...༻✫༺...
"Sorry ya, Ran. Gue juga--"
"Apa?!" Ranti memotong perkataan Andi. Ternyata sang pacar memiliki pendapat yang sama dengan Vino dan Iyan.
"Gue kurang menarik gitu di mata lo?" timpal Ranti.
"Eak! Perang dunia dimulai," seru Iyan. Dia dan Vino cekikikan bersama. Hanya Elena yang menunjukkan ekspresi tidak nyaman.
"Bukan gitu. Gue cuman--"
"Ya sudah. Janji di rumah gue malam minggu nanti batal!" tegas Ranti. Dia lagi-lagi memotong ucapan Andi.
"Apa?! Batal?! Ayolah, Ran. Jangan begitu dong." Andi sontak memelas. Entah janji apa yang sedang dibicarakannya dengan Ranti. Elena, Vino, dan Iyan bahkan penasaran akan hal itu.
"Ayo kita ke kantin duluan." Ranti menarik tangan Elena. Keduanya berjalan lebih dulu menuju kantin.
Vino menatap Andi penuh selidik. Begitu pun juga Iyan. Keduanya menghentikan Andi yang hampir beranjak karena ingin mengejar Ranti.
"Di! Mending lo kasih tahu kita mengenai janji lo sama Ranti malam minggu nanti," ucap Iyan seraya merangkul pundak Andi.
"Ah, itu privasi gue sama Ranti kali," balas Andi yang enggan memberitahu.
"Idih! Sok-sokan banget nih anak." Vino mendorong kepala Andi. Dia melakukannya bersamaan dengan Iyan.
"Tahu, sama teman sendiri sok-sokan bilang privasi." Iyan ikut menimpali.
Andi tergelak. Dia merasa lucu dengan reaksi yang ditunjukkan kedua temannya.
"Oke, oke. Gue akan kasih tahu kalian. Tapi kalian harus janji bantuin gue bujuk Ranti. Setuju?" Andi membuat kesepakatan.
"Gampang itu. Masalah membujuk cewek, gue jagonya," sahut Vino percaya diri. Dia dan Iyan mendekati Andi. Ketiganya saling berangkulan. Saat itulah Andi membeberkan janji yang akan dilakukannya bersama Ranti malam minggu nanti.
"Gue sama Ranti sepakat ingin mencoba melakukan itu," bisik Iyan.
"Melakukan apa?" tanya Iyan. Keningnya mengernyit dalam. Berbeda dengan Vino yang tampak tersenyum miring. Lelaki itu sepertinya bisa menduga apa yang dimaksud oleh Andi.
"Gue tahu. Lo sama Ranti mau melakukan..." enggan berkata lewat mulut, Vino memperagakan dengan tangan. Dia terlihat menggunakan bahasa tubuh. Dari pergerakan tangannya, jelas Vino seperti memperagakan proses penyatuan dalam hubungan intim.
"Gila! Jangan, Yan! Nanti lo nggak perawan lagi," cetus Iyan dengan nada cukup lantang. Semua orang-orang di sekitar sontak reflek menatapnya. Alhasil Iyan mendapat geplakan di kepala dari Vino dan Andi.
"Sudah kenceng, salah lagi!" protes Andi.
"Sorry, mulut gue kebab." Iyan tersenyum sambil memegangi tengkuk.
"Kebab?" Andi terheran. Sementara Vino juga tampak bingung. Terlihat jelas dari dahinya yang berkerut.
"Kebablasan," ucap Iyan. Berniat ingin melawak. Namun bukannya tertawa, dia justru membuat kedua temannya malu.
Vino memutar bola mata jengah. Sedangkan Andi menutupi wajahnya sambil geleng-geleng kepala. Mencoba memaklumi Iyan, tetapi rasanya begitu sulit.
"Kita tinggalin aja. Malu-maluin punya teman kayak dia," ajak Vino. Dia dan Andi buru-buru pergi. Iyan yang tak mau ditinggal, segera menyusul mereka.
Di sisi lain, Ranti dan Elena sudah lebih dulu ada di kantin. Keduanya bahkan telah menikmati makan siang.
"Gila! Andi kayaknya benar-benar nggak peduli sama janji di malam minggu," keluh Ranti. Dia tampak melampiaskan kekesalan dengan cara mengobrak-abrik mie ayam.
"Ah! Lo kayak nggak kenal Andi. Sekarang dia pasti lagi curhat sama dua keriwilnya itu. Sama kayak lo ke gue gini kan. Ngomong-ngomong janji apaan yang pengen lo lakuin bareng Andi?" Elena penasaran.
Sebelum bicara, Ranti melihat ke kanan dan kiri. Lalu berbisik ke telinga Elena. Memberitahukan mengenai janji yang akan dilakukannya dengan Andi.
Pupil mata Elena membesar. Dia juga reflek menutupi mulut. "Lo serius?" tanyanya.
"Penasaran aja. Tapi kayaknya nggak bakal kejadian. Lagian gue udah badmood sama Andi. Nyebelin tuh cowok!" ungkap Ranti.
"Bagus deh kalau lo nggak jadi. Nggak baik tahu." Elena mencoba memberi wejangan. Dia berbisik, "Emang lo nggak takut hamil?"
"Kan ada pengaman, El." Ranti balas berbisik.
"Dengar ya. Gue saranin sama lo untuk nggak melakukan itu. Lo kenapa tiba-tiba tertarik melakukan hal begitu sih? Heran gue."
"Itu karena drama korea kesukaan gue. Hehehe..." Ranti mengungkapkan dengan malu-malu.
"Apa hubungannya coba? Emang ada drama korea yang bokep?" tanggap Elena.
"Jadi gini ceritanya. Gue tuh nonton drakor kan. Terus ada adegan ciuman panas di sana. Entah kenapa gue merasa suka aja gitu melihatnya. Sampai rasa penasaran gue berakhir lebih jauh." Ranti bercerita panjang lebar. Dia dan Elena terus bicara dengan nada pelan. Ranti tentu malu jika privasinya didengar oleh semua orang.
"Maksudnya?" Elena menuntut penjelasan.
"Karena adegan ciuman itu, gue jadi tertarik pengen nonton bokep. Terus gue tonton deh. Gue juga akhir-akhir ini suka baca novel online dewasa. Ternyata mudah banget di akses," jelas Ranti.
"Jadi karena video bokep lo tertarik nyerahin keperawanan lo sama Andi? Nggak banget sih! Lo mending belajar yang rajin, kalau bokap sama nyokap lo tahu bisa kacau kan?"
"Coba lo nonton bokep sekali, atau coba baca novel online dewasa. Gue jamin lo--"
"Kagak!" Elena lekas menolak.
Bertepatan dengan itu, Vino, Iyan dan Andi datang. Wajah Ranti langsung cemberut.
"Ran, Andi katanya mau bicara empat mata," ujar Vino sembari duduk ke kursi yang ada di hadapan Elena.
"Gue lagi makan," sahut Ranti ketus.
"Ayolah, Ran. Sebentar aja ya," bujuk Andi. Tetapi Ranti masih tak acuh.
"Kata Andi, dia janji bakalan belikan lo apapun pas pulang sekolah nanti," cetus Vino.
"Iya, Vino benar. Gue akan belikan apa yang lo mau pas pulang nanti." Andi membenarkan pernyataan Vino.
"Yang benar? Apa yang gue mau ya? Kalau gue minta dibelikan mobil, lo harus belikan!" Benar saja, pancingan yang dicetuskan Vino langsung mendapat tanggapan dari Ranti.
"Iya deh." Andi tak menampik. Dia dan Ranti segera beranjak dari kantin.
"Kalau berduaan di tempat sepi jangan cipo-kan ya!" ucap Vino. Tepat sebelum Andi dan Ranti benar-benar pergi. Dua sejoli itu tidak menanggapi. Mereka hanya terus melangkah karena ingin cepat-cepat bicara.
"Dih! Kayak sendiri enggak," cibir Elena.
"Emang nggak pernah!" Vino menjeda ucapannya sejenak. Lalu meneruskan, "nggak pernah ketahuan."
"Parah lo!" komentar Iyan.
Elena terlihat geleng-geleng kepala. Berusaha memaklumi bualan Vino. Tetapi cowok itu justru melihat seorang lelaki yang menatap tak suka ke arahnya. Sepertinya dia merasa tak suka dengan candaan Vino yang terdengar arogan dan meremehkan.
"Apa lihat-lihat?!" timpal Vino dengan mata yang menyalang. Cowok yang ditimpalinya langsung tertunduk takut. "Belagu banget!" makinya.
"Apaan sih! Orang dia cuman ngelihatin lo doang," ucap Elena. Dia merasa sikap Vino berlebihan.
"Gue ini bisa bedakan tatapan orang yang suka sama nggak suka," sahut Vino. Dia kembali mempelototi cowok yang telah berhasil mengganggunya. Walau hanya sekedar karena tatapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Icha Chairunisa
Andi bukan iyan
2024-08-13
0
Nunu
jadi Ranti Ama Andi itu Gamal Ama Zahra versi 2 ya Thor 🤣🤣🤣 trs elena Ama vino Rafi dan Elsa 😀😀😀
2023-01-14
4
Barra
lanjut
2023-01-14
0