19. Perasaan Keduanya yang Bimbang

Di bawah payung hitam, Kei berdiri. Dia terdiam tanpa sepatah kata pun. Matanya basah dan berair. Dia menangis di depan batu nisan ayah dan ibunya.

Ratapan hati seorang anak laki-laki yang sama sekali tidak pernah memiliki kesempatan untuk melihat kehadiran kedua orang tuanya. Takdir yang ia miliki memanglah kejam. Seolah, Tuhan mengambil nyawa kedua orang tuanya lalu memberikannya setumpuk kekayaan.

Bersama sang nenek ia lewati segala macam jatuh bangun kehidupan. Termasuk di saat tersulitnya saat usaha mereka nyaris tumbang. Demi menyelamatkan itu semua Kei menerima perjodohan dengan Salma.

Awal pernikahannya, semua terlihat baik-baik saja dan akan bahagia pada akhirnya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu ... perlahan semua keburukan itu tersibak. Salma terbukti mandul dan dia juga memiliki masalah dengan emosinya. ia tempramental.

Saat ini, Kei seperti sedang dihadapkan dengan sebongkah batu besar yang tengah menutupi jalannya. Dia harus bisa memecahkan, atau membuangnya demi bisa kembali menjalani kehidupan. Namun, tidak semudah itu, saat ini ada Neta dan calon bayi mereka yang menggelayuti hatinya.

Perlahan, Neta si gadis lugu yang mengira ibunya adalah sebaik-baik manusia itu bisa mengubah tujuannya. Kei yang semua hanya ingin mengambil bayinya lalu membuang si ibu demi kekayaannya. Saat ini dia justru sering bermimpi melihat keharmonisan keluarga kecil yang sebenarnya sangat ia idamkan.

Kei berada di dalam kebimbangan.

"Ayah, ibu, Kei harus bagaimana? Kei pikir tadinya Kei adalah lelaki kuat yang tidak akan berbelok tujuannya. Tetapi saat bertemu Neta, hati Kei melunak ayah, ibu," adu Kei kepada mereka yang telah tiada di dalam dunia ini.

"Tuan, kalau saran saya sebaiknya Anda memilih salah satu diantara mereka saat ini. Hati Tuan sedang bimbang dan nyonya Salma, bukanlah seseorang yang sabar. Saya hanya takut beliau akan nekat melukai nyonya Neta dan calon bayi kalian," saran Jono si orang kepercayaan Kei.

Kei terdiam, dia sedang memikirkan semua permasalahan yang saling terhubung ini. Dia pun sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Satu hal yang dia sadari saat ini, bahwa sebenarnya baru kali inilah dia merasakan getaran cinta.

Sebelumnya saat bersama dengan Salama, semua itu hanyalah kebutuhan bisnis saja. Kei, hanya terobsesi dengan kekayaan dan Salma memilikinya. Sementara Salma, dia terobsesi dengan sosok Kei yang ia anggap mirip dengan mantan kekasihnya yang sudah meninggal dunia. Itulah mengapa di awal pernikahan mereka baik-baik saja.

"Aku juga memikirkan tentang itu Jono, tetapi yang paling aku takutkan saat ini adalah kehilangan," aku Kei.

"Aku takut kehilangan hak penuh atas perusahaan baruku itu. Di sisi lain, aku juga sangat takut kehilangan anak dan istriku," imbuhnya dengan perasaan bersalah di dalam dirinya lantaran telah menyeret gadis baik seperti Neta.

"Lepaskan saja nona Salma nanti setelah anak kalian lahir. Toh walaupun nantinya Anda akan kehilangan satu perusahaan yang masuk ke dalam daftar gono-gini, tapi nenek Fuji akan mewariskan semua miliknya kepada Anda."

Kei terdiam. "Ia kamu benar. Kamu benar sekali. Sangat benar. Tapi aku sendiri saja tidak paham dengan perasaanku. Aku takut kehilangan mereka semua."

...***** ...

Sementara itu di sebuah butik, seseorang tertidur pulas setelah meminum vitaminnya. Neta memeriksakan sendiri kandungnya dia sama sekali tidak mengajak atau pun memberi tahu pada Kei, suaminya. Sebab, seperti biasanya juga Kei menghilang dan susah untuk dihubungi.

Tidak terasa sudah 3 hari semenjak hari itu. Entah untuk urusan berbisnis atau apa, Neta juga tidak tahu. Dia hanya tahu suaminya kembali ke rumah istri pertama. Meskipun di kepalanya selalu ingin menggencarkan protes, tetapi di dalam hatinya dia merasakan malu yang amat sangat sehingga dia memadamkan itu semua dan berpasrah diri kepada Tuhan.

"Kalau pun, istrinya marah dan kemudian membayar orang lain untuk membunuhku, aku ikhlas. Aku rela, sebab memang dilihat dari kaca mata mana pun akulah yang salah. Ternyata aku pelakornya."

Neta menggumam seorang diri setelah di dalam mimpi pun dia bertemu dengan Salma dengan perasaan malunya. Sungguh apa yang tengah ia lakoni saat ini bukanlah hal yang sejajar dengan kepribadiannya. Merebut suami orang adalah sesuatu yang sangat bertolak belakang dari prinsipnya selama hidup.

Bersamaan dengan itu, ponselnya berdering. Tanda panggilan masuk dari seseorang yang sudah menghamilinya. Kei menghubunginya.

Layar ponsel itu terus berkedip dan nada dering pun terdengar begitu merdu. Akan tetapi, Neta mengabaikan itu. Dia belajar untuk menjadi tuli saat ini.

Neta sedang tidak ingin bicara sama sekali atau bahkan melihat wajah Kei. Dia membenci sosok laki-laki penipu itu. Terlebih ketika dia mengingat hari di mana ia disuguhkan dengan sejumlah fakta getir akan siapa dan apa status Kei sebenarnya.

"Buat apa menghubungiku lagi? Duniaku jauh lebih indah saat kamu tidak ada," kata Neta seorang diri.

Setelah panggilan dari Kei selesai, ponselnya kembali berdering, dan kali itu adalah sebuah panggilan dari kurir pengantar makanan. Rasa mual itu mulai hadir. Dari pagi ini entah sudah berapa kali dia muntah.

Neta sampai kehabisan tenaga dan hanya bisa tergeletak di atas sofa. Beberapa pesanan pakaian pun ia percayakan kepada Wilda. Tubuhnya merasa lemas dan tidak bisa diajak untuk bekerja sama.

"Iya halo!" sapanya dengan nada yang lumayan tinggi.

"Bu ini makanan ibu, saya taruh mana?" tanya si kurir.

"Cantelin di pintu masuk saja Mas, nanti saya ambil. Uangnya sudah saya transfer ya? Terima kasih," kata Neta.

"Ih iya Bu, terima kasih juga atas tipsnya," kata si kurir sebab Neta melebihkan pembayarannya.

Panggilan pun berakhir dan Neta terpaksa harus keluar dari butiknya demi mengambil makanan tersebut. Dia sama sekali tidak mengamati keadaan sekitarnya. Hingga sebuah tangan tiba-tiba terjepit saat dia menutup pintu.

Kei entah dari mana datangnya langsung saja menggunakan tangannya untuk mengganjal pintu butik agar Neta tidak menutupnya rapat. Dia rupanya sedari tadi mengintai di sekitar butik istri mudanya. Kei merindukan Neta.

"Aduh!" pekik Kei seketika.

"Kei? Ngapain ada di sini? Ngapain huh? Pulang sana, jangan ke sini," usir Neta pada awalnya. Dia tidak enak hati dengan Salma.

"Kamu usir aku Ta? Aku suamimu," jawab Kei dengan santainya.

Mendengar Kei yang mengatakan bahwa dia adalah suaminya membuat hati Neta bergetar. Ia kembali ingat akan serentetan pesan sang ayah untuknya sebelum beliau berpulang. Ayah Neta selalu berpesan supaya kelak bila Neta berumah tangga putrinya itu akan bisa memperlakukan suaminya dengan baik.

"Ya sudah, masuk," ucap Neta kemudian meski hanya dengan setengah hati. Ia bahkan tidak mau melihat wajah suaminya itu, ia berbicara ke arah yang lain.

Keduanya lalu masuk dan tidak saling bicara. Kei hanya mengekor di belakang Neta yang terlihat pucat dan lemas. Sama sekali tidak bertenaga.

"Kamu sakit Ta?" tanya Kei yang memang tidak tahu apa-apa tentang kesehatan istrinya.

Neta tidak menjawabnya. Dia hanya menggeleng dan terus berjalan sampai pada akhirnya kembali berbaring di sofa yang ada di ruangan kerjanya. Wajahnya terlihat pucat dan tidak bersemangat.

"Jawab dong, hei ... kamu sakit? kita ke rumah sakit ya?" bujuk Kei pada Neta tanpa menyentuh tubuhnya.

"Aku sama sekali tidak menyangka, setelah terakhir kali dia pergi begitu saja tanpa sepatah kata, kini dia kembali menemuiku dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa," batin Neta dengan perasaan kesalnya yang teramat sangat.

"Enggak usah," Neta menggeleng pelan tanpa mau menatap wajah suaminya.

Kei yang pada akhirnya merasa gemas pun kemudian duduklah di lantai dan menghadap tepat ke dekat wajah Neta. wajah mereka saling berhadapan dan keit terus saja menatap keduaneeta sedangkan Neta terus saja membuang pandangan. wanita itu seolah sama sekali tidak mau melihat keberadaan Kei di sana.

"Apa kamu sakit hum?" tanya Kei yang kali ini dengan usapan lembut di kening Neta.

Kei merasakan saat ini tubuh kita sama sekali tidak panas tetapi justru ada keringat dingin di keningnya. Neta pun hanya terdiam menerima setiap ucapan yang suaminya berikan. Bukan dia menikmati namun dia sekedar menghormati.

"Aku nggak sakit kok nggak apa-apa," jawab Neta seadanya.

"Tapi kamu berkeringat dingin Neta kalau memang sakit ayo kita ke rumah sakit sekarang juga. Kamu sedang hamil dan aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan kalian," kata Kei yang seolah-olah dia adalah sosok calon ayah dan suami yang baik.

Neta hanya tersenyum kecut saat mendengar Kei berbicara demikian. perkataan yang kayak ucapkan terdengar begitu lucu dan menggelitik di telinganya. saat ini lelaki yang sudah menipunya berlagak dia adalah lelaki yang paling baik di dunia dan hal itulah yang membuat Neta ingin menertawainya.

"Kami baik-baik saja jangan pikirkan keadaan kami," tolak Neta pada akhirnya.

Mendapat penolakan dari Neta, Kei kemudian mengalihkan perhatiannya dia melihat bungkusan yang ada di meja dan membukanya. "Kamu mau makan? aku suapi ya."

"Aku bisa sendiri," tolak Neta lagi.

Kei hanya bisa terdiam saat dia menerima penolakan demi penolakan dari istri keduanya ini. Tidak dapat dipungkiri saat ini dia juga merasa begitu bersalah dengan keadaan yang menimpa Neta. masih mengganjal memang ketika Neta mengingat kembali tentang penipuan status itu.

"Kamu emang berhak marah sama aku tapi mau sampai kapanpun aku nggak akan ceraiin kamu. jangan kamu pikir dengan sikapmu yang seperti ini bisa mengusirku pergi dari sini. Aku pastikan itu tidak akan pernah terjadi," ucap Kei yang membuat Neta menitipkan air mata.

"Kenapa kamu ini begitu egois Kei?" tanya Nita dengan rasa sedih yang melingkupi hatinya.

"Ini bukanlah egois. tetapi aku hanya berusaha mempertahankan apa yang aku miliki. Kamu dan anak kita adalah milikku sekarang jadi jangan pernah bermimpi untuk bisa lari atau pergi dariku. sekalipun aku mati aku tetap akan mengikuti kalian. Camkan itu baik-baik!"

Kei seolah tengah memberikan peringatan keras kepada Neta untuk tidak terus-terusan menolaknya seperti ini. karena key telah mengambil sebuah keputusan besar. Dia memutuskan untuk mempertahankan hubungannya dengan Neta apapun yang terjadi.

"Kenapa kamu jadi sosok yang egois kayak gini? Kamu nggak mikirin perasaan aku," kata Neta yang bercampur dengan Isak tangisnya.

Di saat Neta sedang menangis di saat itu juga Kei langsung memeluknya. Kei merasakan kesedihan yang sama seperti yang Neta rasakan. Hanya saja sikap dingin lelaki itu sama sekali belum bisa Neta kenali lebih dalam.

"Bukan aku egois Sayang, tetapi aku hanya mempertahankan apa yang aku miliki Dan apa yang aku sayangi," jawab ke yang seketika mengantarkan hati Nita seolah bisa menyentuh tepat di satu titik di mana net tak bisa luluh seketika.

"Apa maksudnya dia bicara seperti ini? Apa ini artinya dia memang benar-benar mencintai kami? Ataukah ini semua hanya kebohongan baru yang ia buat untuk menutupi kebohongan lama?" batin hati Neta bertanya-tanya.

Episodes
1 `1. Hari Pernikahan
2 2. Malam Pertama
3 3. Gagal Bulan Madu
4 4. Tidak Ada Kabar
5 5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6 6. Mulai ada Perbandingan
7 7. Sikap aneh Kei
8 8. Mirip dengan Petunjuk
9 9. Hampir Ketahuan
10 10. Salma yang mulai mengendus
11 11. Nasihat Almarhum Ayah
12 12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13 13. Neta hamil
14 14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15 15. Neta yang menuntut Penjelasan
16 16. Kei yang berbelok perasaannya
17 17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18 18. Maksud Terpendam Reza
19 19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20 20. Neta yang kian lemah
21 21. Kejujuran Kei
22 22. Keputusan Neta
23 23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24 24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25 25. Sosok impian Kei
26 26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27 27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28 28. Kedatangannya Membawa Musibah
29 29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30 30. Merelakan itu lebih baik
31 31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32 32. Sebuah Permulaan yang Baik
33 33. Neta dan Kesedihannya
34 34. Namanya Rumi
35 35. Hari yang Menyesakkan Dada
36 36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37 37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38 38. Cacian dari Mereka
39 39. Cerai
40 40. Hari yang Berat
41 41. Rival Kei
42 42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43 43. Tidak Bisa Berjauhan
44 44. Pernikahan Ulang
45 45. Kekhawatiran Kei
46 46. Bulan Madu Merah
47 47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48 48. Memaksa?
49 49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50 50. Masih Bisa Hamil
51 51. Akan dilengserkan
52 52. Takdir Keluarga
53 53. Mulai posesif
54 54. Usulan Keni
55 55. Kebenaran Tentang Neta
56 56. Menjaga Butik Demi Istri
57 57. Lebih Dari Suka
58 58. Keni yang Mulai Tertarik
59 59. Karena Secangkir Kopi
60 60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61 61. Kenny yang Menyebalkan
62 62. Kenny si Jahil
63 63. Diantara dua lelaki manja
64 64. Kenny Sebenarnya Baik
65 65. Menjadi Dekat Karena Luka
66 66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67 67. Upaya Pencarian
68 68. Pelerai Handal
69 69. Neta Demam
70 70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71 71. Apa jangan-jangan ....
72 72. Sikap Posesif Calon Ayah
73 73. Syarat dari Suami Tercinta
74 74. 3 Asisten
75 75. Sikap Anehnya
76 76. Sangat Mau digoda
77 77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78 78. Ancaman dari Nyonya
79 79. Kei Merajuk
80 80. Sudah tidak Marah Lagi
81 81. Kenny yang masih mendamba
82 82. Persalinan
83 83. END
Episodes

Updated 83 Episodes

1
`1. Hari Pernikahan
2
2. Malam Pertama
3
3. Gagal Bulan Madu
4
4. Tidak Ada Kabar
5
5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6
6. Mulai ada Perbandingan
7
7. Sikap aneh Kei
8
8. Mirip dengan Petunjuk
9
9. Hampir Ketahuan
10
10. Salma yang mulai mengendus
11
11. Nasihat Almarhum Ayah
12
12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13
13. Neta hamil
14
14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15
15. Neta yang menuntut Penjelasan
16
16. Kei yang berbelok perasaannya
17
17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18
18. Maksud Terpendam Reza
19
19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20
20. Neta yang kian lemah
21
21. Kejujuran Kei
22
22. Keputusan Neta
23
23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24
24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25
25. Sosok impian Kei
26
26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27
27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28
28. Kedatangannya Membawa Musibah
29
29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30
30. Merelakan itu lebih baik
31
31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32
32. Sebuah Permulaan yang Baik
33
33. Neta dan Kesedihannya
34
34. Namanya Rumi
35
35. Hari yang Menyesakkan Dada
36
36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37
37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38
38. Cacian dari Mereka
39
39. Cerai
40
40. Hari yang Berat
41
41. Rival Kei
42
42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43
43. Tidak Bisa Berjauhan
44
44. Pernikahan Ulang
45
45. Kekhawatiran Kei
46
46. Bulan Madu Merah
47
47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48
48. Memaksa?
49
49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50
50. Masih Bisa Hamil
51
51. Akan dilengserkan
52
52. Takdir Keluarga
53
53. Mulai posesif
54
54. Usulan Keni
55
55. Kebenaran Tentang Neta
56
56. Menjaga Butik Demi Istri
57
57. Lebih Dari Suka
58
58. Keni yang Mulai Tertarik
59
59. Karena Secangkir Kopi
60
60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61
61. Kenny yang Menyebalkan
62
62. Kenny si Jahil
63
63. Diantara dua lelaki manja
64
64. Kenny Sebenarnya Baik
65
65. Menjadi Dekat Karena Luka
66
66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67
67. Upaya Pencarian
68
68. Pelerai Handal
69
69. Neta Demam
70
70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71
71. Apa jangan-jangan ....
72
72. Sikap Posesif Calon Ayah
73
73. Syarat dari Suami Tercinta
74
74. 3 Asisten
75
75. Sikap Anehnya
76
76. Sangat Mau digoda
77
77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78
78. Ancaman dari Nyonya
79
79. Kei Merajuk
80
80. Sudah tidak Marah Lagi
81
81. Kenny yang masih mendamba
82
82. Persalinan
83
83. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!