Kaisar Alessa tidak berkenan mengulangi ucapannya.
Meskipun dia pemimpin negeri Aegis yang besar, dihormati dan disanjung semua
orang, tetapi nalurinya sebagai wanita tetap menghalangi untuk berterus terang tentang
urusan hubungan intim dengan para selirnya.
Fatal bagi Pangeran Evandor karena seharusnya dia
menajamkan pendengaran. Hingga Kaisar Allesa menjauh, dia masih memikirkan apa
yang dikatakan Kaisar tadi.
Darius melirik wajahnya yang kebingungan sebelum
berlalu mengikuti Kaisar untuk kembali ke istana.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Sial! Aku
seperti mendengar tentang malam ini. Tapi apa? Apakah malam ini Kaisar akan
pergi? Ya, aku mendengar itu.Tapi pergi kemana? Ya Dewa, tolong aku. Bagaimana
bisa telingaku tuli mendengar kabar sepenting ini?” rutuknya dalam hati penuh
penyesalan.
Hampir saja ia menyusul Darius dan bertanya apa
yang dikatakan Kaisar, tapi dia tahu tabiat Darius yang dingin dan tidak suka
mencampuri urusan orang lain. Bisa-bisa Darius menganggapnya bodoh. Untuk
perintah sepele saja dia tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
Pangeran Evandor menendang-nendang kakinya karena
kesal. Malam hari ia kembali gelisah memikirkan kalimat Kaisar yang tidak jelas
itu, hingga tanpa ia sadari waktu membawanya terbang ke alam mimpi.
Kaisar Alessa bersiap untuk mendatangi kamar
Pangeran Evandor. Dia memakai gaun sutera tipis yang memperlihatkan lekuk
tubuhnya yang indah, lalu menutupinya dengan jubah indah yang membuatnya
terlihat makin anggun. Aroma wewangian khusus juga ia oleskan di leher, sontak
wanginya menyebar keluar kamar.
Krieeet.
Suara pintu terbuka Kaisar langsung memasuki kamar. Alangkah terkejutnya ia
saat melihat di dalam kamar, Pangeran Evandor sedang terlelap.
“Sepertinya dia tidak menyimak secara jelas apa
yang kukatakan tadi siang.”
Kaisar menghela napas sambil menggelengkan kepala.
Wanita itu mangamati selirnya yang tampan tersebut. Wajah Pangeran Evandor
memang sangat tampan. Pria berkulit putih dan berhidung mancung itu mempunyai
bulu mata lentik seperti perempuan. Perpaduan alis tebal dan bulu mata hitam
lentik yang membuatnya berbeda dengan para selir lain.
“Wajar jika para perempuan berlomba mengejarmu,
Evandor, kau sangat tampan,” bisik Kaisar sambil mengelus surai Pangeran Evandor.
Dulu Tuan Cicero sempat mengingatkan saat ia
menyebutkan nama Pangeran Mesopotamia itu dari daftar nama yang akan
dijadikannya selir.
“Tuan Evandor mempunyai banyak wanita, tentu ini
tidak baik bagi reputasi Anda dan Aegis, Yang Mulia,” ujar Tuan Cicero.
Tapi Kaisar bergeming. Ia tak peduli berapa ratus
wanita yang telah tidur dengan Pangeran Evandor. Justru hal itu menjadi
tantangan tersendiri untuknya.
“Aku menginginkan dia Tuan Cicero. Aku ingin tahu
berapa banyak lagi wanita yang akan ia kumpulkan jika nanti laki-laki itu
terpilih menjadi selirku.”
“Tapi, Yang Mulia-“
“Anda pasti tahu saya tidak menerima penolakan Tuan Cicero.”
Tuan Cicero tidak membantah lagi.
Tadinya ia sangat mengkhawatirkan kesehatan
Kaisarnya. Pria yang pernah tidur dengan puluhan wanita, siapa yang bisa
menjamin dia tidak terkena penyakit kelamin?
Ketika Pangeran Evandor resmi menjadi selir Kaisar,
Tuan Cicero segera mengutus tabib istana untuk memeriksa kondisi tubuh Pangeran
Evandor. Tabib itu juga memberikan ramuan khusus untuk membersihkan organ dalam
Pangeran Evandor.
Sebenarnya bukan hanya Pangeran Evandor saja yang
mendapatkan pemeriksaan khusus, seluruh selir juga harus diperiksa kondisi
tubuhnya secara menyeluruh. Tetapi dengan pengalaman urusan bawah perut dan
reputasi Evandor selama ini, dia benar-benar mendapatkan perlakuan khusus.
“Aku tidak salah memilihmu Pangeran Evandor. Sejak
menjadi selirku, aku belum pernah mendapatkan laporan kau meniduri gadis lain.
Bahkan kepada Clara yang mengejarmu, kau bisa bersikap tegas, dan itu menarik
perhatianku. Kau mau berusaha melakukan hal yang benar, aku sangat menghargai
itu.”
Tiba-tiba Pangeran Evandor bersuara dalam tidurnya.
“Yang Mulia, Anda satu-satunya wanita yang hamba
cintai. Tidak ada yang lain. Hamba rela berkorban apa saja asal bisa bersama
dengan Anda. Yang Mulia, tolong jangan tinggalkan hamba,” igau Pangeran Evandor
sambil matanya terpejam.
Kaisar tersenyum menyaksikan betapa dalam rasa
cinta pangeran tampan ini untuk dirinya. Semburat merah tergurat di pipinya.
Sejak mendengar penjelasan Tuan Cicero, ia memang
sempat meragukan pangeran yang satu ini. Pria yang dulu terkenal suka menggoda
wanita, dan tidak puas hanya memiliki satu pasangan, malam ini justru
menyerahkan diri bahkan terbawa hingga alam mimpi.
“Kau sudah membuktikan kesetianmu, Pangeran
Evandor. Aku mendengar langsung kau membelaku saat perempuan tadi berpikir yang
tidak baik tentang diriku.” Kaisar terus mengelus wajah Pangeran Evandor sambil
berbisik lirih.
Satu kecupan manis dia berikan di bibir pangeran
tampan. Ternyata bibir itu tersenyum manis. Kaisar terus mengamati wajah
Evandor, khawatir jika pria itu hanya berpura-pura tidur. Ternyata tidak.
Ciuman itu sampai ke dalam mimpi Pangeran Evandor. Pria itu tersenyum sampai
pagi tiba.
Pagi hari semua wajah terlihat sangat cerah, tak
terkecuali Kaisar dan Pangeran Evandor. Pria itu tak henti-hentinya memegang
bibirnya yang dalam mimpinya dicium penuh perasaan oleh Kaisar.
Jika saja ia tahu ciuman itu nyata dan bukan mimpi,
mungkin ia akan berburu empat puluh hari empat puluh malam untuk memberikan
hadiah-hadiah indah dari binatang hasil buruannya untuk Kaisar.
“Ada satu kursi kosong. Kemana Pangeran Lucas?”
tanya Kaisar Alessa sambil melihat sekeliling. Selir yang lain juga
mencari-cari dengan ekor mata mereka.
“Cain, di mana pangeranmu?” tanya Darius ketika
melihat pengawal pribadi Pangeran Lucas melintas di dekat ruang perjamuan.
“Maaf Tuan Darius, Pangeran Lucas sedang tidak enak
badan. Beliau tidak bergabung untuk sarapan pagi ini.”
“Tuanmu sakit apa?” sahut Kaisar cemas. Semalam
saat hendak mengunjungi kamar Pangeran evandor, dia berpapasan dengan Pangeran
Lucas dan terlihat bahwa pria itu baik-baik saja.
“Ampun Yang Mulia. Hamba belum tahu sakit apa,
karena Pangeran Lucas melarang hamba memanggil tabib istana.”
Cain menjawab sembari memberi hormat. Seluruh selir saling berpandangan dan
menghela napas panjang.
“Kalau begitu bawalah beberapa makanan ini ke
kamarnya. Setelah urusanku selesai, aku akan mengunjunginya.” Kaisar memberi
isyarat pelayan untuk menyiapkan makanan dari meja.
“Ampun Yang Mulia, tapi Pangeran Lucas bilang tidak
mau makan.”
Lagi-lagi para selir berpandangan. Ada yang aneh. Biasanya Pangeran Lucas
selalu paling awal duduk di kursinya, supaya bisa mengambil posisi paling dekat
dengan Kaisar.
Mereka tidak tahu jika semalam saat Pangeran Lucas
berpapasan dengan Kaisar, pria itu diam-diam mengikuti Kaisar. Pangeran Lucas
juga melihat bayangan dari kaca pintu, saat Kaisar mencium bibir Pangeran
Evandor. Berminggu-minggu Pangeran Lucas menunggu momen itu. Saat di mana malam
pertamanya dengan Kaisar akan segera terwujud.
Dia bahkan tak peduli jika Kaisar hamil. Yang
penting cinta wanita itu untuknya tetap utuh dan sama. Dengan rasa sayang yang
begitu besar, saat melihat Kaisar justru mendatangi kamar Pangeran Evandor,
tentu saja hal itu membuatnya kesal.
Pangeran Lucas
sedang dikurung rasa cemburu yang hebat, hingga dia memutuskan untuk mogok
makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Vera Nsc
🤣🤣🤣🤣🤣
pangeran lucas paling manja yaa 😀
2023-08-11
1