Terperangkap Rayuan.

Masih tentang masa lalu.

" Duduk nduk, ibu akan mengambil sirir dan ikat rambut. " ucap Buk Darsih. Ia membuka sebuah laci mengambil sisir sebuah sisir dan ikat rambut.

" Nduk, nanti malam ikut ibuk main ya .. "

" Kemana buk. Kok main malam malam ? " tanya Ningsih. Walaupun aneh, tapi Ningsih merasa senang karena ibunya itu mulai menunjukan perubahan sikap.

" Main kerumah Pak Oyon. Katanya ada saudara jauh Pak Oyon yang sedang berkunjung. Usia nya sama denganmu, kau bisa main dengan dia nduk. Kita menginap di sana."

" Benar Buk ?? " tanya Ningsih.

" Iya, sekarang kamu tidur dulu. Nanti malam ibu bangunkan"

" Baik bu. "

Ningsih tertidur pulas di aras ranjang Buk Darsih. Buk darsih menatap wajah Ningsih dan melemparkan senyum jahat " Sebentar lagi Ningsih. Sebentar lagi aku akan merebut kembali apa yang telah kau ambil, walaupun kau adalah anakku tapi sungguh aku membencimu. Wajah cantikmu adalah milikku, kau menggantinya dengan wajah yang buruk rupa. Kau akan membayar semua perbuatanmu, maafkan aku. "

Pak Darman masuk ke dalam kamar itu. Melihat Ningsih sedang tidur, wajahnya menunjukan jika ia tenang. Ia percaya bahwa istrinya pasti sudah membujuknya.

" Istirahat dulu dek, nanti mas bangunkan. Mas tidak akan tidur, takut kebablasan. " ucap Pak Darman.

Buk Darsih hanya mengangguk lalu tertidur di samping Ningsih. Pak Darman hanya terduduk sambil beberapa kali melirik jam dinding. Waktu sudah menunjukan pukul 21:13.

" Darman. Dimana cucuku, ? " tiba tiba saja Bu Minem dan Pak Karto masuk ke dalam kamar Pak Darman. Buk Minem dan Pak Karto merupakan orang tua Buk Darsih sekaligus kepala desa.

" Itu Buk. Dia sudah tidur dengan ibunya, ibu tidak usah khawatir. " ucap Pak Darman.

" Jangan macam macam kamu Darman, dia adalah cucuku. Jika aku mendengar cucuku menangis atau berteriak, lihat saja. " lanjut Pak Karto. Ia memang tahu betul bagaimana perlakuan mereka terhadap cucunya.

Pak Darman hanya mengangguk, setelah itu Pak Karto dan Bu Minem kembali ke kamar mereka.

Semakin jarum jam bertambah angka, semakin Pak Darman merasa gelisah.

" Sudah jam 10 lewat, sepertinya tidak apa apa jika pergi sekarang. " gerutunya sendirian.

" Buk,.. " panggil Pak Darman pelan, agar tidak ada yang mendengar dan curiga. " Bangun buk, ayo kita berangkat. "

Buk Darsih langsung membuka mata dan mengubah posisi menjadi duduk. " Bangun nduk, ayo kita berangkat. Katanya mau ikut ibuk, " ucap Bu Darsih membangunkan Ningsih, sedangkan Pak Darman sudah membuka jendela kamar untuk akses keluar.

Ningsih bangun dan langsung saja menurut dengan perkataan orang tuanya itu. " Jangan berisik jalannya nduk, nanti eyang mu bangun. " ucap Pak Darman, Ningsih mengangguk dan di angkat Pak Darman ke jendela untuk keluar duluan.

Setelah semua keluar, pintu jendela kembali di tutup rapat. Mereka berjalan menuju rumah Pak Oyon. Sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan, Ningsih terlihat masih mengantuk dan di biarkan berjalan sendiri.

Tidak lama, mereka sampai di halaman rumah Pak Oyon. Mereka terus berjalan masuk sampai ke ruangan samping rumah di mana mereka tadi sore bertemu dengan Pak Oyon.

Mereka langsung membuka pintu dan masuk ke dalam, ternyata Pak Oyon juga sudah ada di sini.

" Selamat malam Paklek Oyon ( Paklek dalam bahasa Indonesia adalah Paman ). Mana saudara Paklek yang baru datang itu ? " tanya Ningsih, ia bertanya sesuai apa yang di bicarakan tadi dengan Buk Darsih.

Pak Oyon menatap Pak Darman, Pak Darman mengedipkan mata tanda Pak Oyon harus mengatakan iya. " Iya Ningsih, dia baru saja tidur. Besok akan Paklek panggilkan untuk bermain dengan Ningsih ya, sekarang Paklek mau bicara dulu dengan Bapak dan Ibumu. " ucap Pak Oyon.

Ningsih hanya diam dan tersenyum, tidak ada rasa kecewa terlihat di wajahnya. Pak Darman dan Buk Darsih duduk di depan meja yang sama dengan yang tadi sore mereka ke sini, ningsih juga ikut duduk.

Pak Oyon menatap wajah gadis malang itu, pasalnya ia sangat tau resiko dan konsekuensi dari rencana ini. Bulir bening merosot dari matanya ke pipi, ia merasa enggan dan tidak tega. Tapi ia tidak bisa berbuat apa apa, ia tahu Buk Darsih pasti akan mengancamnya lagi jika ia menolak.

" Pak Yon. Ayo kita mulai ?! "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!