11. Nasihat Almarhum Ayah

Siang itu, Neta dan Reza berbincang sekedarnya. Kedatangan Reza adalah untuk membeli pakaian untuk ibu asuhnya yang sedang berulang tahun. Dia terlihat tertarik dengan butik kecil milik Neta..

"Apa kamu suka yang ini? Berapa berat tubuhnya? Biar aku cek dulu lingkar dadanya. Takutnya enggak muat," kata Neta sembari memilihkan pakaian yang pas lainnya.

"Ini saja sudah yakin muat aku. Dia tidak begitu gendut. Hanya saja mungkin nanti agak kepanjangan sedikit." Reza menjawabnya.

"Oh ya? Kira-kira berapa tingginya. Di sini kami juga melayani jasa perombakan. Jadi biasanya pelanggan yang datang akan langsung memilih dan merombak pakaian sesuai dengan ukuran tubuhnya. Jadi tidak perlu repot-repot lagi," terang Neta dengan ramahnya.

Reza terdiam dan berpikir. "Ukur saja setinggi telingaku itu berapa senti. Aku punya fotonya dan tinggi dia adalah sebatas telingaku," akunya.

"Oh oke," jawab Neta yang kemudian mengambil meteran dan mengukur tinggi Reza.

"I55 nih Za tingginya. Benar gamis yang ini, tidak yang lain?" tanya Neta untuk memastikan.

"Iya itu saja," kata Reza setelah Neta mengukurnya.

"Oh, jantungku serasa mau copot saat dia mengukur tinggi tadi. Ah, kenapa sampai seperti ini aku ya? Gila sih ini, pesonanya lembut tapi kuat memikat. Pantas saja Suami wanita itu sampai bisa bertekuk lutut di hadapan wanita lembut ini. Wah, aku harus mengumpulkan banyak bukti," pikir Reza dengan tatapan matanya yang terus mengikuti ke mana Neta pergi.

"Kalau aku memberikan semua foto itu, setidaknya aku harus memastikan kalau klienku itu bukan orang yang sadis. Aku tidak tega juga kalau nantinya Neta yang lemah lembut ini menjadi sasaran amuk wanita itu. Ah, gila aku." Reza tidak habis pikir dengan dirinya sendiri.

"Kenapa bisa aku malah jadi tertarik dengan urusan orang lain? Ada apa denganku ini? Apa iya aku jatuh cinta? Ah, tapi Neta ini istri orang sekarang. Kenapa bukan aku yang terlebih dulu menikahinya?" gerutu Reza di dalam hatinya.

Ketika Reza masih memikirkan tentang Neta, wanita yang dia pikirkan itu datang dengan wajah tersenyum. Dan terlihat begitu indah dipandang. Neta tampil seperti oase di tengah gurun tandus.

Reza pun tersenyum menyambutnya. Tatapan penuh damba itu ia tunjukan dan siapa sangka bila ada salah seorang di sana yang mampu mengartikan tatapan mata Reza itu. Iya, Dara bisa mengerti akan makna tatapan mata itu.

"Ini sudah jadi, semoga suka ya ibunya. Eh apa tidak dibungkus kado sekalian?" tanya Neta menawarkan.

"Oh ada ya?" tanya Reza balik dengan sorot matanya yang berbinar.

"Ada, silahkan berikan sama karyawanku itu," tunjuk Neta kepada Dara.

Reza pun tersenyum dan menuruti arahan Neta. Ia menyerahkan pakaian itu kepada Dara.

"Ini Mbak, tolong dibungkus yang rapih ya," pinta Reza.

"Baik Mas," jawab Dara.

Sambil membungkus, Dara yang sedari tadi memerhatikan mimik muka Reza pun mulai bertanya. "Suka ya sama Mbak Neta?" tanyanya.

Glek.

Reza menelan ludahnya perlahan. Satu yang ada di kepalanya saat ini. Apakah begitu kentara rasa tertariknya kepada Neta, sampai-sampai karyawan toko itu bisa tahu?

"Saya sarankan jangan Mas. Dia itu sudah bersuami, baru saja menikah. Yah, walaupun suaminya suka pergi dan jarang pulang, tapi Mbak Neta itu tipe wanita yang setia menjaga hatinya."

"Benarkah? Wah, saya takjub Mbak. Tapi sayangnya saya tidak ada niatan untuk itu. Hanya sekedar mengagumi kepribadiannya saja. Apa itu salah?" tanya Reza balik kepada Dara hingga Dara yang sedang membungkus kado itu berhenti.

Dara menatap datar Reza yang tersenyum kepadanya. "Salah jika kamu tujukan kepada wanita yang sudah bersuami Mas."

Keduanya lalu saling diam. Baik Dara maupun Reza tidak lagi saling berbincang. Sampai membungkus kado itu selesai, tidak ada lagi percakapan dan Dara segera mengalihkan perhatian untuk melayani pembeli yang lain.

"Mbak, kita belum dapat fotografer juga ya?" tanya Wilda yang baru saja sampai dengan membawa beberapa pernak-pernik bahan pakaian.

"Oh iya, aku lupa belum mencarinya. Eh tapi ...."

Perkataan Neta menggantung saat dia melihat Reza yang hendak pergi dan membuka pintu keluar. Segera Neta menyusulnya. Neta mengajaknya kembali masuk dan duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Za! Sebentar aku mau ngomong. Tadi kelupaan," kata Neta sembari mendekat.

"Ada apa?" tanya Reza dengan ekspresi wajahnya yang datar.

Neta terlihat sedikit gugup dan dia tidak begitu yakin akan menawarkan Reza untuk bekerja sama dengannya. Pasalnya juga dia belum mengenal lebih jauh siapa Reza. Mereka saja baru bertemu satu kali saja.

"Em, kamu kan freelance. Aku hanya ingin menawarkan tentang pekerjaan. Butikku ini sedang membutuhkan fotografer untuk membuat gambar yang bagus sebelum kami memposting di wall jual beli online. Apa bisa kamu menjadi fotografer kami? Tidak setiap hari bekerja. Hanya bila ada produk baru saja. Bagaimana?" tanya Neta penuh harap akan jawaban ya.

Reza melipat kedua tangannya ke dada dan menatap penuh arti Neta.

"Ini adalah jalanku untuk semakin dekat dengannya. Tidak aku sangka bila jalanku akan semudah ini. Ini merupakan kesempatan bagus untukku. Agaknya seru bila aku menerima tawaran ini," pikir Reza.

"Apa kamu yakin dengan hasil jepretanku?" tanya Reza seolah memastikan.

"Iya, aku sudah melihatnya. Menurutku itu bagus. Kamu ingat pertama kita bertemu kamu memotretku bukan? Apa kamu lupa?" tanya Neta dengan begitu polosnya.

"Ah, polos sekali dia ini. Kalau sikapnya sepolos ini aku jadi penasaran, apa mungkin dia berani merebut suami orang secara terang-terangan? Dari wajah dan tutur katanya saja tidak nampak kenakalan. Ah, mengapa aku malah begitu khawatir tentangnya?" pikir Reza.

"Gimana?" tanya Neta dengan sorot matanya yang berbinar dan Reza tersentuh olehnya.

"Oke," jawab Reza singkat.

"Kalau begitu besok bisa kamu datang dengan membawa kameramu? Kita harus melakukan pemotretan besok. Aku ada model baru yang harus dipajang," kata Neta dengan raut senang.

"Bisa," jawab Reza.

"Mulai hari ini kita partner, oke?" ujar Neta sambil mengulurkan tangannya.

"Oke," jawab Reza yang menyetujui kesepakatan tersebut.

****

Sampai malam hari, Neta masih saja Bekerja. Bahkan sampai semua karyawannya pulang, Neta masih setia berada di depan meja kerjanya. Dengan secangkir kopi yang bergambar emoticon dia bicara.

"Suamiku saja setiap pergi sama sekali tidak bisa dihubungi. Aku cemas, aku khawatir. Tapi mengapa dia terlihat begitu tenang? Ah, sebenarnya aku mulai meragukan pernikahan kami," kata Neta seorang diri di dalam ruang kerjanya di butik miliknya.

"Ayah, kalau tidak karena nasihat ayah sebelum meninggal, mungkin sekarang ini aku sudah mengamuk dan berusaha untuk berpisah dari suamiku. Pernikahan kami baru seumur jagung dan dia sudah kerap kali mencampakkan aku begini. Ayah, aku harus bagaimana menyikapinya? Sedangkan, dia begitu baik terhadap bibi dan ibu." Neta menatap bintang-bintang.

Episodes
1 `1. Hari Pernikahan
2 2. Malam Pertama
3 3. Gagal Bulan Madu
4 4. Tidak Ada Kabar
5 5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6 6. Mulai ada Perbandingan
7 7. Sikap aneh Kei
8 8. Mirip dengan Petunjuk
9 9. Hampir Ketahuan
10 10. Salma yang mulai mengendus
11 11. Nasihat Almarhum Ayah
12 12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13 13. Neta hamil
14 14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15 15. Neta yang menuntut Penjelasan
16 16. Kei yang berbelok perasaannya
17 17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18 18. Maksud Terpendam Reza
19 19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20 20. Neta yang kian lemah
21 21. Kejujuran Kei
22 22. Keputusan Neta
23 23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24 24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25 25. Sosok impian Kei
26 26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27 27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28 28. Kedatangannya Membawa Musibah
29 29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30 30. Merelakan itu lebih baik
31 31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32 32. Sebuah Permulaan yang Baik
33 33. Neta dan Kesedihannya
34 34. Namanya Rumi
35 35. Hari yang Menyesakkan Dada
36 36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37 37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38 38. Cacian dari Mereka
39 39. Cerai
40 40. Hari yang Berat
41 41. Rival Kei
42 42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43 43. Tidak Bisa Berjauhan
44 44. Pernikahan Ulang
45 45. Kekhawatiran Kei
46 46. Bulan Madu Merah
47 47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48 48. Memaksa?
49 49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50 50. Masih Bisa Hamil
51 51. Akan dilengserkan
52 52. Takdir Keluarga
53 53. Mulai posesif
54 54. Usulan Keni
55 55. Kebenaran Tentang Neta
56 56. Menjaga Butik Demi Istri
57 57. Lebih Dari Suka
58 58. Keni yang Mulai Tertarik
59 59. Karena Secangkir Kopi
60 60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61 61. Kenny yang Menyebalkan
62 62. Kenny si Jahil
63 63. Diantara dua lelaki manja
64 64. Kenny Sebenarnya Baik
65 65. Menjadi Dekat Karena Luka
66 66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67 67. Upaya Pencarian
68 68. Pelerai Handal
69 69. Neta Demam
70 70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71 71. Apa jangan-jangan ....
72 72. Sikap Posesif Calon Ayah
73 73. Syarat dari Suami Tercinta
74 74. 3 Asisten
75 75. Sikap Anehnya
76 76. Sangat Mau digoda
77 77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78 78. Ancaman dari Nyonya
79 79. Kei Merajuk
80 80. Sudah tidak Marah Lagi
81 81. Kenny yang masih mendamba
82 82. Persalinan
83 83. END
Episodes

Updated 83 Episodes

1
`1. Hari Pernikahan
2
2. Malam Pertama
3
3. Gagal Bulan Madu
4
4. Tidak Ada Kabar
5
5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6
6. Mulai ada Perbandingan
7
7. Sikap aneh Kei
8
8. Mirip dengan Petunjuk
9
9. Hampir Ketahuan
10
10. Salma yang mulai mengendus
11
11. Nasihat Almarhum Ayah
12
12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13
13. Neta hamil
14
14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15
15. Neta yang menuntut Penjelasan
16
16. Kei yang berbelok perasaannya
17
17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18
18. Maksud Terpendam Reza
19
19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20
20. Neta yang kian lemah
21
21. Kejujuran Kei
22
22. Keputusan Neta
23
23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24
24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25
25. Sosok impian Kei
26
26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27
27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28
28. Kedatangannya Membawa Musibah
29
29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30
30. Merelakan itu lebih baik
31
31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32
32. Sebuah Permulaan yang Baik
33
33. Neta dan Kesedihannya
34
34. Namanya Rumi
35
35. Hari yang Menyesakkan Dada
36
36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37
37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38
38. Cacian dari Mereka
39
39. Cerai
40
40. Hari yang Berat
41
41. Rival Kei
42
42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43
43. Tidak Bisa Berjauhan
44
44. Pernikahan Ulang
45
45. Kekhawatiran Kei
46
46. Bulan Madu Merah
47
47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48
48. Memaksa?
49
49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50
50. Masih Bisa Hamil
51
51. Akan dilengserkan
52
52. Takdir Keluarga
53
53. Mulai posesif
54
54. Usulan Keni
55
55. Kebenaran Tentang Neta
56
56. Menjaga Butik Demi Istri
57
57. Lebih Dari Suka
58
58. Keni yang Mulai Tertarik
59
59. Karena Secangkir Kopi
60
60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61
61. Kenny yang Menyebalkan
62
62. Kenny si Jahil
63
63. Diantara dua lelaki manja
64
64. Kenny Sebenarnya Baik
65
65. Menjadi Dekat Karena Luka
66
66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67
67. Upaya Pencarian
68
68. Pelerai Handal
69
69. Neta Demam
70
70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71
71. Apa jangan-jangan ....
72
72. Sikap Posesif Calon Ayah
73
73. Syarat dari Suami Tercinta
74
74. 3 Asisten
75
75. Sikap Anehnya
76
76. Sangat Mau digoda
77
77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78
78. Ancaman dari Nyonya
79
79. Kei Merajuk
80
80. Sudah tidak Marah Lagi
81
81. Kenny yang masih mendamba
82
82. Persalinan
83
83. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!