Sekumpulan anak kecil sedang bermain menemani
Ibunya yang mengambil air di sungai Akheloios. Sungai tersebut dipergunakan
oleh rakyat Aegis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi
sampai meminum airnya. Airnya pun begitu bersih dan jernih. Karena itulah,
orang-orang Aegis tidak jarang meminum airnya tanpa dimasak terlebih dahulu.
Ada beberapa orang yang sedang meminum air. Namun,
tiba-tiba pria itu tersedak dan merasa perutnya melilit kesakitan. Kegaduhan
tersebut
dirasakan oleh setiap orang yang baru saja meminum air sungai Akheloios. Rakyat
yang ketakutan segera berlarian mencari pertolongan prajurit yang selalu
berpatroli di setiap sudut kota.
“Tuan! Tolong! Tolong kami!” teriak seorang pria
yang berlari dari sungai dengan kecepatan penuh.
“Ada apa?” sahut prajurit Aegis merespon kepanikan
pria tersebut.
“Banyak orang yang kesakitan di pinggir sungai!”
“Tunjukkan jalannya!” pinta sang prajurit.
Beberapa prajurit pun mendatangi pinggiran sungai
Akheloios, disepanjang pinggiran sungai terlihat banyak rakyat aegis yang
terkapar kesakitan. Pemandangan tersebut sungguh membuat semua orang bergidik
ngeri. Tidak sedikit rakyat yang sampai muntah-muntah lalu pingsan karena
lemas.
“Mereka kesakitan setelah meminum air sungai,
padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini,“ ucap seorang wanita di tengah
isak, menangisi anaknya yang juga kesakitan.
Prajurit Aegis mulai kewalahan dan meminta salah
satu rekannya melakukan laporan ke istana.
“Sampaikan hal ini pada Pangeran Jerome!”
Karena Darius tidak ada, maka tugas beliau
diserahkan sementara kepada Pangeran Jerome. Semua tentu tidak tanpa alasan.
Darius sendiri yang meminta pada pria itu untuk menggantikannya, mengingat
keretampilan Pangeran Jerome dalam berperang lebih besar di bandingkan selir
yang lainnya.
***
Sementara itu, di dalam istana. Pangeran Jerome
terus menempel pada Kaisar. Pria itu sudah terbutakan cinta. Hatinya tidak
tenang jika berjauhan dengan sang istri. Apalagi setelah semalaman mereka bersama.
Ah, rasanya ingin sekali mengulanginya lagi dan menghentikan waktu saat itu
juga.
Pangeran yang lain pun tidak mau kalah, mereka
memberikan perhatian dan mencari celah agar bisa berdekatan dengan sang Kaisar.
Tidak ada
rasa canggung lagi. Hal itu membuat Kaisar tersenyum geli mendapati sikap para
suami.
Bahkan Pangeran Lucas merengek meminta agar bisa
menyuapi Kaisar. Kaisar Alessa menggeleng menolaknya.
“Aku bisa makan sendiri, Pangeran Lucas,” Kaisar
menjauhi sendok yang sudah berada di depan bibirnya.
“Sedikit saja Yang Mulia, aaaa ….”
“Jika Kaisar tidak mau, kamu tidak boleh
memaksanya!” tegur Pangeran Jerome.
“Aku tidak memaksa, aku sudah meminta izin!” sungut
Pangeran Lucas.
Kaisar berpikir jika tidak segera dilerai, maka
mereka berdua bisa saja beristeru di atas meja makan. Kaisar tidak ingin hal
itu sampai terjadi. Kaisar akhirnya mengalah dan membuka mulut menerima suapan
dari Pangeran Lucas.
Di saat mereka asik menyantap sarapan, kedatangan
seorang prajurit membuat kegiatan itu terhenti.
“Lapor Pangeran Jerome! Ada hal mendesak yang
dialami rakyat Aegis.”
Mendengar jika rakyatnya mengalami masalah, Kaisar
pun bangkit dari duduknya. Wanita itu mendekati prajurit yang melakukan
laporan.
“Ada apa denga rakyatku?”
“Mereka, sepertinya keracunan setelah meminum air
dari Sungai Akheloios,”
Kaisar Alessa sangat terkejut dengan kabar dari
prajuritnya. Wanita itu pun memberi perintah untuk mengirimkan para tabib.
Kaisar memutuskan untuk melihat keadaan langsung
bersama sang tabib. Pangeran-pangeran sempat melarang Kaisar untuk melakukan
hal tersebut. Tapi, semua percuma. Tidak ada yang bisa menahan wanita itu jika
menyangkut rakyat yang dikasihinya.
“Kalau begitu, biarkan kami mendampingi Yang
Mulia,” ucap Pangeran Evandor. Kaisar tidak mau menunda lagi, dia pun
menyetujuinya.
***
Sesampainya di sana Kaisar disuguhkan oleh
pemandangan memprihatinkan, banyak rakyatnya yang kesakitan. Tidak hanya di
pinggir sungai, Sebagian lagi rakyat yang berada di rumah. Mereka yang meminum
air yang di bawa dari Sungai Akheloios.
“Kenapa bisa seperti ini? bukankah aku sudah
melakukan ritual malam purnama? Mengapa rakyatku malah tertimpa kemalangan?”
monolog sang Kaisar berperang batin.
Para selir melihat kecemasan sang Kaisar pun tidak
tega. Mereka mencoba mencari penyebab dari insiden ini. Helios mengambil
sedikit air
sungai ke dalam wadah dan memberikannya ke salah satu hewan peliharaan yaitu,
kucing. Tidak lama kucing tersebut kesakitan. Helios menyimpulkan sesuatu.
“Sungai kita telah tercemar, sepertinya terdapat
racun di dalam airnya.”
“Apa? Bagaimana bisa? Selama ini air sungai selalu
terjaga!” Kaisar tampak berpikir dan langsung teringat sesuatu. “Kurang ajar!
Ternyata ini ulah Kaisar Louis, pria itu menggunakan cara licik!” makinya tepat
sasaran. Kaisar Alessa mengingat jalur air sungai berasal dari perbatasan Aegis
yang baru saja diserang pasukan Kaisar Louis.
Masalah air sungai belum selesai. Beberapa orang
berlalu Lalang berlari mengambil air sungai. Para prajurit menahan mereka agar
tidak mengambil air tersebut. Namun, prajurit itu pun hanya bisa diam ketika
mereka menyerukan teriakan.
“KEBAKARAN! LADANG GANDUM DAN JAGUNG KAMI
TERBAKAR!”
Semua orang tampak kalut, yang terpenting saat ini
adalah memadamkan api. Kalau tidak, rumah-rumah warga akan terkena imbasnya.
Semua orang bergotong royong membuat barisan mengambil air secara estafet untuk
memadamkan api. Tentu saja
itu atas arahan Helios. Tidak ada yang diam, semua orang bergerak membantu
termasuk para pangeran. Kaisar mencoba melakukan hal sama hingga wanita itu
kelelahan. Pengaruh hamil muda membuat staminanya menjadi menurun. Kaisar
hampir pingsan di tempat.
“Pangeran Evandor! Bawa Kaisar kembali ke istana.
Serahkan semuanya pada kami, di sini!” pinta Pangeran Jerome. Pria itu tidak
mau sampai sang istri sakit. Pangeran Lucas dan Helios mengangguk memberikan
persetujuan.
Tanpa menunggu lama, Pangeran Evandor menggendong
Kaisar untuk kembali ke istana.
Langit telah gelap, sampai tengah malam para
pangeran belum juga menampakkan batang hidungnya. Sepertinya masalah yang
terjadi tidak
semudah biasanya. Mereka bertiga harus bisa bekerja sama membereskan kekacauan
yang terjadi demi sang Kaisar.
Kaisar yang tertidur sejak sore hari kemudian
terjaga, wanita itu tersentak saat membuka mata. Tidak seharusnya dia berada di
sini. Tidur enak, sementara rakyatnya menderita. Semuanya karena ulah Kaisar
Louis. Kaisar Alessa mengepalkan tangan dan berkata.
“Aku tidak akan pernah memaafkannya. Selama ini aku
diam, tapi jika dia sudah mengusik rakyatku. Aku tidak akan tinggal diam!”
pangeran
Evandor yang setia menunggui Kaisar di sisinya pun memeluk wanita itu.
Wanita hamil yang sedang membutuhkan perhatian.
Bukan permasalahan sepelik ini.
“Istirahatlah Yang Mulia, kami akan membalaskan
semuanya atas nama Kaisar. Karena itu, tenanglah.”
Kaisar tidak menutupi kesedihannya, wanita itu
menitikkan air mata di depan Pangeran Jerome. Di balik tangis itu dia
menyunggingkan senyum. “Terima kasih, terima kasih ….”
Pangeran Evandor
ikut merasakan hal yang Kaisar rasakan. Kesedihan Kaisar merupakan kesedihannya
juga. Pria itu kembali memeluk Kaisar, sosok yang saat ini sangat rapuh.
Pangeran Evandor akan ada untuknya. Hingga pagi hari, mereka saling berpelukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments