Sikap aneh

" Kami mana mungkin sanggup Pak Yon,.. sedangkan Pak Yon tahu sendiri bahwa walau kami tinggal bersama orang tua Darsih, kalau perihal biaya kami masing-masing. " ucap Pak Darman.

" Pak Yon, apa tidak ada cara lain ? Jika ada, kami akan melakukan nya.. " lanjut Buk Darsih.

" Ada, tapi ini sangat berat sekali. "

Pak Oyon menghembuskan nafas berat, sebenarnya ia tak ingin melakukannya. Apalagi ini untuk kepentingan pribadi.

" Katakan Pak Yon. Pak Yon tahu kan bawha saya ini adalah anak kepala desa, saya masih termasuk orang yang bernama di desa ini. Kalau Pak Yon mau, saya bisa saja meminta ibu dan bapak saya memberhentikan Bi Inah bekerja dirumah saya. Dan saya juga tidak segan segan untuk menaruh beberapa jenis hama di ladang Pak Yon. Akan tetapi jika Pak Yon bersedia membantu kami, kami akan memberikan mahar yang cukup besar. Jadi, bagaimana ? " ucap Buk Darsih mengancam.

Saat ini Pak Yon benar benar tertekan oleh ancaman Buk Darsih. Bu Inah adalah istri Pak Yon juga ibu dari Parmin, Bi Inah bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga Buk Darsih.

" Jangan Buk Darsih, saya mohon " mohon Pak Oyon.

" Jadi, katakanlah Pak. "

" Baiklah, syaratnya kalian harus memakan 10 tumbal manusia di malam Jum'at Kliwon. Tepatnya malam ini, bakarlah mayat mereka dan kumpulkan habunya untuk di jadikan bedak. " Jelas Pak Oyon.

Sontak Pak Darman dan Buk Darsih terbelalak karena terkejut, " bagaimana cara kami mendapatkan tumbalnya Pak Yon ? "

" Datanglah kemari lagi nanti sebelum tengah malam, kita akan melakukan ritualnya. " ucap Pak Oyon.

" Lantas, siapa yang akan mencari dan membunuh korban tersebut Pak ? " tanya Buk Darsih.

" Tentu saja ibu. Memang harus di kerjakan oleh wanita, " jawabnya.

" Tidak ! Saya tidak mau Pak Yon, saya tidak mungkin mengotori tangan saya dengan membunuh orang. " tepis Buk Darsih.

" Lalu bagaimana ? Siapa yang akan melakukannya ? " lanjut Pak Darman.

" Ningsih !. " jawab Buk Darsih sambil mengeluarkan senyum licik di bibirnya.

" Apa ? Ningsih ? " ucap Pak Oyon terkekut dengan perkataan Buk Darsih.

" Baiklah Pak Yon, kami akan kembali lagi kemari sebelum tengah malam dengan membawa Ningsih. Ningsih yang akan melakukannya, dan ini adalah uang muka untuk Pak Yon. " ucap Pak Darman sambil meletakan sepuluh lembar uang bernilai 100ribu rupiah. Lalu pergi meninggalkan rumah Pak Oyon untuk pulang kerumah mereka.

Tidak lama, mereka sampai dirumah. Ningsih sedang duduk di teras bersama kedua eyangnya. Ningsih tumbuh menjadi seorang gadis yang memiliki paras cantik. Nene dan kakek yang merawat ningsih sedari bayi hingga sekarang, karena rasa benci Buk Darsih kepada Ningsih membuat Buk Darsih enggan merawat bahkan menyusuinya waktu bayi.

" Ibuk dan bapak dari mana ? Aku sudah membuatkan ibu dan bapak teh di dapur, mungkin sekarang teh nya sudah dingin karena terlalu lama bapak dan ibu kembali. " ucap Ningsih dengan posisi semula duduk di atas bangku kayu bersama nenek dan kakeknya langsung berdiri menghampiri bapak dan ibunya.

" Ibuk sama bapak habis menjual hasil panen nduk, kamu sudah makan dan mandi ? " tanya Buk Darsih.

Kedua orang tua Buk Darsih merasakan keanehan pada anak semata wayangnya itu, pasalnya Buk Darsih tidak pernah selembut itu kepada Ningsih. Keseharian nya hanya memaki dan memerintah Ningsih, tapi Ningsih adalah gadis yang memiliki hati emas. Entah karena usia nya yang masih kecil atau memang dia tetap menyayangi ibu dan bapaknya meski kelakuan mereka terhadapnya sangatlah keji. Apalagi mereka berniat memperalat Ningsih, seorang anak yang masih berusia 6 tahun untuk membunuh orang orang tidak bersalah.

" Sudah bu, tadi mandi sama Eyang. " jawabnya.

" Rambutnya kok tidak di ikat ? Biasanya kamu minta di ikatkan rambut oleh eyangmu. Mari sini nduk ibu yang ikatkan. " ajak Buk Darsih. Pak Darman malah sudah masuk ke dalam rumah sejak awal pembicaraan Buk Darsih dengan Ningsih.

" Benar bu ? " tanya Ningsih sambil melompat lompat kegirangan, memanglah ikatan batin seorang anak kepada ibu nya sangat erat. Tapi mengapa malah ibunya berhati iblis ?

" Iya nduk, ayo ikut ke kamar ibu. "

Ningsih menggeggam lengan kiri ibunya dengan erat, tapi Buk Darsih malah menatap kedua orang tua nya lalu melepmparkan sebuah senyuman licik kecil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!