Ambar.

Aku berlari mencari dimana letak jembatan kecil yang mengiang di otakku. Berlari memutar kesana dan kemari. Mataku belum samasekali menangkap apapun, namun aku putuskan untuk tidak cepat putus asa.

Aku terus berlari sampai bertemu pembatas desa, sekitar sepuluh kali aku berputar di tempat yang sama yaitu pembatas desa ini.

Aku berhenti karena kelelahan. Langit masih gelap gulita tanpa matahari yang membakar kulit, tapi keringat terus mengucur di sekujur tubuhku. Aku terduduk lemah di atas rerumputan, saat inilah aku mengingat kembali tuhanku.

Sudah hampir sepekan aku meninggalkan kewajibanku sebagai umat muslim, entah Sholat ataupun membaca Ayat Suci Al-Qur'an. Aku sama sekali tidak menyalahkan siapapun atau apapun, semenjak masuk ke dalam desa ini jangankan mendengar adzan berkumandang bahkan fikiranku pun seakan tidak sama sekali mengingat kewajibanku.

Aku mengambil ponsel milikku di dalam saku celana panjangku, ku nyalahkan layarnya dan mencari sebuah aplikasi Al-Qur'an Online. Ku lantunkan beberapa ayat-ayat pendek selama 10 menit. Aku sama sekali tidak melirik kemanapun selain arah layar benda pipih ini.

Tiba tiba,

' Allahuakbar Allahuakbar..

Aku melompat dari tempat dudukku semula, aku benar benar terkejut saat sebuah alarm adzan berbunyi secara tiba tiba dari ponselku.

Ponselku terjatuh, aku hanya berdiri heran sambil menatap benda itu di bawah kakiku yang masih berbunyi.

Rasanya sudah begitu lama aku tidak mendengar seruan tuhan, hatiku terasa tenang. Aku menunduk memutuskan mengambil kembali ponsel itu, terpampang jelas tulisan besar di dalam sana ' Waktu subuh '

Air mataku jatuh begitu saja tanpa permisi, aku begitu sibuk mencari sahabatku sampai tak menyadari jika sudah masuk waktu subuh.

" Adzan berkumandang dengan indahnya di telingaku, entah aku merasa senang atau sedih. Bahkan aku belum menemukan titik terang dimana keberadaan Ambar, " Aku mengangkat kedua tanganku keatas, " Ya Allah, berikan hambamu ini petunjuk. Lindungi hamba dan teman teman hamba Ya Allah, beri kami jalan mudah dari segala yang paling mudah. " Aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku lalu mengucapkan Aamiin.

Tiba tiba telingaku mendengar sesuatu, suara gelakan tawa yang membuat gendang telingaku hampir pecah. " Itu pasti Ningsih! "

Aku kembali berlari mencari dimana letak titik suara itu. Pembatas desa lagi ! Aku hanya berputar-putar sedari tadi.

" Jika aku hanya di putar putar disini, bisa jadi mereka ada di sekitar sini juga. " Aku berusaha berfikir sepositif mungkin. Aku berjalan perlahan membuka selah antara tebalnya semak semak tidak terurus ini.

Ini semak terakhir, dan lumayan besar belukar. Aku membukanya dengan hati hati, namun tidak ada apapun.

Aku merasa jika hatiku meminta untuk masuk ke dalam semak ini, aku melangkahkan kakiku perlahan dan..

" Jembatan ! " Aku melihat sebuah jembatan kecil yang tidak jauh di depan sana. Aku berlari menuju jembatan tersebut. Pada saat aku sampai pada lengkungan kayu berukuran sekitar 2meter tersebut, langkahku terhenti dengan lutut yang amat gemetar.

" Ambar ! "

Jelas pandanganku melihat kejadian yang sama dengan yang ada dalam ingatan mimpiku waktu itu. Aku berlari menghampiri Ningsih dan Ambar, " Ningsih ! Hentikan! "

Ningsih menghentikan pergerakannya dan mengulum jari dengan kuku panjang yang sudah berlumuran darah.

" Ningsih, kamu mengkhianatiku. Aku sudah berjanji akan membantumu terlepas dari Pak Darman dan Buk Darsih. " Aku terduduk lemas di dekat Ningsih serta Ambar yang sudah tidak lagi bergerak. Air mataku luruh tanpa jeda, bahkan aku tidak ragu dan jijik ataupun takut. Hanya saja hatiku terasa sakit dan sesak.

Ningsih menoleh, seketika wajah yang semula kulihat seram kini berubah kembali menjadi wajah polos tidak berdaya. " Maafkan aku, Serli. Sungguh, ini bukanlah kemauanku. Bahkan aku sudah pernah memperingatkan mu untuk pergi dari sini. " Tidak beda denganku, ia pun menangis merasakan penyesalan yang amat pedih.

Aku menatap Ambar yang sudah tidak bernyawa. Pakaiannya terlepas sempurna, Ya Allah. Aku mengusap pipi Ambar yang sudah terasa dingin, " Maafkan aku, Ambar. "

'Degh

Ningsih memegang tanganku dengan tiba tiba..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!