...༻✫༺...
Alam dipaksa Vino untuk menemui Elena. Cowok gempal itu terpaksa bersedia.
Dengan kepala yang tertunduk, Alam melangkah lebih dulu menuju kelas Elena. Sesampainya di kelas gadis tersebut, Vino menyuruh Alam masuk.
"Eh, jangan bilang ke Elena kalau gue yang nyuruh lo nyanyi. Paham lo?!" tukas Vino. Tepat sebelum Alam masuk ke kelas. Cowok berbadan berisi itu lantas mengangguk.
Alam didorong Vino masuk ke kelas Elena. Dia segera menghampiri tempat dimana gadis itu sedang duduk.
Kebetulan hanya ada sedikit orang di dalam kelas. Termasuk Elena dan Ranti.
"El!" Ranti menepuk pundak Elena. Dia menjadi orang pertama yang menyadari kehadiran Alam.
Elena sontak menatap Alam. Dia tentu heran kenapa cowok itu tiba-tiba mendatanginya. Terlebih Elena nyaris tidak pernah bicara pada Alam.
Atensi Elena dan Ranti tertuju ke arah Alam. Menunggu cowok itu angkat bicara lebih dulu.
Alam terus tertunduk. Ia juga tak berhenti memainkan jari-jemarinya. Siapa yang tidak gugup dan malu saat disuruh bernyanyi di hadapan orang yang disuka.
Di jendela, Vino dan kawan-kawan mengamati. Mereka tida berhenti cekikikan. Menanti Alam mempermalukan dirinya sendiri.
"A-ada mbah dukun... Sedang... Se-sedang..." Alam kesulitan bernyanyi. Dia tampak sangat gelisah. Sesekali bahkan dirinya reflek menoleh ke arah pintu. Berharap Vino memahami kesulitannya. Akan tetapi cowok itu tentu tidak akan terlihat di sana.
"Hah? Lo ngomong apa?" Elena terpelongo. Dia sama sekali tidak mengerti maksud dari tindakan Alam.
"Dia kesurupan kali," cetus Ranti yang memiliki rasa heran layaknya Elena.
Melihat reaksi Elena dan Ranti, Alam berusaha tenang. Dia akhirnya bernyanyi sambil memejamkan mata.
Semua orang tentu langsung tertawa ketika melihat apa yang dilakukan Alam. Elena bahkan sempat ikut tergelak bersama mereka. Mengingat lagu yang dinyanyikan Alam sangat lucu.
Semakin lama suara tawa kian bertambah. Sebab murid-murid lain mulai berdatangan. Sampai-sampai ada salah satu dari mereka yang merekam tindakan Alam.
Vino dan kawan-kawan akhirnya memperlihatkan diri di ambang pintu. Saat itulah Elena tahu kalau apa yang dilakukan Alam sekarang adalah ulah Vino.
Elena yang tadinya sempat tertawa, langsung cemberut. Apalagi ketika melihat Alam tiba-tiba berlari keluar.
Suara gelak tawa semua orang, membuat Alam memilih berhenti bernyanyi. Dia bergegas pergi dari hadapan semua orang.
"Ini pasti ulah cecunguk itu!" imbuh Elena sembari melangkah cepat menghampiri Vino. Cowok itu tampak sudah beranjak bersama Iyan dan Andi.
"Tunggu, El!" Melihat Elena pergi, Ranti segera mengikuti.
"Vino!" panggil Elena.
Vino berhenti melangkah. Dia saling bertukar pandang dengan Andi dan Iyan.
"Kayaknya Elena tahu deh, Vin. Harusnya kita tadi tetap sembunyi aja," ucap Iyan.
"Nggak apa-apa. Paling Elena cuman ngomel doang kayak biasa," sahut Vino seraya memutar tubuhnya menghadap Elena yang baru saja datang.
"Kenapa? Mau pulang bareng gue lagi hari ini?" ujar Vino.
"Kalian kemarin pulang bareng?" Ranti yang tidak tahu sontak penasaran. Mengingat dia diam-diam memiliki rasa dengan Vino.
"Loh tuh ya! Kenapa tega berbuat begitu sih sama Alam?!" timpal Elena. Tak menanggapi basa-basi Vino dan rasa penasaran Ranti.
"Sabar... Gue tuh cuman mau bantu dia biar bisa percaya diri." Vino merangkul pundak Elena. Namun gadis itu menepis.
"Itu bukan bantuin kalau bikin dia tertekan!" balas Elena.
Vino memutar bola mata jengah. "Terus lo mau gue gimana?" tanyanya.
"Berhenti gangguin Alam! Lo juga harus minta maaf atas perbuatan lo selama ini." Elena mengacungkan jari telunjuk ke depan wajah Vino.
"Sorry, El. Gue nggak bisa janji. Lagian kami nggak tiap hari begini," sahut Vino.
Elena mendengus kesal. Kini dia menatap Iyan dan Andi. "Kalian juga! Kenapa kalian mau-mau aja ngikutin kelakuan Vino yang nggak ada gunanya itu?!" timpalnya.
"Ya udah, mending gue sama yang lain pergi dari hadapan lo dulu. Biar amarah lo bisa turun." Vino segera mengajak Iyan dan Andi pergi dari hadapan Elena.
Ketidakpedulian Vino membuat Elena tambah kesal. Dia hanya bisa menghentakkan salah satu kaki ke lantai. Lalu kembali ke kelas.
Langkah Elena terhenti saat menyadari Ranti tidak mengikuti. Dia menoleh ke belakang dan melihat Ranti berjalan menuju arah yang sama dengan Vino.
"Ran! Lo mau kemana?" tegur Elena.
"Gue mau bicara sama Andi sebentar!" sahut Ranti sambil melambaikan tangan. Dia perlahan menghilang di telan jarak.
Ranti menemui Andi ke kelas. Kebetulan kekasihnya itu memang berada di kelas yang sama dengan Vino dan Iyan.
Setibanya di tempat tujuan, atensi Ranti justru tertuju pada Vino, dan bukannya kepada kekasihnya sendiri. Jujur saja, dia sangat ingin menjadi salah satu cewek yang dekat dengan Vino. Tetapi semuanya pupus ketika suatu hari Andi menyatakan cinta kepadanya.
Alasan Ranti menerima Andi, agar dirinya bisa menjadi bagian kelompok pertemanan Vino. Hingga Ranti bisa terus-terusan dekat dengan Vino.
Benar saja, usahanya berhasil. Ranti bahkan mampu membawa Elena ikut masuk ke dalam lingkaran pertemanan itu secara alami.
Menyaksikan kedatangan Ranti, Andi langsung menghampiri. Ranti bergegas mengalihkan atensinya pada Andi. Mereka berdiri saling berhadapan di luar kelas.
"Kenapa?" tanya Andi sembari menggenggam salah satu tangan Ranti. Ia mendekatkan mulut ke telinga cewek itu. "Mau melakukan yang kemarin lagi?" tawarnya.
Kebetulan saat bicara empat mata kemarin Andi dan Ranti berciuman bibir untuk pertama kalinya. Sepertinya Andi ketagihan ingin melakukan hal tersebut lagi.
"Bukan." Ranti menggeleng.
Dahi Andi berkerut. "Terus?"
"Kayaknya malam minggu nanti gue nggak bisa deh. Gue ketiban bulan," ungkap Ranti.
"Maksudnya datang bulan?" Andi memastikan. Ranti lantas mengangguk untuk mengiyakan.
"Sorry ya, mungkin kita bisa bicarain lagi kalau datang bulan gue udah kelar," tutur Ranti. Dia sebenarnya berbohong. Entah kenapa keraguan tiba-tiba muncul dalam dirinya. Terlebih Andi bukanlah orang yang dicintai Ranti.
Andi menghela nafas panjang. "Mau gimana lagi," tanggapnya.
"Lo manis banget kalau bisa ngertiin gue gini." Ranti memegangi pipi Andi. Sengaja ingin menghibur cowok itu.
Andi segera memegang tangan Ranti. Kemudian menciumnya.
"Ish! Kita dilihatin orang loh." Ranti buru-buru menarik tangannya. Dia segera kembali ke kelas.
Sementara itu, Vino dan Iyan sedang bermain ponsel. Keduanya sama-sama tergelak. Mereka sedang melihat video Alam bernyanyi yang sudah tersebar dengan cepat.
"Dia nggak selesain lagunya, Vin!" ujar Iyan.
"Gue tahu," sahut Vino santai. Dia berniat menjadikan kesalahan kecil itu sebagai alasan untuk mengganggu Alam lagi.
Ketika pulang sekolah, Vino dan kawan-kawan berkumpul untuk menunggu Elena. Mereka berdiri di depan gerbang sekolah.
Bersamaan dengan itu, banyak cewek yang lalu lalang dan tak lupa menyapa Vino. Mereka tidak lain adalah cewek-cewek yang sudah pernah disentuh Vino.
"Gila! Sudah berapa cewek yang jadi korban lo?!" tanya Iyan.
"Korban apaan. Mereka sendiri yang nyerahin diri," jawab Vino santai.
"Gue jadi penasaran sudah berapa kali lo celap-celup ke lubang buaya," ucap Andi. Dia lalu tergelak bersama Iyan.
"Lubang buaya? Gue nggak pernah sampai ke sana," ungkap Vino. Memang selama ini Vino tak pernah melakukan hubungan sampai sejauh itu.
Andi dan Iyan kaget. Keduanya tentu merasa tak percaya.
"Jangan bohong deh lo!" timpal Iyan.
"Ngapain gue bohong," balas Vino. Ia mendengus sejenak dan melanjutkan, "sebenarnya gue juga penasaran sih. Tapi merasa belum waktunya aja. Lagian gue takut kalau cewek yang gue deketin hamil."
"Baru kali ini gue dengar Vino nyebut kata takut," komentar Andi. Dia tersenyum remeh.
Vino langsung mendelik. Membuat senyuman Andi seketika hilang. Wajahnya memucat.
"Gue cuman merasa belum waktunya aja!" tegas Vino.
"Iya, iya. Gue sama Andi ngerti." Iyan merangkul Vino. Dia langsung menegur Andi dengan tatapan. Keduanya sangat tahu bagaimana temperamen Vino saat dalam suasana hati buruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Nacita
dasar ga ada akhlaqqqq 🙈
2024-05-28
0
Nunu
cuma main mulut doang belum masuk ke goa 😂😂😂
2023-01-17
1
Adila Ardani
lanjut
2023-01-17
0