Ningsih

Suara lengkingan ini hilang dari telingaku saat bahuku tertepuk seseorang.

" Kenapa nduk ? " Tanyaa istri kepala desa itu.

" Tidak apa apa bu. " Jawabku singkat.

Aku langsung mengikuti ke empat teman ku masuk ke dalam, kami bergantian ke kamar mandi untuk menyalin pakaian. Kamar mandi nya ada di luar rumah, khas pedesaan. jarak nya tidak jauh dari ruangan kayu kecil yang kulihat tadi. Sembari menunggu, ibu kepala desa itu membuat kan kamu teh hangat. Aku duduk di kursi bale yang ada di sebelahku.

" Kalian ini dari mana nduk ?" Tanya ibu kepala desa.

" Kami dari jakarta bu, " Jawab Dina. Aku mengambil segelas teh, meniup nya lalu ku minum.

" Kami hanya ingin berlibur bu," lanjutku.

" Tinggal disini saja nduk, di desa ini tidak ada penginapan. " Katanya.

" Terimakasih bu, maaf merepotkan. Oh iya bapak mana bu ? " Tanyaku. Aku tahu ini kurang sopan tapi walaupun yang di hadapan ku ini adalah istri kepala desa. Tetap saja aku wajib meminta izin kepada bapa kepala desa nya langsung.

Ibu itu diam tidak menjawab, lalu masuk ke dalam sebuah ruangan yang ku kira itu kamar. Tidak lama, sudut mata ku melihat seorang lelaki ieluar dari ruangan kayu kecil yang kulihat tadi. Aku melihat nya jelas karena aku duduk persis menghadap pintu yang langsung tertuju ke halaman samping arah kamar mandi dan ruangan kayu itu.

Lelaki itu keluar dan berjalan ke arah di mana aku dan teman ku duduk.

" Selamat malam Pak, " Sapaku sembari tersenyum.

" Selamat malam. Kalian ini siapa ? " Tanya nya.

" Kami dari kota pak, kami ingin berkunjung ke desa ini. Kami meminta izin pak," sambung Reza.

" Apa boleh kami menginap di sini untuk beberapa hari? " Lanjut Dina.

" Boleh, silahkan saja. Tapi di sini tidak boleh sembarangan. " Katanya. Tatapan nya serius.

Mataku tertuju pada lengan kepala desa itu, ada cairan merah segar yang menempel.

Apa itu ?

" Saya habis nge cat ruangan di sana. Kalian mandi dan istirahat dulu." Katanya. Aku rasa dia merasa kalau aku memperhatikan lengan nya.

Ambar selesai mandi, setelah itu Dina. Habis itu aku, dan di lanjut oleh Reza dan Bara.

Kami di beri 2 kamar. 1 kamar untuk aku, Dina dan Ambar. 1 lagi untuk Reza dan Bara.

Saat aku dan ke dua teman perempuan ku baru saja ingin istirahat, ibu kepala desa itu membuka gorden kamar yang kami tempati. Kamar, bahkan rumah ini terbuat dari kayu dan triplek. Memang agak besar, ada 3 ranjang yang terbuat dari bambu. Pintunya juga tidak menggunakan pintu pada umumnya, hanya di tutup gorden.

Aku bingung, kenapa di kamar ini ada 3 ranjang ? Apa anak mereka ada 3 ?

Atau bagaimana ??

" Mari makan malam dulu nduk. Ini sudah malam, kalian pasti lapar. Oh iya perkenalkan, nama ibu Bu Darsih. Dan Bapak, Pak Darman. "Ucapnya.

" Iya bu. Saya Serli, ini Dina, dan ini Ambar. Yang laki laki dua tadi itu, "

" Bara dan Reza." Lanjut Bu Darsih. Padahal aku belum memberi tahu, tapi dia sudah tahu. Apa Bara dan Reza sudah memperkenalkan diri terlebih dahulu ??

Aku dan teman teman ku berkumpul di meja makan yang juga terbuat dari kayu, aku rasa ini kayu jati. Kami langsung menyantap sajian yang sudah ada di meja makan ini. Ada ikan goreng, tumis kangkung, tahu dan tempe. Tidak lupa juga ada sambal.

" Anak anak Ibu dan Bapak tidak ikut makan malam ? " Tanyaku penasaran.

Mereka diam, begitu juga dengan teman teman ku. Aku benar benar heran saat ini.

Selesai makan, aku membantu merapihkan kembali meja makan ini sebagai bentuk rasa hormat dan kesopanan. Setelahnya, aku dina dan ambar kembali ke kamar tidur untuk beristirahat.

Aku merebahkan tubuh ku di atas ranjang, dan mulai terlelap.

" Bantu akuuu.. bantu akuu.. hik hik hik hik hik "

" Astaghfirullah " Aku terkejut mendengar suara itu lagi. Suara siapa itu sebenarnya ?

Dan bantu apa ??

Aku melirik arloji ditanganku. Pukul 02.04

" Duh kebelet pipis lagi" Keluhku.

Aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi, tidak ingin menganggu tidur siapapun jadi aku jalan sendiri.

Cuaca dingin sangat menusuk ke dalam tulangku, tambah lagi kamar mandi yang berada di luar rumah. Ya allah, lindungi aku..

Aku keluar pintu samping dan bergegas ke pintu kamar mandi. Mataku seakan tak mau beralih kemanapun, hanya tertuju pada ruangan kayu itu.

Aku memalingkan wajahku dan fokus ke arah kamar mandi.

Aku selesai, dan keluar dari kamar mandi.

Saat aku ingin langsung kembali rumah itu, aku melihat wanita yang sedang duduk di kursi depan ruangan kayu itu. Kepalanya menunduk sambil memegang buku.

Siapa itu ??

Wanita bergaun merah pendek, rambut panjang sedikit ikal dan kulit nya putih bersih. Dia duduk seakan tidak melihat aku yang hanya berjarak 10 kaki darinya.

Apa itu anak Bu Darsih dan Pak Darman?

Yang aku baca dia anak pa darman dan bu darsih yang sedang sakit. Tapi kenapa dia tidak tinggal bersama Ibu dan Bapak nya di dalam rumah ?

Aku penasaran, jadi aku mendekatinya. Jika ia memang anak Pa Darman dan Bu Darsih, apa salahnya aku berkenalan dengannya.

Aku mendekatinya, semakin dekat lagi.

" Hai, " sapaku.

Dia diam tidak menjawab, masih tertunduk dengan bukunya yang sedari tadi tidak kulihat dia membalik halamannya.

" Kamu anak bu darsih ya ? " Tanyaku lagi.

Dia menoleh ke arahku, wajahnya datar dan pucat.

Dia berdiri dan memegang tanganku.

Aku gemetar bukan main,

" Bantu aku " Katanya sambil menangis.

Kelebihan ku membuatkan aku mudah untuk mengendalikan rasa takutku.

" Apa suara di telingaku itu adalah suaramu ? " Tanyaku. Aku mengingat suara yang selalu datang mengganguku, suara nya sama dengan gadis ini.

Dia diam tidak menjawab, dia hanya menangis sesenggukan. Aku tidak tega.

" Apa yang bisa ku bantu ? Aku akan membantumu sebisaku. Katakan .. " kataku lagi.

Dia masih diam dan tidak menjawab. Aku jadi bingung, apa yang harus aku lakukan.

" Apa kau bisa membantuku keluar dari sini ? Dan apa aku bisa menjadi temanmu ? " Tanyanya tiba tiba membuatku terjekut.

" Akan aku lakukan jika aku bisa. Apa yang bisa aku lakukan ?? " Tanyaku.

Dia menangis dan tidak menjawab pertanyaanku. Aku jadi semakin bingung.

" Ini rumahku. Jika kau mencariku, aku ada disini" katanya sambil menunjuk arah ruangan kayu yang membuatku penasaran sedari awal.

" Baiklah, ini sudah malam dan cuaca nya dingin. Lebih baik kamu masuk dan istirahat. Besok kita ketemu lagi ya " ucapku sambil mengelus pipi halus wanita ini.

" Ningsih, " katanya sambil menyodorkan tangannya, tanda berkenalan.

" Aku ... "

" Nduk . "

Belum selesai aku mengenalkan diriku, bahuku di tepuk bu darsih secara tiba tiba.

Terpopuler

Comments

Mata Peña_✒️

Mata Peña_✒️

bacany jam 12 malam bikin merinding disko aj

2023-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!