My Hareem

My Hareem

Sebuah Prasangka

Usai percintaan penuh gairah yang membakar ranjang pengantin, Darius dan Kaisar jatuh terlelap. Rasa lelah teramat sangat mendera tubuh mereka, setelah menuntaskan permainan empat babak. Kaisar tak mengenal kata puas. Pengaruh anggur dari tanah Etruria memang dahsyat. Darius sampai kewalahan sebelum tubuh mereka sama-sama terhempas setelah mendaki puncak kenikmatan.

Keesokan harinya, Helios yang lebih dulu bangun dari tidurnya, terhenyak mendapati dua manusia di sampingnya. Darius yang bertelanjang dada, tengah memeluk Kaisar yang tubuhnya tertutup selimut.

Helios menoleh ke lantai dan melihat gaun sutera merah teronggok di atas karpet. Itu pasti gaun Kaisar. Helios menutup mulutnya tak percaya, kini di hadapannya Kaisar juga pasti polos tanpa busana. Selimut menjadi satu-satunya penghalang pandangan.

"Apa yang terjadi?" Helios memijit-mijit pelipisnya. Dia baru ingat tadi malam memasuki kamar pengantin lalu minum anggur. Bukan hanya segelas, tapi bergelas-gelas, sampai akhirnya dia tak mengingat apa-apa lagi.

"Demi Dewa, apa yang sudah kami perbuat? Aku dan Tuan Darius ...." Helios tak mampu melanjutkan kalimatnya.

“Sungguh kami ini binatang, bagaimana bisa meniduri Kaisar secara bersamaan. Dua pria dengan satu wanita?” Pria itu lupa jika dia telah tertidur, dia tumbang setelah mabuk.

Di dalam pikirannya adalah Kaisar tengah dianiaya oleh mereka berdua. Helios sampai membangunkan Darius dan menariknya untuk memohon ampun pada Yang Mulia Kaisar.

"Tuan Darius, bangunlah! Kita telah melakukan sebuah kesalahan!"

Darius mengucek-ucek matanya yang masih terasa pedas. Sepertinya dia baru saja tertidur, tapi suara tangisan Helios bagai anak kecil yang mengusik mimpinya.

"Pelankan suaramu Tuan Helios, kau bisa membangunkan Kaisar," bisik Darius. Dia melihat pria itu sedang berlutut di tepi ranjang.

Terlambat, karena Kaisar mulai menggeliatkan badannya. Darius memberi kode supaya Helios menghadap ke tembok. Buru-buru Helios memutar badannya menghadap ke tembok, membelakangi Kaisar dan Darius.

Rupanya Kaisar juga terganggu oleh tangisan Helios. Darius segera menggeser tubuhnya. Seulas senyum terbit di wajahnya yang tampan mengingat kejadian semalam.

"Hoamm..." Kaisar menguap.

"Di mana aku? Darius, apakah itu kamu?" Kaisar masih malas membuka mata. Kepalanya pusing akibat anggur yang ia minum semalam.

"Hamba, Yang Mulia." Darius membungkukkan tubuh, memberi hormat kepada Kaisar yang sangat ia cintai.

Kaisar terkejut mendengar suara Darius. Jadi ini bukan mimpi. Mata birunya mengerjap indah. Perlahan-lahan dia mengumpulkan ingatan. Sialnya, dia tak dapat mengingat apa pun.

"Apa yang terjadi semalam?" Kaisar melihat Darius kemudian Helios yang membelakanginya. Dua pria itu hanya memakai celana tanpa atasan. Saat itu juga Kaisar baru menyadari tubuhnya yang hanya berbalut selimut. Kaisar menyibak selimut memastikan kembali dirinya yang jelas tanpa busana. "Kita ... melakukannya?" kembali Kaisar bertanya. Wajah wanita itu pucat pasi.

Darius agak bingung dengan pertanyaan Kaisar. Saat ia hendak menjawab. Helios malah menyelanya. "Benar Yang Mulia. Kita telah melakukan malam pertama, Hamba dan Tuan Darius ... ampuni hamba Yang Mulia. Sepertinya semua karena alkohol yang hamba minum." Pria itu berkata tanpa mengubah posisinya.

Kaisar berusaha mengingat. Setelah pertemuan dengan para selir, dia masuk ke kamar pribadinya. Saking gugupnya, dia meminum anggur. Entah apa yang terjadi selanjutnya. Dia hanya mengingat masuk ke kamar pengantin dan mendapati Helios tengah terbaring di sana.

Selanjutnya, kepalanya terasa pusing sekali. "Demi Dewa! Apa yang terjadi? Aku tidak bisa

mengingat apa pun!" rutuknya kesal.

Karena sakit kepala yang mendera, Kaisar pun memegang pelipisnya. Darius berlutut di hadapan Kaisar yang kini telah bangun dan duduk di pinggir ranjang. Saat wanita itu memegang pelipisnya, selimut yang dikenakan terlepas lalu melorot dari tubuh indahnya. Darius memalingkan muka melihat pemandangan yang tidak diduga tersebut.

Meskipun tadi malam ia sudah menelusuri area nikmat itu dengan bibirnya, tetapi melihat dua bukit indah bergelantungan, gairah Darius kembali bangkit.

Kaisar segera menyadari kalau kini dirinya tak

berbusana. Sontak dia menarik selimut dan menutupi dadanya.

"Ups!" pekiknya kelabakan.

Darius mengulurkan gaun Kaisar yang ia pungut dari atas karpet lantai. Kaisar menunduk saking malunya, hingga Darius berinisiatif memakaikan gaun itu. Kaisar tak menolak. Bahkan saat posisi wajah Darius berada sangat dekat dengan ceruk leher Kaisar, perempuan itu memejamkan matanya.

"Sudah, Yang Mulia."

"Terima kasih," bisik Kaisar.

Wanita itu kemudian beralih pada Helios. "Tuan Helios!"

Merasa dipanggil, pria itu membalikkan badannya

lalu memberi hormat kepada Kaisar. Wajahnya menunjukkan ketakutan. Ternyata hanya Darius yang bisa mengingat semuanya. Bagaimana tubuh indah itu menari dan meliuk-liuk di atas tubuhnya. Jika mengingat kejadian tadi malam, bulu-bulu Darius terasa meremang.

Kaisar hendak membersihkan diri, tapi baru

selangkah kakinya menapak, tubuhnya limbung. Untung Darius segera menangkap tubuh Kaisar. Tanpa diperintah Darius segera membopong tubuh Kaisar memasuki bilik mandi.

Melihat pemandangan itu, Helios semakin merasa bersalah.

"Binatang! Benar-benar keterlaluan kau Helios!" Pria muda itu memukul-mukul kepalanya. "Kalau sampai Kaisar kenapa-napa kau harus terima jika kepalamu dipenggal!"

Helios tidak tahu jika semalam dia muntah-muntah akibat minum anggur terlalu banyak. Darius yang melihat keadaan putra Menteri Attala sangat payah, membuka baju Helios yang sangat kotor tersiram muntahan. Itulah sebabnya mengapa dia tidak memakai baju atasan.

"Ayah, sebaiknya urungkan niatmu membangun

perpustakaan megah untukku. Semua itu tak ada gunanya lagi. Aku benar-benar telah menjadi pria kejam dan tak berperasaan. Aku sangat malu, Ayah!" sungut Helios.

Kali ini ia membentur-benturkan kepalanya ke dinding. Gerakannya terhenti saat melihat Darius menggandeng Kaisar dari kamar mandi.

"Bersihkan tubuhmu sekarang Tuan Helios,"

titah Kaisar.

Setelah mereka bertiga selesai membersihkan diri, Kaisar mengajak mereka untuk berbicara enam mata.

"Aku minta kalian merahasiakan kejadian tadi

malam." Kaisar sudah lebih segar, wajah cantiknya kembali berseri-seri. Tak bisa dipungkiri pelepasan semalam memberikan ketenangan dalam dirinya. Hormon prolaktin itu nyata membentuk senyuman tipis yang lebih sering

tersungging dari bibir tipisnya.

Kedua pria di hadapan Kaisar menganggukkan kepala, menyanggupi perintah Sang Kaisar

"Aku tidak ingin mematik konflik baru di antara para selir. Atau akan adanya permintaan 2 lawan satu untuk kedua kalinya," ucap Kaisar. Dia tidak menampik tubuhnya yang terasa remuk redam. Jika harus melakukan hal sama lagi, Kaisar akan melayangkan bendera berwarna putih.

Darius membatin. Sesungguhmya hanya dia yang

mendengar bagaimana jeritan Kaisar tadi malam, bagaimana mereka menyatu dalam keindahan rasa yang menggelora sampai terbang ke nirwana. Helios sama sekali tidak ada andil.

Meski begitu Darius tidak mempermasalahkan jika harus menyimpan kenangan manis tadi malam sendirian. Baginya, sudah cukup Kaisar memilih dirinya menjadi orang pertama. Bukan Helios atau selir lainnya.

"Jika ada orang yang menanyakan kejadian tadi

malam, bilang saja aku melarang kau bercerita. Ini perintah!"

"Ba-baik, Yang Mulia." Helios tak menyangka mendapat pengampunan semudah ini. Dia makin yakin di balik sifat tegas Kaisar Alessa, tersimpan jiwa lembut dan pemaaf.

"Darius, aku ingin berkuda hari ini. Bisakah

kau menemaniku?"

"Tentu, Yang Mulia. Hamba akan segera menyiapkan kuda kesayangan Yang Mulia."

Darius segera berlari menuju kandang kuda. Saat

melewati para prajurit yang sedang berlatih, Darius mendekat.

"Kalian boleh beristirahat sekarang. Bukan hanya hari ini, kalian kuberi waktu libur selama dua minggu. Pulanglah! Tengok keluarga kalian! Dua minggu lagi kita akan berlatih lagi!"

Perintah itu disambut para prajurit dengan penuh

sukacita. Bertahun-tahun mereka bertugas di kerajaan dan belum pernah mengunjungi keluarganya. Sekarang ada kesempatan untuk pulang, wajah-wajah itu dipenuhi senyuman dan gelak tawa bahagia.

"Panjang Umur Panglima Darius! Panjang Umur

Panglima Aegis!"

Mereka berteriak-teriak merayakan kemurahan hati Sang Panglima. Kebahagiaan itu menular. Seperti wajah para prajuritnya, wajah Darius juga berseri-seri secerah bumantara pagi itu yang birunya menaungi dataran Aegis.

Terpopuler

Comments

Vera Nsc

Vera Nsc

menang banyak darius 🤣🤣🤣

2023-08-09

1

Novie Achadini

Novie Achadini

paling suka sama cetita2 kerajaan

2023-02-09

1

Sugarbaby

Sugarbaby

❤❤❤❤❤❤❤❤

2023-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!