Di dalam satu ruangan kerja, seorang laki-laki tengah membahas suatu hal penting dengan sekretaris pribadinya. Kei terlihat gusar saat mengetahui Salma menggunakan jasa mata-mata untuk membuntutinya selama ini. Kini yang menjadi PR besar bagi Kei adalah bagaimana dia bisa tetap bermain cantik di belakang Salma, istri pertamanya.
"Jono, bagaimana dia bisa mencurigaiku secepat itu? Dan apakah dia sudah tahu tentang alamat Neta?" tanya Kei yang begitu mengkhawatirkan keadaan Neta, istri keduanya.
"Mungkin ini karena sikap Anda yang sudah berubah dengan ibu Salma Pak, ibu jadi mencurigai Anda," jawab Jono sembari terdiam menatap layar ponselnya.
"Tapi kalau untuk mata-mata itu, sepertinya dia belum melaporkan tentang alamat Anda dan ibu Neta. Kalau dia sudah melaporkan, pasti sudah terjadi hal-hal buruk terhadap ibu Neta," terang Jono yang memaparkan kebiasaan buruk Salma secara tidak langsung.
Kei memijit pelipisnya kepalanya mulai berdenyut memikirkan ini. Salma mempunyai langkah yang sulit ditebak. Dia terlihat anggun dan santun. Tetapi sebenarnya wanita itu sangat bengis, hal itu juga baru ia ketahui setelah beberapa tahun pernikahannya.
"Aku tidak bisa membayangkan kalau sampai mengetahui hal ini. Bagaimana Neta nantinya? Gadis itu begitu lemah lembut dan polos, aku takut Salma akan melukainya," ucap Kei dengan segala kecemasannya.
Jono yang sedikit menaruh simpati kepada atasannya itu pun hanya bisa menghela napasnya pelan.
"Sebaiknya mulai sekarang Bapak harus lebih berhati-hati, kasihan ibu Neta nantinya kalau sampai ketahuan oleh ibu Salma. Kita tidak pernah tahu langkah gila apa yang akan beliau ambil," kata Jono yang membuat Kei semakin gusar.
"Cek ponselku apa dia sudah melacaknya juga," titah Kei yang kemudian memberikan ponsel rahasia yang memang hanya dia gunakan untuk menghubungi Neta.
"Baik Pak," jawab Jono yang kemudian membawa ponsel Kei pergi ke ruangannya.
"Tunggu! Lacak juga apa dia benar-benar pergi ke Korea atau hanya sekedar menipuku saja," kata Kei menambahkan.
"Siap," jawab Jono segera.
Kei hanya terdiam memikirkan semuanya. Dia memikirkan Neta istri keduanya yang begitu lemah lembut dan tidak tahu apa-apa. Begitu polos seperti kain putih tidak ternoda.
Malam ini di bawah langit yang sama di tempat yang berbeda, suami dan istri itu menceritakan sebuah rasa kepada Tuhannya. Rasa yang sulit mereka pahami. Rasa yang mereka selami dalam hati.
“Andai saja, waktu itu aku bertemu dengan dirinya dari pada Salma. Andai dia ini anak orang kaya, sungguh aku tak akan mendua seperti ini. Ini begitu menyiksaku saat ini aku terjebak diantara dua hati. Dengan Salma aku membutuhkan hartanya, dengan Neta aku membutuhkan perhatiannya,” pikir Kei yang masih saja terdiam merenungi malam sepinya bertemankan dengan segelas wine.
Tak lama dari itu Jono datang dengan membawa kembali ponsel Kei.
“Ini Pak, untungnya tidak ada pelacakan di nomor Bapak ini dan Nyonya memang pergi ke luar negeri. Dia pergi ke Korea, Anda bisa menemui ibu Neta tetapi saya sarankan jangan di apartemen Anda, lebih baik di hotel atau tempat yang lainnya karena kita tidak tahu mata-mata itu siapa dan di mana,” kata Jono memperingati Kei.
“Itu masih terlalu berbahaya Jono. Untuk saat ini sampai mata-mata itu belum kamu temukan, aku tidak bisa menemui istriku itu. Pastikan saja keadaannya aman, awasi dia jangan sampai terjadi sesuatu dengannya,” titah Kei setelah mengambil keputusan yang tepat menurutnya.
“Baik Pak, untuk malam ini Bapak mau tidur di mana?” tanya Jono yang sudah bersiap untuk mengantarkan ke mana pun atasannya itu pergi.
Kei mengambil jasnya, dia melangkah begitu saja tanpa banyak bicara. Terlihat saat ini amarah tengah menguasai dirinya. Kata hatinya menginginkan dia untuk mendatangi istri ke dua, tetapi keadaan memaksanya untuk berjauhan dengan wanita lemah lembut tersebut.
Selama di dalam perjalanan Kei hanya terdiam termangu menatap ke luar jendela. Beberapa kali juga Jono melirik sekilas untuk mengamati atasannya. Bagi Jono hal ini sudah lama sekali tidak terjadi kepada atasannya itu.
“Maafkan apa bila saya lancang Pak, apa Bapak mulai mempunyai perasaan kepada ibu Neta?” tanya Jono hanya untuk memastikan tindakan apa yang akan ia ambil nantinya
“Tidak sopan sekali kamu bertanya hal seperti itu,” ketus Kei menjawabnya.
Jono seketika terlihat begitu canggung dan serba salah. Dia sampai memainkan bibirnya dan beberapa kali membetulkan kaca matanya yang sebenarnya baik-baik saja.
“Maaf apa bila saya terlihat lancang bagi Anda. Saya hanya ingin menempatkan perlakuan terbaik kepada ibu Neta nantinya. Untuk itu bila memang Anda mempunyai perasaan spesial baginya saya juga akan memastikan ibu Neta
mendapatkan benda dan hal spesial yang tidak bisa Anda berikan selama Anda dan ibu Neta berjauhan,” jelas Jono meski dengan perasaan gugup yang amat sangat.
“Oh begitu rupanya?” kei mengangguk beberapa kali.
“Pastikan saja dia dalam keadaan baik-baik saja. Tidak lebih dari itu, untuk kebutuhannya aku rasa uang yang kutinggalkan di apartemen itu lebih dari cukup.
“Selama beberapa minggu ini sampai kamu bisa menemukan siapa mata-mata bu Salma, kamu saja yang membawa ponselku. Balas pesannya sekedarnya saja, jika dia menelpon kamu tahu apa yang harus kamu lakukan bukan?” Kei menatap tajam melalui spion dalam. Ia menatap lurus pada Jono yang juga sesekali mencuri pandang menatapnya.
“Iya saya tahu,” jawab Jono.
“Kasihan sekali ibu Neta menjadi korban dari semua ini. Anak yang malang, dijual oleh ibunya sendiri,” batin Jono mengiba kepada sosok Neta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments