...༻✫༺...
"Gue nggak mau bahas itu! Dan berhentilah nanya 'enak ya?' mulu ke gue!" omel Elena. Dia berjalan lebih dulu membelah keramaian.
"Sensi amat lo! Sakit tahu!" geram Vino. Dia memaksakan diri mengikuti Elena. Menyeret kakinya yang hanya merasakan sakit untuk sementara. Rasa sakitnya pulih dalam beberapa saat.
Waktu menunjukkan jam tiga sore. Elena dan Vino benar-benar lupa waktu karena terlalu asyik bermain. Jelas sekarang semua orang di sekolah sudah pulang.
Kini Elena dan Vino keluar dari area taman bermain. Elena tampak melangkah cepat karena sudah tidak sabar ingin pulang.
Elena menepuk jidatnya sendiri. Dia baru ingat kalau tasnya masih ada di sekolah.
"Vin!" Elena berbalik menatap Vino yang berjalan santai di belakang. "Lo juga nggak bawa tas kan?" tanyanya.
"Enggak. Tapi lo tenang aja. Gue akan suruh Andi sama Ranti buat bawain tas kita. Kita ketemu sama mereka di restoran. Sekalian makan siang," ucap Vino. Dia masuk ke dalam mobil. Lalu mengambil ponsel cadangan di dashboard. Ia memberitahu Andi untuk membawakan tasnya dan Elena.
"Apa?!" Elena membulatkan mata. Dia membuka pintu mobil Vino dan berkata, "Gue nggak bisa, Vin. Gue harus pulang sekarang!"
"Nggak apa-apa, El. Lagian ini baru jam tiga siang," tanggap Vino.
"Lo yang nggak apa-apa. Tapi gue enggak!" geram Elena. "Gue nggak bisa kasih tahu sopir gue lagi. Dia pasti cari gue ke sekolah. Pas sudah di sekolah, dia pasti tahu kalau aku hari ini bolos." Elena mulai paranoid. Dia terlihat gelisah.
"Ya sudah, telepon sopir lo sama ponsel cadangan gue. Nih!" Vino menyerahkan ponsel pada Elena.
"Gue lupa nomor sopir gue," ungkap Elena.
Vino terkekeh. Dia merasa ekspresi panik Elena terlihat lucu.
"Ketawa lagi lo! Pokoknya lo harus tanggung jawab kalau bokap sama nyokap gue marah!" timpal Elena.
"Tenang aja. Mending sekarang lo masuk. Lebih cepat semakin baik kan?" saran Vino. Dia berusaha menahan tawa.
Elena lantas masuk ke mobil. Dia dan Vino segera pergi ke restoran.
Sesampainya di restoran, Elena langsung keluar dari mobil. Dia berlari menghampiri meja dimana Andi, Iyan, dan Ranti berada.
"Parah, El. Lo diapain Vino sampai mau bolos bareng dia?" tegur Andi yang merasa tak percaya. Mengetahui Elena bolos sekolah, tentu adalah hal yang langka.
"Setan emang dia!" sahut Elena seraya menyandang tas ransel. "Makasih ya, Ran. Gue mau langsung pulang aja," lanjutnya. Membuat semua temannya otomatis heran. Termasuk Vino yang baru saja ikut bergabung.
Karena Elena bersikeras, Vino dan kawan-kawan tak punya pilihan selain membiarkan. Elena pulang dengan menggunakan taksi.
Elena tak lupa menghubungi sopirnya. Dia merasa lega karena Ranti sudah membantu. Temannya itu beralasan kalau Elena sedang pergi untuk mengerjakan tugas kelompok.
Di restoran, Vino dan kawan-kawan sedang menikmati makan siang. Ranti sedari tadi terus menatap Vino. Dia sangat penasaran dengan apa yang sudah dilakukan Vino dan Elena seharian berduaan.
'Mereka tidak mungkin berciuman lagi kan? Atau mereka melakukan lebih dari itu?' batin Ranti terus menduga.
"Vin, lo tadi sama Elena ngapain? Kenapa nggak balik ke sekolah? Bukannya Elena memilih pergi sama lo karena ingin cepat-cepat kembali ke sekolah?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Ranti. Atensi semua orang kini tertuju kepadanya.
"Kami cuman jalan-jalan." Vino menjawab singkat. Entah kenapa dia enggan mengatakan yang sebenarnya.
"Parah! Lo racunin Elena pakai apa sampai dia mau bolos sekolah?" selidik Iyan.
"Ban mobil gue mendadak kempes. Jadi sekalian menunggu, kami jalan-jalan," dalih Vino.
"Yang benar?" Andi menatap penuh curiga. "Apa mungkin kalian berciuman lagi?" tanyanya dengan nada berbisik.
Ranti langsung mendelik. Dia berharap dugaan Andi tidak dibenarkan oleh Vino.
"Enggak." Vino menjawab sambil membuang muka. Ranti lantas tersenyum tipis.
"Emang iya? Tapi bibir lo kayak bengkak dan agak merah-merah gitu. Warnanya kayak lipstik Elena," goda Andi. Dia berbohong karena masih curiga.
Benar saja, Vino termakan kebohongan Andi. Dia langsung mengusap area bibirnya.
"Hahaha! Kena lo, Vin. Fix! Tadi lo sama Elena ciuman," simpul Andi.
Mata Vino menyalang. Dia menarik kerah baju Andi. Suasana seketika berubah jadi tegang. Dalam sekejap, Vino dan Andi menjadi pusat perhatian semua orang di restoran.
Iyan dan Ranti reflek berdiri. Mereka hendak menghentikan namun terlalu takut. Mengingat Vino akan sulit dihentikan kalau sedang marah.
"Bisa diem nggak lo?!" geram Vino. Pitamnya naik dengan cepat karena merasa terusik. Padahal Andi adalah teman dekatnya sendiri.
"So-sorry, Vin. Gue nggak bermaksud bikin lo marah." Andi menciut. Dia tentu tahu apa akibatnya jika nekat melawan sosok Vino.
"Dengar ya. Mulai sekarang berhenti bicara tentang privasi gue. Ngerti nggak lo?!" tegas Vino.
"I-iya, Vin. Gue ngerti." Andi lekas mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Nur Mutmainna Patta
jadi ingat Raffi sma Elsa 😂
2023-05-12
0
Nunu
vino tu nakalnya keknya paket komplit .. semoga kalau sama elena bisa insaf ya Vin .tp adegan yg hot-hot nya agak banyakin ya Thor .. request nih wkwkwkwk 🤣🤣🙋🙋
2023-01-24
1
Kristina Sinambela
semangat thor
2023-01-24
0