Pertemuan Pangeran Evandor

Kaisar bertemu dengan Tuan Cicero dan Permaisuri Rhea di ruangan khusus. Sebenarnya Kaisar malu menceritakan kejadian malam pertama yang sudah ia siapkan sedemikian rapi, ternyata gagal karena ada Darius yang hadir di antara dirinya dan Helios. Yang paling memalukan, penyebab terjadinya tragedi three in one itu, tak lain adalah dirinya sendiri.

Darius jadi ikut menghangatkan ranjang karena tindakannya yang ceroboh. Kaisar masih berpikir malam itu benar-benar mereka bercinta bertiga.

“Begitulah yang terjadi, sungguh laknat anggur itu

hingga merampas kesadaranku, Ibu.”

Tuan Cicero berusaha tidak menampakkan wajah

terkejut, meskipun dia sendiri nyaris melompat kebingungan menghadapi permasalahan ranjang kaisarnya.

Permaisuri Rhea juga syok karena kejadian ini

termasuk langka. Selama ini malam pertama para pendahulu selalu berjalan sebagaimana mestinya. Tapi Permaisuri juga menyadari, usia muda putrinya sangat berpeluang untuk Kaisar melakukan kesalahan-kesalahan seperti yang sedang ia katakan dengan jujur sekarang.

“Putriku, sebelum kami memutuskan siapa orang

pertama yang akan menghabiskan malam denganmu, Tuan Cicero sudah mengingatkan

tentang penyatuan. Jadi siapa yang menanam benih penerus Aegis di malam itu? Helios atau Darius?” tanya Permaisuri lembut.

Seketika Kaisar terdiam. Dia mengurut keningnya

berusaha mengingat-ingat. “Ah, sungguh aku tidak ingat. Ibu, bagaimana ini? Aku benar-benar tak bisa mengingat kejadian malam itu.”

Kaisar putus asa karena tidak ada petunjuk apa pun. Dia hanya bisa menggeleng berkali-kali menandakan jika tidak tahu siapa orangnya.

Melihat wajah Kaisar yang tampak muram, Permaisuri Rhea pun meminta puterinya itu untuk beristirahat. “Tidurlah, jangan terlalu kau pikirkan. Tuan Cicero pasti akan menemukan jalan keluar.”

Mendengar namanya disebut, Tuan Cicero hanya

mengangguk tipis. Sesungguhnya dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.

“Ibu, apakah semua akan baik-baik saja? Jujur, aku jadi tidak bersemangat lagi untuk meminta para selir menemaniku.”

Wajah muram Kaisar jelas terlihat. Dia sungguh tak menyangka malam pertama yang seharusnya bisa menjadi kenangan terindah, berubah menjadi petaka. Kaisar menyebutnya begitu, karena ibunya sudah mewanti-wanti agar melakukan penyatuan dengan pria yang benar-benar ia cintai.

'Sebenarnya, tidak masalah jika di rahimku

sedang tumbuh anak Darius. Tapi bagaimana kalau nanti yang berkembang adalah benih dari Helios? Kenapa urusan ranjang justru harus menjadi masalah baru?' batin Kaisar sambil merutuki diri.

“Benar apa yang dikatakan Permaisuri. Sebaiknya

Anda beristirahat sekarang. Masih banyak urusan Aegis yang harus kita bahas esok hari, Yang Mulia.”

“Apakah ada masalah lain yang aku tidak tahu, Tuan Cicero?”

“Sebenarnya bukan masalah besar Yang Mulia. Anda masih ingat dengan rencana pembukaan pelabuhan di wilayah perbatasan utara?”

Kaisar mencoba mengingat-ingat, lalu segera menemukan jawaban.

“Maksudmu pelabuhan yang akan menjadi sarana untuk mengangkut hasil bumi rakyatku untuk dipasarkan di wilayah perbatasan? Tentu saja aku mengingatnya Tuan Cicero. Saat aku dan Darius mengunjungi Shire, kami melihat para pedagang kesulitan menjual hasil buminya.”

“Kabar baiknya pelabuhan itu sekarang hampir

selesai, Yang Mulia. Saya rasa kita harus segera memikirkan akses jalan yang memudahkan rakyat utara.”

“Kau benar! Baiklah, sekarang aku akan beristirahat. Tuan Cicero, Anda pasti sudah mengundang semua orang yang ahli untuk pertemuan besok, bukan?”

“Tentu,Yang Mulia.”

“Ibu, aku sangat ingin mempercayai Ibu bahwa semua akan baik-baik saja. Bantu aku untuk memohon kepada para Dewa. Permintaan ibu

pasti akan lebih didengar para Dewa.”

“Anakku, sebaiknya kau juga meluangkan waktu

mengunjungi kuil pemujaan.”

“Ibu benar. Sudah lama aku tidak kesana. Terima

kasih karena ibu selalu menjadi cahaya untuk semua persoalan yang aku hadapi.” Permaisuri Rhea mengangguk. “Kau juga Tuan Cicero, tetaplah sehat supaya kita bisa terus memakmurkan tanah Aegis.”

Tuan Cicero dan Permaisuri Rhea bangkit dari kursinya, lalu memberi hormat kepada kaisar kesayangan mereka.

***

Hari-hari selanjutnya Kaisar disibukkan oleh urusan Kerajaan. Tugas kekaisaran membuatnya nyaris berkeliling setiap hari mengunjungi banyak tempat yang harus diresmikan dan ditinjau perkembangannya.

Kaisar yang disibukkan oleh urusan kekaisaran

sampai lupa karena tak punya waktu untuk menanyakan hal penting masalah cocok tanam malam pertama pada Darius dan Helios.

“Panjang umur Yang Mulia Kaisar!”

Sambutan hangat dari orang-orang di berbagai

pelosok negeri, membuat senyum Kaisar terus mengembang. Dia sangat dicintai oleh semua rakyat Aegis, seperti mendiang Kaisar Basil, ayahnya dulu.

Darius yang selalu mendampingi kemanapun Kaisar pergi juga tak kalah bahagia. Di daerah-daerah tertentu, Darius sedikit mengendurkan pertahanan pasukan, hingga para warga bisa melihat dan menyapa Kaisar dari dekat.

Sementara itu, dengan kesibukan Kaisar yang luar

biasa, ranjang para selir menjadi sepi. Janji malam-malam hangat yang telah ditebarkan Kaisar, belum juga ditepati. Mereka tidak bisa menuntut lebih, karena paham semua harus berjalan sesuai kehendak Kaisar.

Pangeran Evandor sudah bosan mencicipi ramuan kuno pemberian ayahnya tapi belum pernah menemukan pelampiasan. Tekadnya sudah bulat untuk tidak lagi mencari kenikmatan dengan para gadis selain Kaisar. Dia yang merasa ranjangnya sunyi sepi berusaha menyibukkan diri dengan berburu, yang merupakan hobinya sejak dulu.

Hari itu di siang yang terik, Pangeran Evandor

memacu kudanya dengan kecepatan penuh. Seekor rusa berlari sangat kencang ketika menyadari nyawanya terancam.

Pangeran Evandor bersiap melepaskan anak panah setelah lama membidik rusa itu dengan ekor matanya. Saat jarak mereka makin dekat, Pangeran Evandor segera menarik kekang busur dengan perhitungan tepat.

Wushhh!

Anak panah itu melesat dan menancap tepat di perut rusa. Tapi rusa itu terus berlari meskipun tubuhnya mulai limbung, sebelum akhirnya gerakannya melambat, lalu rusa itu jatuh tersungkur di atas tanah.

Pangeran Evandor segera mendekati rusa itu, tapi

tiba-tiba terdengar perempuan berteriak minta tolong. Suara teriakan itu sangat nyaring, hingga menimbulkan gema di hutan sunyi yang dipenuhi kicauan burung liar.

“Tolonggg! Tolong saya!”

Pangeran Evandor menarik tali kekang kudanya untuk berganti arah. Kuda gagah meringkik dan segera berputar haluan menuju suara teriakan minta tolong yang semakin lama semakin dekat.

Terlihat seorang wanita yang sedang kepayahan di atas kudanya karena dikejar seekor serigala liar di belakangnya.

Pangeran Evandor tak membuang waktu. Pria gagah itu segera menghunus anak panah lalu memasangnya. Tanpa ragu Pangeran negeri

Mesopotamia itu menarik busur panahnya.

Jleb!

Ujung panah menancap di punggung serigala yang segera jatuh terkapar sambil meraung panjang.

“Anda tidak apa-apa, Nona?”

Gadis yang disapa masih terlihat ketakutan.

“Te-terima kasih, Tuan. Anda sudah menyelamatkan nyawa saya.”

Gadis bermanik hijau itu segera turun dari kudanya, diikuti Pangeran Evandor yang juga mengelus kudanya, memberi perintah supaya

kuda itu menjauh.

Saat berhadapan dengan gadis asing itu, Pangeran baru menyadari seperti pernah melihat paras cantik serupa. Benar, gadis itu sangat mirip dengan Natalie, anak angkat Permaisuri Rhea. Dulu dia sempat berkenalan dengan Natalie dan mereka sering ngobrol, sebelum wanita itu diberikan gelar sebagai pejabat yang kini bertugas di perbatasan selatan.

Natalie juga memiliki tatapan hangat seperti gadis ini. Menyadari dipandang begitu intens

oleh pria yang telah menyelamatkannya, gadis itu sedikit jengah. Dia segera mengulurkan tangannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!