Malam Jum'at?

" Kau harus segera pergi dari sini, Serli. Kau akan berada dalam bahaya jika dekat denganku. " Ucap Ningsih serius.

" Tidak! Aku sudah berjanji akan membantumu, aku bukanlah orang yang ingkar janji. Aku sudah bilang kan, katakan apa yang harus aku lakukan untuk membantumu. "

" Caranya hanya ada pada Paklek Oyon, hanya ia yang tahu, Serli. Temui dia, dan bakarlah patung yang berdiri tegak di kamar itu. Bakar bersama mayat Ibuk dan Bapak, " Ningsih berbicara sambil menyeringai jahat.

" Apa kau dendam, Ningsih ? "

" Tidak! "

" Lalu ? Kenapa kau mau Bapak dan Ibumu di bakar? Jika di bakar, sudah pasti mereka akan mati. " Ucapku.

" Tidak, aku sungguh tidak dendam. Tapi hatiku sakit, kenapa mereka harus sekejam itu padaku. Aku ingin sekali terlepas dari semua ini, tapi aku tidak bisa berbuat apapun. Sudah hampir lebih dari 3 Tahun aku tersiksa, aku kehilangan segalanya. Hidupku, masa depanku, bahkan anakku. " Jelas Ningsih.

" Kau punya anak? Dimana anakmu, Ningsih? "

Ningsih tidak menjawab apapun, ia kembali menjadi wanita yang sebelum ini kulihat. Ia melayang tinggi dan menjauh dariku dan Ambar.

" Serli ! Ambar ! "

Tiba tiba suara beberapa orang memanggilku, itu suara teman temanku. Tidak hanya ada suara mereka memanggil namaku, tapi juga nama orang lain ?

Aku masih diam tidak bergerak dari posisiku. Menatap Ambar yang sudah tidak bernyawa. Air mataku luruh tanpa henti, bajuku basah tersiram air langit. Gerimis kecil seakan ikut mengiringi duka atas kematian Ambar.

" Ayo cepat, Pak! " Suara siapa itu? Rasanya bukan suara yang asing.

"S-Serli?! " Itu Pak Darman dan Buk Darsih. Mau apa mereka ?

" Mau apa Bapak dan Ibuk ? " Tanyaku.

" Jangan ikut campur anak muda! Ini bukan urusanmu! " Bentak Pak Darman.

Mereka menghampiri aku dan Ambar semakin dekat, mereka berusaha mengangkat tubuh Ambar. Tiba tiba,

" Pak Darman! Buk Darsih! Hentikan !! "

Itu Parmin, mereka ada banyak. Banyak sekali orang yang datang kemari?

" Mau apa kalian ?! " Ucap Pak Darman.

" Kami sudah tidak takut, Pak. Hentikan semua ini, kalian sudah memakan banyak nyawa tidak berdosa." Ucap Parmin sambil memeluk erat Kepala Desa itu dari arah belakang. Sedangkan Buk Darsih dipegang juga oleh salah satu warga yang ikut kemari.

" Serli! Ambar! " Teriak Bara sambil menghampiri tempat dimana aku masih terpaku.

Ketiga temanku menangis melihat keadaan Ambar yang sangat mengenaskan. Mereka berlutut di atas tanah sebagai tanda duka. Gerimis menggericik dan angin yang berhembus kencang seakan mengiringi keadaan duka ini. Langitpun seakan ikut berduka, di tambah lagi suara tangisan yang menggema.

Aku baru menyadarkan diri dari lamunan panjang, aku menoleh sekitar. Banyak sekali orang orang disini, banyak juga yang seperti Ambar. Mereka mati?

Ada apa ini? Mengapa banyak mayat?

Satu orang tergeletak di kelilingi beberapa orang yang menangis, entah keluarga atau siapa akupun tidak mengerti.

Nafasku terasa sempit sekali, rasanya sangat sulit untuk bernafas. Apalagi melihat kondisi Ambar. Ya Allah, hatiku hancur. Aku tidak bisa menyelamatkan sahabatku.

" Maafkan aku, aku terlambat menyelamatkan Ambar. " Ucapku datar sambil menggenggam erat lengan Ambar yang sudah amat dingin. Darah yang semula segar, sekarang mengental hampir hitam seperti agar agar.

" Ini bukan salahmu Ser, ini adalah takdir. Jika berkata salah, kita semua salah. Bahkan aku juga tidak tahu, jika semalam adalah malam Jum'at. Jika aku tahu, aku tidak akan tidur menjaga kalian. " Jelas Bara sambil merangkul bahuku.

" Semalam? Malam Jum'at? "

Terpopuler

Comments

Putrii Marfuah

Putrii Marfuah

sampai lupa hari

2023-01-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!