...༻✫༺...
Dua cewek yang ditunggu akhirnya muncul. Siapa lagi kalau bukan Elena dan Ranti. Keduanya tampak menunjukkan ekspresi yang berbeda. Elena terlihat cemberut. Sedangkan Ranti mengembangkan senyuman.
"Masih marah?" tanya Vino. Tepat ketika Elena sudah tiba di hadapan.
"Tau ah! Gue mau pulang." Elena ingin buru-buru beranjak. Namun Vino lekas menghentikan.
"Hari ini Iyan ulang tahun. Kami sepakat untuk bikin acara kecil di rumah gue," imbuh Vino.
"Ayolah, El. Lagian lo nggak bosan belajar mulu? Plis kali ini ikut kita ya," bujuk Ranti sembari menggenggam tangan Elena.
"Iya, lo hampir nggak pernah ikut ngumpul bareng kita. Sekali-kali nggak apa-apakan?" Andi ikut membujuk.
"Lo kalau nggak ikut bukan teman gue!" Iyan selaku orang yang berulang tahun segera angkat bicara.
Elena menggigit bibir bawahnya. Dia memikirkan les yang harus dirinya lakukan hari itu. Elena berusaha mempertimbangkan kemungkinan terbaik. Jika dipikir-pikir, dia memang sangat jarang menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Sebenarnya Elena sangat ingin meluangkan waktu untuk itu. Akan tetapi dia terlalu takut melanggar aturan dari kedua orang tuanya.
"Gue pengen sih. Tapi kalau bokap sama nyokap gue tanya gimana? Ditambah hari ini gue ada les Matematika sama biola," ucap Elena.
"Itu gampang!" tanggap Vino. Dia merangkul pundak Elena. "Bilang aja kalau lo harus melakukan kerja kelompok. Gue yakin mereka ngerti," sarannya.
Elena menatap Vino dengan sudut matanya. Dia merasa ide Vino cukup bagus.
"Gue akan coba." Elena mengambil ponsel. Lalu menghubungi sang ibu.
Vino dan kawan-kawan merasa senang kali ini Elena akan ikut berkumpul. Mereka menunggu Elena selesai bicara di telepon.
"Nyokap gue ngizinin!" seru Elena. Setelah bicara dengan ibunya di telepon. Dia tersenyum gembira. Apalagi semua teman-temannya. Mereka langsung pergi dengan mobil Vino.
Elena dan kawan-kawan akan pergi ke super market. Mereka akan membeli barang-barang keperluan terlebih dahulu.
"Kita ke sana yuk!" Andi menarik tangan Ranti. Keduanya memisah dar Elena, Vino, dan Iyan.
"Enak ya pacaran. Kemana-mana berduaan mulu," ujar Iyan.
"Makanya punya pacar," balas Vino. Dia terkekeh bersama Elena. Mereka menghampiri rak berisi makanan ringan.
"Vin, lo nggak akan ganggu Alam lagi kan? Jujur, gue suruh lo berhenti karena peduli sama lo dan juga Alam. Ini semua demi kebaikan kalian," ujar Elena yang bertugas mendorong keranjang belanjaan.
"Peduli apa peduli? Jangan-jangan lo suka sama Alam," tanggap Vino. Dia langsung mendapat pukulan di pundak dari Elena.
Sementara Iyan tergelak melihat interaksi Vino dan Elena. Sampai atensinya tertuju ke arah rak mainan. Iyan memisah sebentar karena ingin mencari sesuatu.
"Gue ke sana sebentar!" ujar Iyan.
"Cari apaan lo?" tanya Vino dengan kening yang mengernyit.
"Nanti lo juga tahu," jawab Iyan.
Kini Vino dan Elena berduaan. Keduanya memilih makanan ringan pilihan mereka.
"Lo nggak mau punya pacaran, El?" celetuk Vino. Dia sudah beberapa kali bertanya begitu. Namun Elena selalu tidak sempat menjawab pertanyaannya. Entah kenapa Vino merasa penasaran.
"Enggak. Gue mau fokus belajar," jawab Elena tegas.
"Terus lo punya gebetan nggak?"
"Enggak. Gue juga nggak peduli." Elena menjawab sambil memasukkan makanan ringan ke keranjang.
"Nanti pas dewasa lo akan menyesal karena nggak punya waktu bahagiain diri lo pas masih muda," ucap Vino sembari menatap Elena.
"Gue sekarang bahagia kok," sahut Elena. Dia membalas tatapan Vino.
"Yang benar? Perasaan kemarin lo baru aja ngeluh sama jadwal les lo yang padat itu," tukas Vino.
Elena membuang muka. Dia terdiam seribu bahasa. Dirinya memang tak bisa membantah pernyataan Vino.
"Tuh kan.... Lo nggak bisa jawab." Vino tersenyum. Dia meletakkan satu tangan ke pundak Elena. "Pokoknya hari ini gue sama yang lain akan tunjukkan gimana bahagianya masa muda itu," tambahnya. Lalu berlalu menuju rak berisi minuman.
"Dih! Sok banget," komentar Elena.
Setelah membeli semua barang keperluan, Elena dan kawan-kawan langsung pergi ke rumah Vino. Mereka membuka beberapa makanan yang tadi sudah dibeli. Kemudian istirahat sebentar. Mereka duduk dan saling bercanda gurau.
Tanpa terasa dua jam berlalu. Iyan mengeluarkan mainan yang tadi sempat dibelinya.
"Sebagai orang yang berulang tahun, gue sudah menyiapkan acara kecil untuk kita semua!" ungkap Iyan sembari menyatukan dua tangan ke depan dada.
"Apaan tuh, Yan?" tanya Ranti. Pusat perhatiannya dan yang lain tertuju ke arah mainan milik Iyan.
"Ini permainan rolet! Namanya rolet the wheel of love," seru Iyan. Dia segera membuka plastik yang menutupi rolet.
"Coba lihat!" Elena memperhatikan rolet yang disebutkan Iyan. Pupil matanya membesar saat melihat tulisan yang ada di rolet tersebut. "Gila!" komentarnya.
Ilustrasi rolet the wheel of love :
"Kenapa?" Vino merebut rolet dari tangan Elena. Berbeda dengan Elena, dia justru tersenyum. "Pasti seru nih. Gue suka permainan penuh tantangan begini," ungkapnya.
"Oh iya, kayaknya seru." Andi mengangguk. Dia dan Ranti sependapat dengan Vino.
"Nggak! Gue nggak ikut!" Elena menjadi satu-satunya orang yang menolak.
"Ikutlah, El. Sekali-kali nggak apa-apa. Lagian ini cuman permainan. Nggak usah dibawa serius," ujar Ranti. Tetapi Elena terlihat menggeleng. Pertanda dia tetap menolak.
"Elena nggak seru deh. Sia-sia lo ikut ngumpul di sini tapi nggak ikut seru-seruan bareng," kritik Andi. Dia dan yang lain merasa kecewa.
"Biar aja. Elena kayaknya takut. Kita aja berempat nggak masalah." Vino memberikan reaksi berbeda dari yang lain. Namun hal itu justru menjadi senjata yang mempan untuk membujuk Elena.
"Gue nggak takut!" tepis Elena. Tak terima. "Ya udah deh. Gue ikut. Tapi beneran ini nggak seserius yang gue pikirkan ya," ujarnya.
"Nah gitu dong!" tanggap Iyan. Dia dan yang lain senang.
Permainan akhirnya di mulai. Ranti menjadi orang pertama yang memutar rolet. Panah yang diputarnya berhenti di kata slow dance. Semua teman-temannya lantas memaksa Ranti menari. Gadis itu otomatis melakukannya.
Elena dan kawan-kawan tergelak saat melihat tarian Ranti yang kikuk. Tanpa sadar Elena akhirnya menikmati permainan yang berlangsung.
Satu per satu mereka saling bergantian memutar rolet. Mereka terus mendapatkan hal ringan untuk dilakukan. Termasuk Iyan, yang hanya harus mengatakan i love you kepada salah satu temannya.
Anehnya Iyan sempat terdiam. Bola matanya bergerak ke arah Vino dan Elena secara bergantian.
"Udah bilang aja, Yan. Kenapa bingung? Jangan-jangan lo--"
"I love you, Vin!" Iyan langsung angkat suara sambil melirik ke arah Elena yang kebetulan duduk di sebelah Vino. Pernyataannya membuat Vino dan kawan-kawan tertawa. Mereka semakin terbahak saat Vino membalasnya dengan kalimat, "I love you too..."
"Udah deh kalian. Jijik banget gue lihatnya," komentar Andi yang merasa bergidik ngeri. Vino dan Iyan terlihat hanya tergelak. Semuanya tentu hanya candaan bagi mereka.
Sampai tibalah giliran Elena. Dia akhirnya menjadi orang yang memutar rolet selanjutnya. Semua orang kaget saat melihat panah yang diputar Elena berhenti di bagian french kiss. Alias ciuman ala Perancis. Ciuman bibir yang dilakukan dengan intens.
"Gue jelas nggak bisa melakukan ini. Gue boleh putar lagi kan?" Elena hendak memutar kembali roletnya. Namun Vino sigap mencegah.
"Nggak adil itu, El," ujar Vino.
"Tapi itu gila! Sebaiknya bagian french kiss diganti aja sama hal lain," cetus Elena.
"Udah nggak apa-apa, El. Kami kasih keringanan aja deh. Tapi lo harus tetap cium seseorang di sini. Nggak apa-apa cuman sekedar bibir ketemu bibir doang," usul Andi.
"Gue setuju sama Elena kalau--" perkataan Iyan terjeda ketika Vino mendadak menarik Elena. Lalu menyatukan mulutnya ke bibir Elena. Tidak! Bukan Iyan saja yang kaget, tetapi juga teman-temannya. Terutama Elena yang tak pernah menduga dengan pergerakan Vino.
Parahnya Vino tidak memberikan ciuman biasa. Melainkan french kiss yang seharusnya dilakukan oleh Elena sejak tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Ika Malik
mantapp thor, jadi ke inget sama gamal 😅
2023-01-17
1
Barra
lanjut lagi thor
2023-01-17
0
Adila Ardani
vino main nyosor aja
2023-01-17
1