...༻✫༺...
Vino memilih pergi ke klub malam. Dia mencoba mengalihkan pikirannya dengan cara bersenang-senang. Vino minum lumayan banyak alkohol di sana. Menari di lantai dansa. Lalu memilih salah satu wanita untuk dipermainkan.
Tidak ada sama sekali ketakutan dalam diri Vino. Toh orang tuanya juga melakukan hal sama sepertinya.
Vino dan seorang wanita bernama Tasya masuk ke ruang VIP sambil tak berhenti berciuman bibir. Nafas sang wanita sudah tersengal-sengal.
Tasya mulai melenguh, saat itulah Vino mendorongnya menjauh. Dia tidak tahu kenapa, tetapi dirinya merasa tidak bergairah melakukan apapun.
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba melepaskanku? Ayolah, tampan..." Tasya kembali mendekati Vino. Dari gayanya yang glamor, dia jelas berusia lebih tua dari Vino.
"Menjauhlah!" Vino tak terima. Kali ini dia mendorong Tasya dengan kuat. Sampai membuat wanita itu jatuh terduduk ke lantai. Dia tidak bisa menahan keseimbangan karena menggunakan sepatu hak tinggi.
"Kau menyakitiku! Dasar bocah!" geram Tasya yang akhirnya menunjukkan jati diri.
Vino menarik sudut bibirnya ke atas. Dia mengacungkan jari tengah kepada Tasya sambil duduk ke sofa.
"Dasar anak muda zaman sekarang! Tidak ada yang tahu sopan santun!" gerutu Tasya. Ia yang kesal segera keluar dari ruangan.
Kini Vino sendirian. Dia merebahkan diri ke sofa. Dirinya benar-benar bosan sekarang. Kegiatan minum-minum dan bermain wanita juga sudah membuat Vino muak. Ia yang berniat tidur, bahkan tak bisa jatuh ke dalam lelap.
Waktu menunjukkan jam 12.45 malam. Vino hanya terpaku sambil menatap langit pelafon. Entah kenapa ingatan tentang ciumannya dan Elena tadi siang mendadak muncul.
Senyuman merekah di wajah Vino. Dia ingat bagaimana wajah merah Elena saat malu. Jujur saja, Vino tidak pernah melihat sisi Elena seperti itu. Selama ini, Elena hanya Vino kenal sebagai gadis tukang omel.
"Ngajak Elena ke sini pasti seru," gumam Vino. Dia mengambil ponsel dan menghubungi Elena.
Di malam selarut itu, Elena tentu asyik tertidur. Namun suara dering ponsel yang terus berbunyi, membuatnya terpaksa harus bangun.
Atensi Elena langsung tertuju ke arah jam dinding. Di sana waktu menunjukkan jam satu dini hari.
"Hah? Siapa yang telepon malam-malam begini?" keluh Elena. Dia akhirnya memeriksa ponsel dan melihat nama Vino di sana.
Deg!
Jantung Elena langsung berdegup kencang. Sekilas bayangan tentang apa yang dilakukan cowok itu tadi siang segera teringat.
Sungguh, Elena baru tertidur satu jam lalu. Ia tidak bisa tidur karena pikirannya terus dihantui Vino. Karena hal itu, Elena menggunakan musik untuk membuatnya tertidur dengan cepat. Namun cowok yang sama lagi-lagi harus mengganggunya.
"Dia beneran udah gila!" komentar Elena. Dia memilih mematikan panggilan telepon dari Vino.
Selang satu detik, pesan dari Vino masuk. Cowok tersebut memberitahu bahwa dirinya sedang menghadapi keadaan genting.
'Cepat angkat, El. Ini penting banget!' begitulah bunyi kalimat terakhir di pesan Vino. Menyebabkan perasaan cemas sontak menyelimuti Elena.
Karena khawatir, Elena lantas menghubungi Vino. Panggilannya langsung dijawab oleh cowok tersebut.
"Wah, akhirnya diangkat juga," komentar Vino dari seberang telepon.
"Apaan sih?! Lo pasti ngerjain gue kan?" tukas Elena dengan wajah yang dipenuhi oleh garis-garis kekesalan.
"Enggak. Gue cuman kepikiran sama kejadian tadi siang. Setelah dipikir-pikir, ciuman gue itu memang keterlaluan..." Vino bicara dengan nada tak seperti biasa. Lebih pelan dan asal-asalan. Mengingat cowok tersebut dalam keadaan mabuk.
"Lo baru sadar? Nada bicara lo kenapa kayak gitu? Lo mabuk ya?" Elena menyelidik.
Vino terkekeh. "Gue minta maaf sama yang tadi siang. Gue harap lo bisa lupain apa yang terjadi di antara kita. Oke?" ujarnya. Dia tak menjawab pertanyaan Elena.
"Nggak semudah itu kali! Apa yang lo lakukan ke gue itu berdampak banget!"
"Berdampak? Tunggu dulu..." Vino terdiam sejenak dan meneruskan, "lo kepikiran terus ya?"
"E-enak aja! Enggaklah! Gu-gue cuman merasa nggak nyaman. Gue merasa kotor tahu nggak!" Elena berusaha menutupi kegelisahannya dari Vino. Tetapi dia tentu tidak bisa menyembunyikan nada bicaranya yang tergagap.
"Hahaha! Lo polos banget." Vino tertawa renyah. "Dunia ini sudah kotor, El. Percuma terus menjaga diri kalau nggak bisa bebas," sambungnya yang kini terdengar serius.
Elena tertegun. Perkataan Vino seolah menamparnya. Begitu menohok hingga kena ke hati. Elena tentu tidak membantah kalau kehidupannya sekarang seperti penjara. Yaitu penjara aturan dari kedua orang tuanya.
"Oke, El. Lo bisa tidur lagi sekarang," ujar Vino. Pembicaraannya dan Elena berakhir disitu.
Elena meletakkan ponsel kembali ke atas nakas. Kemudian merebahkan diri ke kasur. Ia jadi memikirkan perkataan Vino yang selalu mengajaknya untuk sesekali lepas dari kekangan orang tua.
Sambil berkalut dengan pikiran, Elena secara alami tertidur. Tanpa diduga, dia merasakan cahaya menghantam matanya. Elena segera membuka mata.
Betapa kagetnya Elena saat melihat Vino sedang telentang di ranjang yang sama dengannya. Cowok itu segera mematikan senter ponsel ketika melihat Elena sudah bangun.
"Gila! Gimana lo--" tangan Vino sigap membekap mulut Elena. Hingga perkataan gadis itu otomatis terhenti.
"Hush!" Vino meletakkan jari telunjuk ke depan bibirnya. Ia bergeser lebih dekat. Cowok itu memancarkan tatapan tajam dan tersenyum nakal seperti biasa. Menyebabkan jantung Elena rasanya ingin meledak.
Elena tidak tahu kenapa, tetapi menurutnya begitulah daya tarik seorang Vino. Pantas saja banyak cewek yang jatuh dalam pesonanya.
Perlahan tangan Vino berhenti menutup mulut Elena. Sebelum cewek tersebut sempat bicara lagi, Vino kembali menutup mulutnya. Namun sekarang bukan dengan tangan, melainkan dengan bibir.
Vino memposisikan diri ke atas badan Elena yang masih telentang. Mulutnya terus mendorong bibir gadis tersebut untuk bergerak.
Alhasil Elena tak bisa menahan diri. Ia membalas ciuman Vino. Kedua tangannya bahkan memegangi erat kepala cowok tersebut.
Elena merasakan sesuatu yang tak biasa ditubuhnya. Yaitu kenikmatan fisik. Terutama saat tangan Vino mulai menjamah area sensitifnya.
Vino melepas ciumannya sejenak. Dia menggunakan waktu itu untuk melepas pakaian atasan. Hingga badan atletis Vino terpampang jelas. Tidak heran cowok tersebut memiliki tubuh yang bugar. Sebab dia merupakan atlet sekolah yang di idolakan.
Elena terpaku. Dia seolah terhipnotis dengan pemandangan yang dilihatnya.
"Vi-vin--" Mulut Elena harus kembali bungkam karena serangan Vino. Kini cowok itu menenggelamkan wajah ke ceruk leher Elena.
Bibir Elena mengatup rapat. Dia berusaha keras melawan hal yang seharusnya tidak dirinya lakukan sekarang. Akan tetapi lenguhan nikmat tetap tak bisa Elena tahan.
"Ah..."
Mendengar suara itu, Vino berhenti bergumul dengan kulit Elena. Ia menatap gadis tersebut. "Gimana? Enak kan, El?" ujarnya. Kalimat itu seperti deja vu untuk Elena. Mata cewek tersebut membulat.
"Elena!" Suara tidak asing terdengar memekik lantang. Itu terdengar berulang kali sampai akhirnya Elena terbangun dari mimpi. Sosok Vino yang sedari tadi ada di ranjang otomatis menghilang. Apa yang dilakukan Elena dan Vino tadi jelas hanyalah mimpi.
"Syukurlah..." Elena mengelus dadanya. Dia bergegas keluar untuk menghampiri ibunya yang sejak tadi memanggil.
"Kenapa, Mah?!" tanya Elena seraya keluar dari kamar. Dia menghampiri meja makan.
"Celanamu kenapa basah? Kamu ngompol?" bukannya menjawab, Rika justru berbalik tanya.
Mata Elena terbelalak. Dia langsung memastikan keadaan celananya. Benar saja, celana Elena basah!
Meski basahnya sedikit, celana piama yang berwarna abu-abu itu memperlihatkan dengan jelas basah yang Elena alami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Nacita
wkwk mimpi bsaaaahh 😆
2024-05-28
0
Nunu
vino beneran racun kotor buat elena 🤣
2023-01-20
1
Kristina Sinambela
lanjut LG thor
2023-01-20
1