Batin seorang anak.

" T-tidak apa apa. Eyangmu itu sedang pergi ke kota, ada urusan mendadak. " ucap Buk Darsih walau panik, ia tetap berusaha menenangkan nada bicaranya.

" Buk, apa hukumanku ini masih lama ? Disini dingin buk, Ningsih juga lapar sekali. " ucapnya dengan nada lembut dan pelan.

" Masih lama, karena ibu memiliki rencana baru untuk menghukum mu. " Ucap Buk Darsih sambil memberikan sepotong roti coklat, ia tahu Ningsih tidak bisa memakan dengan tangannya sendiri jadi ia yang menyuapi Ningsih.

" Apa yang kau katakan itu dek ? " Tanya Pak Darman karena terheran, rencana baru apa lagi ?

" Nanti aku kasih tau, mas. " Jawab nya sambil menyeringai.

" Tetap di sini Ningsih, dan jangan nakal. Kedua eyangmu itu sedang pergi, jadi kamu harus menurut pada ibuk dan bapak. " Ucap Buk Darsih.

" Buk, kalau boleh Ningsih mau bobok dirumah saja. Disini banyak nyamuk dan tikus, tubuh Ningsih juga gatal di gigit semut tapi Ningsih tidak bisa menggaruknya. Buk, Ningsih rindu di buatkan susu sama eyang. Kaki dan tangan Ningsih juga sakit, buk. Ningsih janji tidak akan nakal lagi, Ningsih akan membantu pekerjaan rumah untuk menjalani hukuman Ningsih. Ningsih juga akan membantu ibu di ladang. Ningsih janji, buk. " Ucap Ningsih dengan wajah polos dan tulus. Entah bagaimana perasaan Buk Darsih dan Pak Darman sebagai orang tuanya, sama sekali tidak memiliki hati dan rasa kasihan.

Mereka acuh terhadap anak kandungnya sendiri, bahkan menganggap bahwa Ningsih adalah anak pembawa sial.

" Tidak, Ningsih ! Ini adalah hukuman yang setimpal untuk semua rasa sakit yang aku rasakan selama enam tahun, kau membuatku kehilangan paras cantikku. Dan kau lihat ini, Ningsih ! " Ucapnya dengan nada tinggi sambil menunjuk ke arah wajahnya sendiri, " Lihat wajahku ! Sekarang sudah kembali seperti semula. "

" Iya, ibuk sekarang sangat cantik. Apa ibuk dan aku mirip ? Orang orang sering berkata seperti itu. Mereka bilang, wajah cantikku adalah wajah cantik ibu waktu dulu. "

Mungkin karena jiwa batin antara seorang ibu dan anak, tanpa di sadari Buk Darsih meneteskan air mata.

" Jangan kau sama samakan aku dengan dirimu. Aku bukanlah ibumu, Ningsih! Kau adalah anak yang tidak di inginkan. Kehadiranmu bukan yang di harapkan, sekali lagi aku katakan jika kau bukanlah anakku dan aku bukanlah ibumu. Kau adalah sebuah kesalahan dan kekhilafan aku dan suamiku. Jadi jangan pernah kau berharap jika aku akan menganggapmu adalah anakku !! " Buk Darsih berteriak sambil menangis, hal itu membuat Ningsih juga ikut merasakan sakit yang amat mengiris hatinya.

Dengan perlakuan dan perkataan yang menyakitkan, Ningsih masih sempat mengeluarkan bahasa yang halus dan sopan. Entah karena ia masih kecil atau memang hatinya diciptakan tuhan dari emas.

" Jika Ningsih bukan anak bapak dan ibuk, lalu Ningsih anak siapa ? Jika memang benar, izinkan Ningsih untuk bertemu mereka. Sekali saja buk, Ningsih janji hanya sebentar. Ningsih ingin merasakan pelukan hangat dari seorang ibu, walau begitu Ningsih tidak akan pernah melupakan bapak dan ibu yang sudah merawat Ningsih hingga Ningsih besar seperti sekarang. " Air mata membasahi pipi dan gaun cantik berwarna merah itu. Dalam isak tangisnya, ia tetap berusaha bersikap sopan kepada Pak Darman dan Buk Darsih.

Pak Darman dan Buk Darsih hanya sanggup diam, walau mereka benar-benar kejam tapi masih memiliki perasaan walau hanya setitik debu. Mereka bersamaan sesenggukan mengeluarkan bulir bening dari mata mereka.

" Maafkan ibuk, Ningsih. Kau memanglah anakku, tapi aku sangat membencimu. Kau adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupku, aku mengikhlaskan adanya fakta jika aku yang melahirkanmu. Tapi aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai anakku. Kau ikhlaslah dengan menerima kenyataan jika kau memang bukan anak yang di inginkan. Maafkan ibu, Ningsih. " Ucap Buk Darsih lagi sambil berjalan, berniat untuk meninggalkan anak malang itu. Kali ini, tutur katanya tidak lagi kencang. Hanya sebuah ucapan yang datar.

" Ibuk! " Panggil Ningsih, membuatkan Buk Darsih menghentikan langkahnya.

" Besok adalah hari ulang tahun Ningsih. Apa boleh Ningsih meminta sebuah hadiah? Hanya pelukan dan ciuman dari ibu saja sebentar, Ningsih janji. Ningsih ingin merasakan bagaimana rasanya memeluk ibu.. "

Tangis Buk Darsih semakin memecah kuat, ia berlari meninggalkan ruangan kayu itu tanpa memperdulikan suaminya yang masih ada di dalam.

" Sudah, Ningsih. Kau boleh istirahat, besok kita bertemu lagi. " Ucap Pak Darman lalu keluar meninggalkan Ningsih sendirian. Tidak lupa ia mengunci pintu bangunan kecil itu kembali.

Terpopuler

Comments

aish...

aish...

darsih sakit jiwa

2024-05-21

0

Winna

Winna

🥲🥲🥲🥲🥲😭😭 ningsih mulia sekali hatimu nak😘😘

2023-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!