"Wah, aku tidak menyangka bila kita bisa hidup enak lagi," kata bu Rahayu pada adiknya Risma.
Saat ini merekaberdua tengah menikmati pemandangan senja di mana kedunya menghamburkan uang hasil kerja sama dengan Kei. Keduanya sekongkol untuk menyembunyikan status Kei yang notabene adalah suami orang. di otak mereka yang terpenting hanyalah uang.
"Kak, kalau nanti Neta tahu bagaimana?" tanya Risma yang merasa was-was bila saja
keponakannya itu nanti mengetahui kelicikan mereka.
"Ah gampang itu. kita tinggal memohon, memasang wajah sedih dan menyesal, lalu semuanya beres. Oh, beruntungnya aku mempunyai anak yang mudah dimanfaatkan," ucap bu Rahayu tanpa merasa bersalah sama sekali.
Mudah sekali baginya untuk berkata demikian di mana anaknya sendiri ia korbankan demi
kebahagiaan pribadi. Miris memang di mana seharusnya seorang ibu yang melindungi,
ini malah seorang ibu yang menyakiti. Neta menjadi sumber penghasilan hidup bagi mereka. Terlebih lagi bila sampai dia hamil dan mempunyai anak laki-laki nantinya.
“Anakmu itu sama seperti mendiang suamimu Kak, dia sangat baik. Jujur kadang aku merasa bersalah telah melakukan ini, Tapi kita juga butuh uang untuk hidup,” kata Risma.
“Kita ini tidak melakukan dosa, kita menikahkan. Setidaknya mereka berhubungan badan itu sudah sah dan halal,” papar bu Rahayu yang merasa bila semuanya itu benar.
Sementara itu di tempat lain, sepasang suami istri masih saling beradu mulut. Hanya saja kali
ini berbeda sebab Salma mulai mencurigai gelagat aneh Kei. Dia mulai memasang strategi baru untuk itu.
“Kei, maafkan aku semalam ya? Aku hanya begitu rindu sama kamu sampai marah saat kamu menolaknya. Seharusnya aku tahu kalua kamu sedang Lelah,” ujar Salma dengan manjanya.
Wanita itu bergelayut manja dan menempelkan bibirnya di leher Kei yang tentu saja merasa geli akan hal itu. Beberapa kali Kei mencoba untuk menghindar namun tetap saja Salma Kembali melakukannya.
“Diamlah, aku hanya ingin memelukmu begini okey?” Salma berbicara dengan sangat manja.
“Oh, aku merasa di mulai aneh. Biasanya dia akan membanting sesuatu. Mengapa kali ini terasa berbeda?”batin Kei yang rupanya mulai mencurigai gelagat istrinya itu.
“Kenapa tidak mengamuk seperti semalam lagi? Bukankah kamu senang melakukan itu?” tanya Kei tanpa basa-basi. Ia melirik sinis istrinya yang malah tersenyum manis menatapnya.
“Aku lelah seperti itu Sayang, apa salah kalau aku lebih tenang dan tidak agresif? Aku merasa kamu mulai tidak tertari denganku. Apa ada yang baru?” tanya Salma yang juga tanpa basa-basi.
Kei sama sekali tidak terlihat gugup. Dia sangat tenang menyikapi ini. Dengan wajah datarnya, Kei menatap ke arah Salma lalu mencium keningnya.
“Mana bisa aku melakukan itu? Tidak ada waktu Sayang, aku terlalu lelah untuk itu,” jawab Kei dengan sangat tenang hingga Salma tidak bisa mengendus kecurangan yang ia mainkan.
Ting! Satu buah pesan masuk ke ponsel Kei dan ini adalah panggilan rapat untuknya dari sang asisten, Miko. Ia membacanya di hadapan Salma dan dengan sengaja menunjukannya.
“See? I have to go,” pamit Kei pada Salma dengan serta-merta berdiri membuat Salma marah kembali.
“Kei! Apa tidak bisa tinggal lebih lama?” teriak Salma membahana. Suaranya melengking hingga terdengar ke seluruh ruang makan.
“Ini bisnis, bukan mainan.” Kei menjawabnya dengan acuh tanpa menoleh sedikit pun.
Salma menghentakan kakinya berkali-kali dengan geramnya. Meskipun begitu, dia sama sekali tidak bisa mempengaruhi suaminya itu untuk tetap tinggal.
Salam mengotak-atik ponselnya dan menghubungi seseorang selepas Kei pergi. Setelahnya senyuman jahat hadir dan ia menatap penuh kebencian pada foto pernikahan mereka.
“Ayo Kei, kalau kamu mau bermain denganku,” gumam Salma dengan menyeringai.
****
Sudah tiga hari semenjak kepergiannya, dan baru kali ini Kei menghubungi Neta lagi. Kali ini alasan yang ia gunakan adalah ponselnya sempat hilang dan pada akhirnya ditemukan lagi. Sedikit tidak masuk akal namun Neta lebih memilih untuk percaya.
“Sayang, maaf ya beberapa hari ini aku jarang menghubungimu. Ponselku hilang kemarin, untungnya masih bisa ketemu,” bohongnya pada Neta.
“Iya, terus gimana Mas Kei? Gimana pekerjaannya? Kapan balik?” tanya
Neta yang memang lebih perhatian ketimbang Salma yang selalu menuntut kesempurnaan tanpa mau memperdulikan.
“Pekerjaan baik, malam ini selesai. Aku akan pulang malam ini, kamu mau dibelikan apa Sayang?” tanya Kei yang entah mengapa bisa bersikap lebih manis dari pada saat dia berhadapan dengan Salma.
“Apa ya? Tidak usahlah, yang penting kamu pulang dengan selamat.”
“Ya sudah, aku balik kerja,” pamit Kei dengan senyuman yang begitu cerah di bibirnya.
Miko yang melihat Kei dari kaca spion dalam dan dia ikut tersenyum miring. “Bahagia banget kalau telfonan sama Neta? Kayak apa sih anaknya. Penasaran aku,”
“Yang jelas dia lebih baik dari Salma si manja itu. Kalau bukan karena harta ayah ibunya yang akan jadi milik si anak tunggal itu, aku tidak akan mau bertahan sejauh ini,” papar Kei.
“Ah, iya. Itu adalah ilmu untuk bertahan hidup Kei. Bertahanlah sampai titik darah penghabisan. Satu pesanku, jangan sampai ketahuan,” pesan Miko.
“Kamu tahu bagaimana buruknya sikap Salma itu ‘kan? Kelakuannya sangat jauh dari bagusnya nama yang dia punya,” gumam Miko dengan matanya yang terus fokus pada ramai jalanan.
Kei memijat keningnya dan bersandar pada bangku mobil. Tatapannya menerawang ke luar jendela. Entah apa yang ia pikirkan, saat ini tujuannya hanyalah untuk mempunyai keturunan.
Sementara itu di sebuah apartemen, Neta yang tadinya sibuk di butik seketika pulang setelah suaminya yang menghilang dua hari lalu menghubunginya. Dia ingin mempersiapkan semuanya secara maksimal.
“Oh, semuanya sudah siap, sekarang waktunya mandi. Hemh, aku bau bawang,” cibirnya pada diri sendiri setelah membuat masakan.
Semua dan apapun itu Neta sendiri yang urus. Berbeda dengan Salma yang semuanya mengandalkan maid. Pelayan menjadi andalannya.
Neta mandi, dia benar-benar mempersiapkan dirinya. Ia berdandan cantik dengan make up tipis dan gaun selutut juga dengan rambut yang ia jepit membuatnya tampak ayu keibuan.
“Katanya malam dia akan pulang? Ini
sudah jam 9 malam dan dia belum pulang? Pesanku tidak ia baca, panggilan juga tidak di angkat. Ke mana dia? Apa aku simpan di lemari pendingin saja ya? Sayang kalau harus dibuang,” gumam Neta dengan menatap makanan yang ia tata sedemikian cantiknya di meja.
Baru saja ia mengangkat satu mangkuk sup, pintu terbuka. Seketika itu juga Neta berlari menghampiri dengan wajah cerianya.
“Mas? Kamu sudah pulang?” pekik Neta sambil berlari menghampiri. Dia seperti anak TK yang menunggu kedatangan ayah tercintanya.
“Ta!” panggil Kei dan Neta seketika menghambur ke dalam pelukannya.
“Mas …! Kamu pulang? Aku kangen tahu, udah makan? Aku sampai laper nungguin kamu. Makan yuk!” cerocosnya sambil memeluk Kei dengan erat.
“Kalau dia tahu yang sebenarnya, apa dia masih seperti ini?” tanya Kei pada dirinya sendiri dengan bibir yang tersenyum menerima sambutan hangat tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments