"Maaf, ini urusan mendadak, tidak bisa aku tinggal."
Kata-kata itu terngiang-ngiang di telinga Neta seharian ini. Sampai sore hari suaminya itu sama sekali belum memberikan kabar apapun. Neta tengah dilanda kegalauan.
"Rasanya sakit sekali, saat dia mengabaikan aku seperti ini. Ini masih hari spesial kami, tapi dia menganggapnya seperti hari biasa," ujar Neta seorang diri.
Dari pagi sampai siang hari hanya Neta habiskan untuk memikirkan semua itu. Kei, laki-laki yang telah menjadi suaminya itu terkesan sangat acuh. Sama sekali tidak memberikan kabar.
"Ah, bosan juga aku sendirian begini. Apa aku ke butik saja ya? Tapi nanti pasti anak-anak akan terkejut kalau aku ke butik sekarang. Mereka pasti akan banyak tanya," gumam Neta sembari memainkan ponselnya.
Sudah lelah dia merasa frustasi setengah harian karena kepergian suaminya yang tanpa kabar. Memang baru berapa jam suaminya itu pergi, tetapi tindak-tanduknya membuat Neta merasa curiga. Siapa yang tidak curiga, hanya sekejap Kei masuk ke kamar dan keluar langsung dnegan kopernya. Agaknya, dia memang sudah mempersiapkan semuanya.
"Ah, tidak. Jangan ke butik, main sajalah, ke mall," kata Neta yang kemudian menyambar kunci sepeda motornya dan pergi meninggalkan apartemen.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Menikmati kesendirian dengan berjalan-jalan seorang diri di sana tanpa sengaja dia melihat pasangan yang bertengkar dengan dugaan perselingkuhan. Neta hanya terdiam menatapnya dan iya, di dalam hatinya berkecamuk. terbersit tentang perselingkuhan juga.
"Apa Kei pergi dengan tergesa-gesa karena dia mau menemui wanita lain?" batin hatinya bertanya-tanya.
"Mengerikan ya, perselingkuhan itu," kata seorang laki-laki yang tiba-tiba mendekat di sampingnya.
"Iya, dan aku sangat membenci kebohongan. Perselingkuhan itu hanya dilakukan oleh mereka yang murahan," timpal Neta tanpa melihat lawan bicaranya.
Pemuda yang mendekatinya di tengah kerumunan saat melihat pertengkaran perebutan hati seorang laki-laki itu berparas tampan. Gayanya casual, dengan rambut sebahu yang diikat asal dan hidung mancung serta postur tubuh yang tinggi dengan kalung kamera yang tengah ia gunakan untuk mengambil gambar perselingkuhan itu.
"Kamu kok ngambil foto orang berantem?" tanya Neta.
"Ini pekerjaanku, aku hanya melakukan pekerjaanku saja," jawab laki-laki itu dengan santainya.
"Pekerjaan? Membuntuti orang?" tanya Neta untuk memperjelas jawab si laki-laki tersebut
"Kenalin, gue Reza. Gue fotografer jalanan." Reza mengulurkan tangannya dan memulai perkenalan dengan menggunakan bahasa yang tidak formal seolah mereka sudah berteman lama.
"Oh, gue Neta," jawab Neta sembari membalas uluran tangan tersebut dan tersenyum canggung.
"Cantik," batin hati Reza saat melihat Neta.
Kesan pertama yang Neta berikan adalah "Cantik". Mata hazel, tinggi 164 dengan berat badan yang ideal namun sedikit berisi, 58kg. Semua itu semakin didukung dengan rambut panjangnya sepinggang bergelombang kecoklatan.
"Neta? Cantik namanya unik, tidak pasaran. Em ... apa boleh gue ambil foto elu?" tanya Reza.
"Buat apa? Tidak usahlah, nanti bisa marah suami gue kalau lihat foto gue lu sebar ke sosial media." Neta berbicara dengan mengulum senyumnya, seolah membicarakan status telah bersuami adalah hal yang paling menyenangkan.
"Oh, lu udah nikah?" tanya Reza yang tidak percaya dengan penuturan wanita cantik itu.
"Udah," jawab Neta dengan memamerkan cincin di jari manisnya dengan bangga.
"Yah, kurang beruntung deh gue," desah Reza yang seolah merasa kecewa. "Oke kalau gitu lu simpen aja kartu nama gue, siapa tahu suatu saat kita bisa kerja sama. Oh iya kerjaan lu apa?"
"Gue, desainer. Oh iya, ini kartu nama butik gue. Siapa tahu nanti pacar lu ngajak shopping," ucap Neta sambil tersenyum manis.
"Jangan tersenyum, kamu terlalu manis untuk itu Neta," batin hati Reza mengagumi sosok Neta.
Reza tersenyum tipis saat menerima kartu nama Neta. Beberapa detik, ia menatap Neta dan kembali menatap kartu nama itu sebelum menyimpannya.
"Cool, kita pasti bisa kerja sama suatu saat nanti," ujar Reza dengan ekspresi wajah kalemnya.
"Semoga aja ya," kata Neta membalasnya. "Eh, gue cabut dulu ya, mau keliling cari inspirasi."
"Oke," jawab Reza yang mengangguk pelan.
Neta berlalu pergi dengan Reza yang diam-diam mengabadikan punggung cantiknya. Iya, Reza sudah menaruh damba pada sosok wanita keibuan itu.
Sekali lagi, ia tersenyum dan menatap kartu nama yang ada di tangannya hingga Neta tak lagi dapat ia tangkap dengan pandangan. Namun ada satu keyakinan di mana dirinya suatu saat nanti bisa menemui wanita itu.
"Harus bisa Reza, sudah menikah bukan berarti tidak bisa didekati," ucap Reza menyemangati diri sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di lain tempat, Keiji, sedang bertengkar dengan istrinya, Salma. Salma, anak satu-satu dari keluarga kaya yang tidak bisa memberikan keturunan yang selalu menuntut kesempurnaan dari Kei. Egois, iya Salma adalah sosok manja dan egois.
Dibesarkan dalam ranah keluarga kaya membuatnya tumbuh menjadi sosok wanita yang keras kepala dan tidak mudah menaruh iba pada ketidak mampuan dan kesempurnaan orang lain. Sedangkan Kei, dia adalah sosok yatim piatu kaya raya yang besar dengan banyaknya rasa belas kasihan dari sekelilingnya membuatnya merindukan kehangatan. Dan Salma, selama 3 tahun pernikahan mereka tidak bisa memberikan itu.
Malam itu, Salma tengah meminta nafkah batin. Dia sudah berdandan semaksimal mungkin dengan lingerie merah menyala dan juga minuman kesukaan Kei yang ia tata sedemikian rupa.
Persiapan itu bahkan begitu maksimal, meski hubungan mereka sudah berjalan sekian tahun, tetapi Salma tetap memberikan suguhan terbaik untuk suaminya. Lingerie tipis menerawang dan menampilkan seluruh lekuk tubuh sama sekali tidak membangunkan gairah Kei.
Kei, yang sudah bertelanjang dada dari semenjak membersihkan diri, hanya menatapnya datar dan dingin. Sama sekali tidak ada senyuman ataupun belaian yang ia daratkan. Agaknya pertengkaran tadi membuat moodnya kacau.
"Jangan malam ini, aku lelah," kata Kei dengan membuang mukanya saat Salma mendekat dan hendak menciumnya.
"Kei! Kamu kenapa? Sebelumnya tidak pernah menolakku!" sentak Salma seketika dengan wajah marah.
"Salma! Aku lelah, kamu tuli? Aku lelah!" tegas Kei mengulangnya penuh penekanan. Matanya menyorot tajam dengan hembus napasnya yang menderu.
"Alasan!" tampik Salma yang tidak mempercayai apa yang suaminya utarakan.
"Terserah! Aku tidak mau berdebat lagi, aku mengantuk," kata Kei dengan acuhnya dan berlalu meninggalkan Salma.
Salma yang tidak mau ditinggalkan, ia mencekal pergelangan tangan Kei namun laki-laki yang sudah beberapa tahun menjadi suaminya itu menampiknya kuat-kuat. Terhempaslah cekalan tangan Salma dan membuatnya merasa tersisihkan.
"Kei!" pekik Salma dengan menghentakkan kakinya dengan kedua tangannya yang mengepal menahan amarah.
"Oh, ****! Selalu saja aku teringat Neta. Kenapa aku jadi sama sekali tidak bernapsu dengan Salma?" batin Kei bertanya-tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments