...༻✫༺...
Mata Elena membulat sempurna. Dia mematung saat tangan Vino memegangi tengkuknya dengan erat. Lalu memberikan pagutan di bibir.
Deg!
Jantung Elena berdegup kencang. Dia juga merasakan gelitikan aneh di perut. Elena tak pernah merasakan sensasi itu sebelumnya.
Vino melepas tautan bibirnya sebentar hanya untuk membuka mulut Elena. Dia menekan bagian bibir bawah sampai mulut cewek tersebut sedikit terbuka. Setelah itu, Vino kembali menyatukan mulutnya dengan bibir Elena.
Perbuatan Vino membuat Elena kaku. Dia seolah terbuai akan ciuman cowok tersebut. Sensasi kupu-kupu beterbangan di perut memang terasa aneh bagi Elena, tetapi juga terasa candu.
Pergerakan dari mulut dan lidah Vino seakan mendesak. Membuat Elena secara alami ikut bergerak. Tanpa sadar matanya terpejam.
Sementara itu, Andi, Ranti, dan Iyan terdiam. Apa yang dilakukan Vino membuat suasana menjadi tegang.
Ranti langsung membuang muka saat melihat Vino mencium Elena. Sedangkan Iyan, dia sempat terpaku melihat aksi Vino sejenak. Namun tidak berlangsung lama, Iyan segera mengalihkan pandangan.
Andi menjadi satu-satunya orang yang tersenyum dan geleng-geleng kepala. Dia menoleh ke arah Ranti yang duduk di sebelah.
"Vino gila banget!" bisik Andi yang kembali menatap ke arah Vino dan Elena. "Tapi kalau dilihat, Elena sepertinya suka tuh," sambungnya.
Ranti perlahan melirik kembali ke arah Vino. Dia benar-benar melihat kalau Elena menanggapi ciuman Vino.
Iyan menghembuskan nafas dari mulut. Dia berusaha tenang. Lalu memeriksa waktu yang tertulis di rolet. Dalam rolet tersebut, french kiss harus dilakukan dalam waktu 30 detik. Namun Iyan merasa ciuman Vino dan Elena sudah lebih dari itu.
"Ekhem! Ini sudah lebih dari 30 detik." Iyan menjadi orang yang lebih dulu angkat suara.
Elena langsung tersadar. Dia sigap mendorong Vino dengan kuat. Hingga ciuman mereka terhenti.
"Itu hanya ciuman pertemanan," imbuh Vino. Dia bahkan dengan santainya mengukir senyuman.
Plak!
Elena menampar pipi Vino dengan keras. Wajah Elena memerah padam. Dia gelagapan dan tidak tahu harus bagaimana. Serangan Vino tadi jelas adalah sesuatu hal baru baginya.
"Gue mau pulang!" ujar Elena. Dia tak berani menatap ke arah semua orang. Lalu mengambil tas dan bergegas pergi.
"El!" Ranti segera mengejar Elena. Sebagai cewek lain dalam kelompok pertemanan itu, dia berusaha memastikan keadaan Elena.
"Gara-gara lo tuh, Vin. Elena jadi marah," ucap Andi.
"Lo gila ya?" timpal Iyan. "Gue itu nggak masalah kalau lo permainkan cewek lain. Tapi kalau teman sendiri, gue--" perkataan Iyan terhenti ketika Vino pergi begitu saja. Cowok tersebut menyusul kepergian Elena dan Ranti.
Elena sendiri sudah keluar dari rumah mewah Vino. Dia memegangi dada karena jantungnya masih berdebar-debar. Elena juga terus terbayang dan mengulang ingatan bagaimana cara Vino menciumnya.
Merasa terganggu, Elena menggeleng kuat. Dia reflek memejamkan mata. Saat itulah dia tidak sengaja tersandung. Elena jatuh dan terjerembab di halaman rumah Vino yang penuh dengan bebatuan.
"El!" seru Ranti. Dia menghampiri dan langsung memastikan keadaan Elena. Namun Vino yang sudah ada di belakangnya, menghentikan pergerakan Ranti.
"Biar gue aja," kata Vino. Dia segera mendatangi Elena. Ranti lantas menurut. Meski dengan perasaan berat dan ekspresi cemberut.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Vino saat menghampiri Elena.
Pupil mata Elena membesar. "Nggak apa-apa," jawabnya sembari berdiri. Atensinya tertuju ke arah lutut kanannya yang sedikit terluka dan berdarah.
"Nggak apa-apa gimana? Lo berdarah tuh!" Vino menyadari luka yang ada di lutut Elena.
"Gue beneran nggak apa-apa! Lagian itu cuman luka kecil doang kok," ujar Elena.
Vino tak peduli terhadap pernyataan Elena. Ia berjongkok di bawah kaki cewek itu. Kemudian memegangi lutut Elena. Vino berniat meniupinya. Namun Elena dengan cepat melangkah mundur.
"Lo emang udah sinting ya?! Gue ini teman lo, Vin! Masa mau lo embat juga!" timpal Elena.
"Lo ngomong apa sih? Gue cuman mau bantuin lo! Ciuman yang gue kasih tadi juga dengan tujuan bantuin lo juga!" balas Vino.
"Apa?! Bantuin lo bilang?!" Elena terperangah.
Vino mendengus. Dia sadar kalau ciuman yang diberikannya pada Elena berlebihan. Meskipun begitu, Vino juga tahu Elena juga menikmati ciuman yang diberikannya.
"Terus lo mau gue gimana? Lo itu pintar ngomel doang tahu nggak," tukas Vino.
"Dasar nggak tahu malu! Lo nggak merasa bersalah sama yang lo lakukan ke gue tadi?! Lo berpikir nggak sih kalau itu bisa dibilang pelecehan?" balas Elena.
"Pelecehan?" Vino justru terkekeh. Membuat mata Elena sontak mendelik.
"Nyebelin banget sih lo!" Elena memukuli Vino dengan tasnya. Kelakuan nakal cowok itu benar-benar membuat dia kesal. Entah kenapa wajah Elena memerah padam. Sebab dirinya sendiri sadar bahwa ciuman yang diberikan Vino tidak masuk kategori pelecehan. Itu karena Elena terbuai akan ciuman tersebut.
Vino semakin merasa gemas dengan tingkah Elena. Dia segera merebut tas cewek itu. Lalu memegangi dua tangan Elena.
"Enak kan, El?" tanya Vino dengan salah satu alis terangkat.
"Gila!" Elena menghempaskan tangan Vino. Wajahnya semakin memerah karena cowok tersebut seolah tahu apa yang dirasakannya.
Elena buru-buru mengambil tas dari genggaman Vino. Lalu melangkah cepat menuju gerbang. Hal yang paling dia inginkan sekarang adalah pulang dan menjauh dari Vino.
"Lo pulang beneran? Luka lo nggak mau di obatin dulu?" seru Vino. Dia membiarkan Elena berjalan menjauh.
"Gue baik-baik aja!" jawab Elena ketus. Dia melangkah cepat dan tidak menoleh ke belakang lagi.
Vino terlihat masih berdiri memandangi Elena yang kian menjauh. Saat itulah Ranti menghampiri. Cewek tersebut menatap Vino dari samping.
"Lo suka sama Elena?" tanya Ranti.
"Niat gue cuman mau ngajak dia senang-senang kok. Hidup Elena monoton banget sama jadwal les-lesnya yang padat itu," tanggap Vino. Jawabannya sebenarnya tidak menjawab pertanyaan Ranti secara spesifik. Mereka segera kembali masuk ke rumah.
"Kalau gue yang dapat french kiss, lo bakal lakuin hal sama nggak ke gue?" kecemburuan sepertinya membuat Ranti nekat bertanya begitu.
"Lo bercanda? Lo kan punya Andi," sahut Vino dengan tatapan heran. Langkahnya dan Ranti sontak terhenti.
"Ah, lo benar. Gue lupa. Maksudnya nggak kepikiran." Ranti memegangi tengkuk. Dia merutuk pada dirinya sendiri karena hampir keceplosan.
"Gila lo. Masa sama pacar sendiri lupa," komentar Vino. Dia merangkul Ranti dan kembali lanjut melangkah bersama.
Ranti tersenyum lebar. Dia sangat suka aroma tubuh Vino. Gadis itu perlahan melingkarkan satu tangannya ke pinggul Vino. Namun baru saja hendak melakukan hal tersebut, Andi muncul.
"Eh, Vin! Lo nggak embat cewek gue juga kan?" timpal Andi yang merasa tidak nyaman dengan rangkulan Vino pada Ranti.
"Gila lo! Gue emang cowok brengsek, tapi pacar teman sendiri bukan masuk tipe cewek yang gue mau deketin." Vino mengeratkan rangkulannya pada Ranti. "Gue begini karena menganggap Ranti teman juga!" tegasnya. Lalu melepas rangkulan dari pundak Ranti.
"Emang benar? Kalau dekatin teman sendiri, masuk tipe lo nggak?" tanya Andi. Dia curiga kalau Vino tertarik pada Elena.
Mendengar pertanyaan Andi, Ranti dan Iyan langsung menatap Vino. Mereka seolah tidak sabar menunggu cowok itu memberikan jawaban.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
HAnamichi Nhia Chan Tendo
elena tuch versi Raffi sdangkan vino versi Gamal mnrut aq
2023-01-21
1
octa❤️
cerita giana kok dihapus kak?
2023-01-18
0
Adila Ardani
ah vino tinggal bilang aja klau kamu menyukai elena
2023-01-18
3