Kejujuran Parmin

Ini sudah pukul 08:45 pagi tapi mentari tertutup oleh awan hitam. Tetesan air hujan mulai turun, semakin lama semakin deras.

Aku dan dan ke empat temanku tetap berjalan menyusuri desa untuk mencari keberadaan rumah parmin. Satu persatu rumah warga kami ketuk untuk menanyakan rumah Parmin, tapi seakan akan tidak ada yang ingin memberi tahu.

Rumah di desa ini memang terbilang sedikit, bisa terhitung. dari info yang kami dapat sebelum nya memang hanya ada 40 kepala keluarga saja. Tapi selama aku mendatangi satu persatu rumah hanya beberapa terisi, malah banyak yang kosong tak berpenghuni.

Kami sampai di rumah terakhir, rumah ini sangat kecil di bandingkan yang sebelum nya.

" Perrmisi.. " Ucap Bara sambil mengetuk pintu.

" Iyaa tunggu " Terdengar sahutan seorang lelaki dari dalam rumah ini, lalu pintunya terbuka.

Mata kami semua terbelalak melihat yang keluar dari rumah ini adalah Parmin. Ya Allah, syukurlah..

" Pak, kami perlu bicara. " Ucapku.

" Bicara apa. Tidak ada yang harus di bicarakan lagi, lebih baik kalian pergi dari sini. "

" Dengar Pak, saya janji akan membantu menyelesaikan semua masalah ini. Saya hanya perlu informari dari Bapak,"

" Masuk ke dalam, nanti ada yang lihat. "

Kami semua masuk ke dalam rumah kecil ini, ada beberapa bangku yang terbuat dari bambu.

" Saya buatkan minuman hangat dulu, kalian tunggu disini. "

Parmin berjalan ke arah belakang rumah, tidak lama kembali membawa nampan plastik dengan beberapa gelas tertumpuk dan sebuah teko alumunium.

Di tuangkan nya satu persatu gelas kosong yang sudah tertata di atas meja, sebuah teh hangat.

" Pak, berikan kami informasi yang Bapak tahu tentang Buk Darsih, Pak Darman, dan Ningsih. Saya janji akan membantu sebisa saya, asal Bapak mau terbuka pada kami. "

" Mereka adalah orang baik awalnya. Mereka sudah menjabat sebagai kepala desa sudah 40 tahun, dari desa ini aman dan tentram dengan banyak warga sampai sekarang. " Jelasnya.

" Lalu kemana semua orang yang rumahnya kosong ? " Tanya Ambar.

" Tiga kepala keluarga pergi dari desa ini, sisa nya mati. "

Aku sangat terjekut, tidak jauh berbeda dengan ke empat temanku yang sama terkekut.

" Mana mungkin warga sebanyak itu bisa mati semua Pak ?." Lanjutt Ambar.

" Benar, mereka semua mati. Seperti yang kalian lihat, rumah disini banyak yang kosong. Bukan tanpa alasan, tapi mereka semua adalah tumbal dari Pak Darman dan Buk Darsih. "

" Apa ?! " Ucap kami serentak.

" Tumbal bagaimana Pak ? Tujuan nya apa ? " Lanjutku.

" Dulu Pak Darman dan Buk Darsih menikah karena Buk Darsih kedapatan sudah keadaan hamil tiga bulan. Pak Darman hanya seorang petani, dan Buk Darsih anak dari kepala desa. Sebelum Ningsih lahir, Buk Darsih adalah kembang desa. Ia sangat cantik dan sopan pada semua orang. "

Ucapan Parmin yang begitu serius membuat mulutku enggan berbicara dan otakku berfikir keras.

" Sampai waktu ketika Ningsih lahir, semua mulai berubah. Buk Darsih tiba tiba memiliki penyakit aneh, wajah dan tubuhnya di penuhi luka yang ber ulat. Hancur dan bau busuk, ia sudah berkali kali berobat bahkan sampai ke kota sana tapi tak kunjung sembuh. "

Pembicaraan Parmin terhenti dengan menghembuskan nafas berat.

" Sampai suatu Bu Darsih dan Pak Darman mendatangi bapakku." Ucapnya lalu terhenti.

Ini membuatku semakin bingung..

" Ada apa ? " tanyaku.

" Bapakku adalah seorang dukun terpercaya di desa ini, mereka memang tau tapi awalnya mereka mengira itu hanyalah penyakit medis."

Aku melihat Parmin sangat tertekan menceritakan hal ini, tapi aku harus tetap mengorek informasi penting darinya.

" Lalu ?? "

Terpopuler

Comments

Winna

Winna

Bagus lhooh novel nya.. kereen👍🏻🥲

2023-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!