa, bukan salahmu," ucap Kei dengan lembutnya pada Neta hingga membuatnya luluh.
Apapun itu bila Kei yang berucap selalu membuatnya tunduk. Di mata Neta, Kei tetaplah sosok yang sempurna.
"Mau makan?" tanya Neta pada Kei yang sedang duduk santai sambil membaca pesan di ponselnya.
"Iya boleh, siapkan saja," jawab Kei sembari beranjak dari duduknya. Ia menuju ke ruang kerjanya.
Neta sama sekali tidak merasakan kecurigaan. Dia memasak dengan sepenuh hati membuatkan masakan kesukaan suaminya yang ia ketahui dari sang ibu. Semua yang ia ketahui tentang Kei hanyalah berasal dari ibunya.
Semua ini yang bermula dari perjodohan dan Neta sama sekali buta. Dia hanya tahu apa-apa tentang Kei dari catatan yang ibunya berikan. Tiga kali pertemuan, dengan sikap Kei yang tampil sempurna di matanya.
"Mungkin dia suka bila kutambahkan seledri," ucap Neta seorang diri saat membuat mi goreng.
Kei keluar dari ruang kerjanya sudah dengan menenteng kopernya dan hal itu cukup membuat Neta terkejut. "Mas, kok bawa koper? Kamu mau ke mana?"
"Ada urusan, ini penting tidak bisa ditunda. Aku tidak tahu, ini begitu mendadak. Tentang kerjaan."
"Mas, ini lagi masa bulan madu kita. Masa iya kamu mau pergi?" tanya Neta dengan tatapan kecewanya.
"Ta, ini urusan penting. Bagaimana? Sama pentingnya denganmu. Kalau aku tidak mengurusnya, kita bisa rugi banyak," ucap Kei yang memang sangat tepat bila beralasan.
"Jika yang kuajak bicara seperti ini adalah Salma, sudha pasti wanita itu akan marah besar. Dia akan melempar apa saja yang bisa ia lempar. Tetapi Neta, dia hanya diam saja, aku tahu tatapan matanya itu menyiratkan banyak tanya. Tetapi dia memilih diam. Dalam perbadaan ini kamulah pemenangnya Neta, aku menyukai kesabaranmu. Oh tidak, apa aku juga mulai mencintainya?" batin Kei mulai bertanya-tanya akan perasaannya sendiri.
"Tega sekali kamu Mas, seharusnya ini masih hari bahagia kita. Tapi kamu malah pergi seperti ini. Aku juga tidak yakin bila ini soal pekerjaan. Aku merasa dibohongi."
Keiji melangkah Pergi dna Neta hanya bisa membiarkannya. Ia justru mengulurkan tangannya meminta tangan sang suami untuk ia cium. Satu hal kecil sederhana yang perlahan menggetarkan hati Keiji.
"Salma sama sekali tidka peduli dengan sikap hormay seperti ini. Tetapi wanita yang kumanfaatkan ini, Dia snagat menghargaiku dan menjunjung tinggi aku di sini," batin Kei seraya melangkah pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments