...༻✫༺...
Istirahat kedua telah tiba. Vino, Iyan, dan Andi biasanya berada di aula lama sekolah. Lokasi itu ada di bagian paling belakang. Tempatnya juga sudah tidak terpakai. Hanya dijadikan sebagai tempat untuk meletakkan barang-barang bekas fasilitas yang rusak.
Vino dan kawan-kawan sedang asyik merokok. Ketiganya berada di bagian teras belakang aula sekolah. Tempat paling sepi dan teraman bagi mereka.
"Kalian bosan nggak?" celetuk Vino. Dia duduk di atas meja yang penuh coretan. Meja seperti itu biasanya tak digunakan lagi.
"Lumayan," sahut Andi. Dia, Vino, dan Iyan terlihat mengenakan seragam dengan asal. Mengeluarkan baju putih mereka dari celana. Di peraturan sekolah sendiri, hal itu adalah pelanggaran terhadap aturan berpakaian rapi.
"Gue nggak bosan lagi. Tapi sumpek. Ditambah habis ini kita harus kembali belajar Matematika!" ungkap Iyan. Dia berdiri tegak menghadap tembok sekolah. Sementara Andi tampak berjongkok di pinggir teras.
"Di! Panggil cangcut doraemon gih!" titah Vino. Membicarakan murid bernama Alam. Dalam kelompok pertemanannya, dia memang selalu menjadi bos. Mengingat Vino adalah murid terkaya, populer, dan berkuasa.
Andi mendengus kasar. Meskipun begitu, dia langsung pergi untuk melakukan perintah Vino. Sebelum itu, Andi tak lupa mematikan rokok terlebih dahulu.
"Jangan sampai Elena tahu!" seru Vino. Tepat sebelum Andi benar-benar hilang dari pandangan. Temannya itu menjawab dengan acungan jempol. Vino berkata begitu karena Elena tidak suka melihat dirinya mengganggu Alam atau murid lain.
Dengan langkah cepat, Andi mendatangi kelas Alam. Kelasnya sendiri berada cukup dekat dari aula belakang sekolah.
Ketika tiba di kelas Alam, Andi langsung masuk. Dia mendatangi Alam yang tampak sibuk sendiri.
Saat sudah dekat, Andi berhasil memergoki Alam menggambar seorang cewek di buku gambarnya. Tanpa permisi, Andi langsung merebut buku gambar tersebut.
"Wah, kayaknya gue kenal sama nih cewek!" seru Andi.
"Kembalikan!" Alam mencoba merebut kembali buku gambarnya. Akan tetapi Andi sigap menjauhkan.
"Mau ini kembali? Ikut gue!" imbuh Andi dengan senyuman pongah.
Alam tak punya pilihan selain ikut. Dia sangat malu jika sosok gadis yang digambarnya diketahui orang banyak.
Tidak perlu menunggu lama, Andi dan Alam tiba di belakang aula lama sekolah. Vino lantas tersenyum licik.
Alam tampak terus menundukkan kepala. Seolah merasa takut untuk sekedar menatap Vino. Sementara Andi terlihat berjalan jauh di belakangnya.
Sebenarnya Vino punya alasan kuat untuk membuli Alam. Sebab cowok berbadan gempal tersebut pernah tertangkap basah merekam video Vino berciuman bibir dengan cewek.
Tindakan berani Alam kala itu diketahui oleh Iyan dan Andi. Belum sempat dia menyebarkan video tersebut, Vino lebih dulu mengatasinya. Parahnya Vino tidak hanya sekedar menghapus video yang sudah direkam, tetapi juga sekalian menghancurkan ponsel Alam hingga rusak.
Belum sampai di sana, agar kelakuannya tidak dilaporkan guru, Vino mempeloroti celana Alam secara paksa. Lalu tak lupa untuk merekamnya. Vino mengancam akan menyebar video itu jika Alam nekat mengadukannya ke guru. Alhasil Alam tak bisa berkutik. Dengan tubuhnya yang hampir obesitas, dia juga tak berdaya untuk melawan Vino.
Dari sanalah awal mula Vino dan kawan-kawan mengejek Alam dengan sebutan cangcut doraemon. Sebab ketika celananya dipeloroti, Alam ketahuan mengenakan celana da-lam bergambar doraemon. Semenjak itu, Vino jadi terbiasa mengganggu Alam.
Kapok dan takut. Itulah yang dirasakan Alam saat berhadapan dengan Vino. Sebenarnya kasus mengenai Alam bukanlah satu-satunya alasan kenapa Vino ditakuti di sekolah. Tentu ada kasus lain yang membuat posisi Vino semakin ditakuti. Sesuatu yang jelas membuat orang harus berpikir dua kali jika ingin mengganggu Vino.
"Selebriti kita sudah datang," seru Iyan sembari berdiri tegak.
"Mana cangcut doraemon lo? Dipakai nggak hari ini?" tanya Vino seraya turun dari meja. Dia berjalan ke hadapan Alam.
"Ugh!" Saat berada sangat dekat dengan Alam, Vino reflek menutup hidung dan meringiskan wajah. "Gila! Lo bau banget!" ujarnya.
"Dia emang bau, Vin. Makanya gue jalan agak jauhan dari dia pas ke sini. Biasa, orang gemuk kan sering keringatan," sahut Andi sembari berjalan ke samping Vino. "Nih! Hasil karya Alam," sambungnya. Dia menyerahkan buku gambar Alam kepada Vino.
"Jangan!" Alam berusaha merebut buku gambarnya. Namun Vino dengan cepat melangkah mundur.
"Emang gambar apaan sih? Kayaknya penting banget," komentar Vino. Ia segera membuka buku gambar Alam. Andi yang tahu, langsung memberitahu.
Iyan yang penasaran, ikut mendekat. Pupil matanya dan Vino seketika membesar tatkala menyaksikan gambaran Alam. Karena gadis yang digambar di sana adalah kenalan mereka.
"Anjir! Lo suka sama Elena?" tanya Vino seraya menurunkan buku gambar. Dia langsung memastikan karena gambar gadis yang dilihatnya tidak lain adalah Elena.
Alam menggeleng. Dia lagi-lagi berusaha mengambil buku gambarnya. Namun tetap tidak bisa, karena Vino segera berlari menjauh. Kemudian melempar buku gambarnya pada Andi.
Kini Alam berlari mendatangi Andi. Tetapi Andi malah melempar buku gambarnya kepada Iyan. Keduanya tergelak geli.
Alam yang berlari sana-sini sudah ngos-ngosan. Dia jadi cepat lelah karena keadaan berat badannya.
Karena lelah, Alam menyerah. Dia berdiri menghadap Vino dengan raut wajah memelas.
"Gue sudah kapok, Vin... Gue mohon lepasin gue..." ujar Alam. Dia sudah lelah terus menjadi bahan mainan Vino dan kawan-kawan.
"Lepasin? Kita nggak culik lo kok," balas Vino. Dia melangkah ke hadapan Alam yang kembali menundukkan wajah.
Vino berjongkok agar bisa melihat wajah Alam yang tampak lelah. "Oke, gue bakalan berhenti ganggu lo," cetusnya. Membuat kepala Alam langsung terangkat.
"Tapi dengan satu syarat," ucap Vino. "Lo harus nyanyi di hadapan Elena!" tantangnya.
"A-apa? Tapi aku nggak--"
"Kalau nggak bisa, ya udah. Gue akan terus gangguin lo seperti sekarang," sergah Vino. Sengaja memotong perkataan Alam. Iyan dan Andi yang mendengar terkekeh bersama.
Alam terdiam seribu bahasa. Dia sedang sibuk berpikir. Sampai akhirnya Alam berucap, "Ba-baiklah kalau begitu."
"Suruh dia nyanyi lagu itu, Vin! Yang kita lihat di tik tok kemarin!" usul Iyan.
"Lo benar." Vino sepertinya setuju. Dia mengambil ponsel dan memperlihatkan video yang dimaksud Iyan.
Mata Alam membulat sempurna. Sebab lagu yang diperlihatkan Vino adalah lagu lama. Dimana penyanyi yang menyanyikan lagu tersebut memiliki nama sama dengan Alam. Ya, lagu yang ditunjukkan Vino tidak lain adalah Mbah Dukun.
"Eh, nama penyanyinya juga Alam loh!" ujar Vino. Dia, Andi, dan Iyan tertawa terbahak-bahak. Sebab lagu Mbah Dukun memang terdengar sangat absurd.
Alam meremas celana abu-abunya. Dia tidak bisa menolak karena sudah terlanjur setuju.
..._____...
Catatan Author :
Yang nggak tahu lagu Mbah Dukun, silahkan cek youtube!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Nacita
ga tega ih sama yg berbau bullying
2024-05-28
0
Adifaa Ashlnfauzh
kasihan bgt sih alam
2023-09-15
0
Elisa Damayanti
dasar jahil g ketulungan....
2023-01-16
3