Bujukan Pangeran Lucas

Pangeran Lucas mengulurkan tangan sambil membungkuk hormat. Kaisar Alessa menyambut uluran tangan itu. Dia sadar ada hak Pangeran Lucas yang juga ingin menghabiskan waktu bersamanya. Darius memandang datar ke arah Pangeran Lucas yang juga tengah meliriknya. Mereka hanya beradu pandang sesaat, lalu sama-sama memalingkan wajah.

"Kalau saja kau tahu yang terjadi di ranjang pengantin semalam, tubuhmu bisa terbakar, Tuan Lucas," batin Darius sambil menuntun kuda masuk ke dalam kandang.

Kuda betina berbulu putih itu adalah kuda

kesayangan Kaisar, dia tak akan membiarkan orang lain menyentuhnya. Semua pengurus kandang tahu hal itu, jadi mereka membiarkan Panglima Darius menuntun kuda dengan sangat hati-hati hingga memasuki kandang.

"Silakan Yang Mulia," Pangeran Lucas membuka pintu kamarnya.

"Aku pikir kita akan makan siang," ujar Kaisar ragu-ragu.

"Makan siang yang tak seperti biasa. Hamba sangat berharap Yang Mulia bisa menikmati apa yang sudah hamba siapkan."

Kaisar melangkah masuk ke kamar Pangeran Lucas. Ranjang yang masih tertata rapi dengan dua bantal bersandar di kepala ranjang. Tirai sutera putih menutup atap ranjang. Di permukaan kasur, ada taburan bunga berwarna-warni. Kaisar menelan ludah, merasa tenggorokannya kering melihat ranjang ini seperti sengaja ditata untuk sesuatu yang sudah bisa ditebak.

Pangeran Lucas memang sudah menyiapkan makan siang istimewa. Bukan di meja makan tempat ia dan selir lain biasa makan bersama Kaisar, tetapi di dalam kamar. Dia meminta koki istana untuk memasak masakan kesukaan Kaisar. Daging rusa panggang nan lezat, dengan banyak sayuran rebus setengah matang dan saus pasta asam manis. Ada juga buah-buahan segar tertata rapi di atas meja.

Pangeran Lucas dibantu Cain sang asisten, menyulap meja di dalam kamar menjadi meja makan mewah dengan hidangan yang tak terlalu banyak, tapi terlihat menggoda selera.

"Silakan duduk, Yang Mulia."

Pangeran Lucas menggeser kursi, membiarkan Kaisar lebih mudah menduduki kursi itu.

Dengan cekatan, Pangeran Lucas juga menata serbet di depan Kaisar.

"Kau tahu tidak perlu melakukan ini sendiri, bukan? Ada banyak pelayan yang bebas kau perintah semaumu."

Kaisar merasa tidak enak dilayani sampai hal sekecil itu.

Tapi Pangeran Lucas melakukan itu dengan hati berbunga-bunga. Dia tidak mau rencana yang sudah ia susun rapi, harus gagal karena konsentrasinya buyar melihat para pelayan mondar-mandir di depannya.

"Baiklah, mari bersulang," ajak Pangeran

Lucas. Kaisar mengangkat gelas emas, lalu bunyi denting nyaring terdengar di dalam ruangan.

"Hari ini hamba juga sudah menyiapkan kejutan yang lain untuk Anda, Yang Mulia."

Pangeran Lucas mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru. Pria itu membuka kotak itu, dan terlihatlah sebuah kalung betakhtakan batu safir berwarna biru.

"Kalung ini berasal dari tanah Frank, batu safir terbaik ini hamba persembahkan untuk Yang Mulia."

"Lucas, kau terlalu berlebihan," jawab Kaisar seraya memandang batu biru sapheiros yang begitu menawan. Kalung itu pasti akan semakin cantik menghiasi leher jenjang Sang Kaisar.

Batu blue safir itu awalnya berasal dari Yunani. Para pengrajin batu safir di Kerajaan Frank mengubahnya menjadi perhiasan estetik bernilai tinggi. Batu safir ini memiliki makna yang mendalam, yakni simbol keagungan, kejujuran, ketulusan, dan kesetiaan. Batu blue safir ini sering dikaitkan dengan bangsawan dan lambang cinta selama beberapa abad.

Pangeran Lucas berkonsultasi lama dengan ibunya sebelum akhirnya menentukan hadiah istimewa yang ia persembahkan untuk wanitanya yang agung. Kaisar sangat tersanjung dengan kejutan pangeran dari Eropa Barat itu.

"Yang Mulia, bolehkah hamba memasang keindahan blue safir ini di tempat seharusnya?"

Kaisar mengangguk. Hatinya menghangat menerima perlakuan manis Pangeran Lucas.

Dengan berhati-hati, Pangeran Lucas mengalungkan batu indah itu di leher Kaisar. Beberapa kali Pangeran Lucas menahan napas, menyadari betapa indahnya ceruk leher Sang Kaisar. Putra mahkota Kerajaan Frank itu ingin sekali mendaratkan ciuman di leher putih bersih yang berbau wangi itu.

"Terima kasih, Lucas. Aku sangat menghargai pemberianmu."

Sedikit nanar, Pangeran Lucas segera melepaskan tangannya.

Pangeran Lucas berharap dengan semua yang telah dia berikan, dia akan mendapatkan balasan. Setidaknya Kaisar mau memilihnya sebagai penghangat ranjang malam ini.

"Jadi kapan kita bisa menikmati menu utamanya?" tanya Kaisar saat melihat Pangeran Lucas masih terbengong-bengong di hadapannya.

"Ah, iya. Sekarang. Mari kita makan, Yang

Mulia."

Mereka pun menikmati makan siang tanpa banyak kata. Kaisar mengakhiri sendok terakhir lalu mengusap bibirnya dengan sapu tangan di atas meja.

Pangeran Lucas merasa ini saat yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya.

"Setelah menyantap makanan ini lezat sekali, sepertinya Anda mengantuk. Bagaimana kalau Yang Mulia menghabiskan waktu hingga bermalam di sini?" tawarnya penuh harap.

Kaisar Alessa bukan tidak paham dengan gelagat yang diperlihatkan Pangeran Lucas. Tapi organ intimnya masih terasa ngilu akibat pertempuran nikmat dengan Darius semalam.

"Sepertinya lain kali aku akan datang ke kamar ini. Tidak sekarang, Lucas. Aku ingin malam kita nanti menjadi malam indah yang tak terlupakan. Kamu paham maksudku?"

Pangeran Lucas mengangguk tanda mengerti. Meskipun raut kecewa itu jelas terlihat pada wajah tampannya, setidaknya janji Kaisar cukup menyejukkan hati. Dia rela menunggu malam indah itu.

Kaisar melangkah pergi dari kamar Pangeran Lucas yang langsung melompat ke atas ranjang dan berjingkrak-jingkrak bagai anak kecil bermain di atas trampolin.

"Cain! Kau pasti tak akan percaya yang

kudengar barusan! Kaisar pasti memilih aku untuk yang kedua. Aku sangat bahagia, Cain!" Pangeran Lucas berteriak-teriak hingga pengawal pribadinya itu menggeleng-gelengkan kepalanya.Tentu saja ia juga senang dengan kabar tuannya akan segera mendapatkan jatah belah duren.

Seperti biasa, Kaisar memberikan kecupan selamat malam sebelum tidur pada semua selir membuat para pria itu makin mendamba. Pangeran Lucas yang paling antusias menerima ciuman selamat malam itu. Dia tetap menyodorkan wajahnya meskipun Kaisar beralih mendekati Pangeran Jerome.

Lelaki tegap itu kini sudah mulai bisa menguasai diri. Dia melatih kesabaran hari demi hari. Meskipun sampai sekarang tidak ada perlakuan istimewa yang diterima Pangeran Jerome dari Kaisar, diam-diam Pangeran Jerome justru bersyukur karena menurutnya, jika dirinya menjadi pilihan terakhir Kaisar untuk melabuhkan hasrat, justru hal itu akan semakin menguntungkan. Bukankah ada pepatah, ‘simpan yang terbaik untuk yang paling akhir’?

“Selamat malam, selamat beristirahat, Yang Mulia. Semoga Anda tidak lupa letak kamar hamba yang paling ujung. Kapan pun Yang Mulia ingin memasukinya, hamba harap Anda tidak menundanya,” cetus Pangeran Evandor menatap Kaisar dengan pandangan memohon. Laki-laki gagah itu hampir gila, karena setiap malam harus menahan diri untuk tidak menyentuh wanita lain.

Saking penasaran, Pangeran Evandor mencicipi sedikit ramuan kuno pemberian ayahnya. Hasilnya, setiap malam dia harus berolahraga di kamarnya, supaya tidak memasuki kamar pelayan. Bagi pangeran Evandor, ini adalah pengorbanan besar untuk wanita yang ia cintai. Dia rela melakukan itu.

“Tapi jangan terus menunda, rasanya kepalaku mau pecah membayangkan yang iya-iya,” batinnya jujur.

Setelah semua selir menerima kecupan selamat malam, mereka segera memasuki kamarnya masing-masing. Kaisar tidak langsung tidur. Wanita itu segera masuk ke ruang kerja untuk bertemu dengan Tuan Cicero dan Permaisuri Rhea yang sudah menunggunya sedari tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!