...༻✫༺...
Ciuman Vino semakin intens. Ulah cowok itu membuat Elena kian terpojok ke dinding. Meskipun begitu, ciuman mereka terus berlanjut. Nafas keduanya sudah memburu. Memperdengarkan dengusan seakan mereka sulit untuk bernafas.
Secara alami tangan Elena mengalung ke leher Vino. Alhasil cowok tersebut melingkarkan tangannya ke pinggul Elena.
Tak berhenti sampai di situ, Vino tambah terbawa suasana. Perlahan tangannya menjelajah lekuk tubuh Elena. Sebagai lelaki, itu tentu adalah naluri yang sudah ada dalam dirinya.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Elena berpacu lebih cepat. Dia merasakan darah disekujur badannya berdesir hebat. Terasa seperti tersengat listrik ribuan volt. Tidak sakit dan candu. Elena tak pernah merasakan buaian nikmat seperti sekarang. Tubuhnya tak bisa membantah bahwa apa yang dia rasakan adalah sesuatu hal tak biasa.
Karena Elena tak kunjung melakukan perlawanan, Vino tetap melanjutkan sentuhannya. Tangan kanannya menyusup ke dalam kaos baju Elena. Bergerak untuk mennggapai buah dada cewek tersebut. Sedangkan tangan kiri Vino perlahan menyingkap rok Elena.
Saat itulah mata Elena terbuka lebar. Dia merasa sentuhan Vino sudah berlebihan. Apalagi Elena baru sadar kalau dirinya sedang berada di tempat terbuka.
Elena berniat menghentikan Vino. Belum sempat dia menghentikan, tiga orang gadis keluar dari pintu exit wahana rumah hantu. Saat itulah Vino dan Elena langsung saling melepaskan. Menjaga jarak dan menutupi wajah karena malu.
Tiga gadis yang berhasil memergoki kelakuan Vino dan Elena, hanya saling berbisik dan geleng kepala. Bermesraan di depan umum tentu bukanlah hal wajar. Terutama dilakukan oleh pasangan remaja serta tidak memiliki ikatan pernikahan.
"Gue mau ke toilet." Elena terlalu malu dengan apa yang baru saja terjadi. Dia hanya ingin cepat-cepat melarikan diri.
Vino sigap memegang lengan Elena. Hingga gadis itu urung pergi.
Elena menatap Vino. Dia melihat cowok tersebut memancarkan tatapan dengan mata sayu.
Jantung Elena kembali berpacu lebih cepat. Entah kenapa dia berharap Vino mengatakan sesuatu yang akan memperjelas maksud ciuman tadi.
"Sorry buat yang tadi. Gue khilaf," ungkap Vino sembari tersenyum tipis.
Elena terhenyak. Hanya itu? Hanya itukah yang ingin dikatakan Vino? Bahkan sempat-sempatnya dia mengukir senyuman tanpa dosa.
"Bacot!" Elena menghempaskan tangan Vino. Dia kembali berjalan menuju toilet. Jujur saja, Elena masih saja berharap Vino memanggil dan mengatakan sesuatu yang dirinya harapkan. Akan tetapi cowok tersebut tidak melakukan apapun.
"Gue tunggu di depan ya, El!" seru Vino. Hanya itu yang dikatakannya. Bersikap seakan-akan tidak ada yang terjadi di antaranya dan Elena.
Saat di toilet. Elena membasuh bibir dan berkumur berulang kali. Wajahnya memerah karena kesal. Dia merasa marah dengan dirinya sendiri. Terlebih Elena juga sudah tahu bagaimana perangai Vino sebagai lelaki. Ia juga beberapa kali memergoki cowok itu bermain dengan perempuan.
"Sial! Harusnya gue tampar saja tadi wajahnya!" gerutu Elena. Dia memukuli kepalanya sendiri beberapa kali.
Sementara di luar, Vino sedang menunggu. Di kedua tangannya sudah ada es krim. Dia membelinya untuk dirinya dan juga Elena.
Vino menggigit bibir bawahnya. Dia tersenyum sendiri saat mengingat ciumannya dengan Elena. Sungguh, Vino masih belum puas mencium cewek itu. Mungkin Elena adalah satu-satunya gadis yang membuatnya merasa begitu. Sebab biasanya Vino akan merasa jengah pada gadis yang sudah satu kali kena jamahannya.
Tak lama kemudian Elena muncul. Vino langsung memberikan es krim pembeliannya untuk cewek tersebut.
"Nih, gue pilih rasa yang sama biar adil," ujar Vino.
Elena cemberut dan mengambil es krim pemberian Vino. Cowok tersebut masih saja bersikap seperti biasa.
'Kenapa gue terus mengharapkan sesuatu yang nggak seharusnya terjadi? Kenapa gue berharap Vino kasih penjelasan? Kalau dia bilang suka ke gue, otomatis dia nembak gue kan?' batin Elena. Dia lekas menggeleng kuat. 'Enggak! Gue harus lebih hati-hati sekarang. Lagian apa yang bisa diharapkan sama cowok kayak Vino sih? Masa depannya cuman berpegang sama harta warisan doang. Dia juga pernah bilang nggak pernah punya cita-cita,' sambungnya.
"Kenapa? Kepikiran sama yang tadi? Enak ya, El?" Vino merangkul Elena. Dia bicara ke dekat telinga cewek itu.
Mata Elena mendelik. Dia menginjak kuat kaki Vino. Untuk kali pertama cowok itu merintih kesakitan karena kemarahan Elena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Whila Abigail
wkwkwk berharap elen SM vino jadian aja,daripada kiss2 Mullu tanpa sttus🤭
2023-01-24
3
Kristina Sinambela
Weh mksh Thor lsg up 2 bab siang ini 😁
semoga MLM jg up
2023-01-24
1