Pangeran Jerome

Di suatu tempat, di dalam hutan yang cukup jauh

dari perbatasan timur Aegis terdapat sekumpulan prajurit Kaisar Louis. 20.000

pasukan itu bersembunyi setelah memporak-porandakan beteng Aegis.

Sementara itu, mereka tetap mengawasi dengan

beberapa mata-mata yang tersebar di beberapa titik untuk mengetahui keadaan

benteng tersebut. Benar saja, pasukan Aegis yang dipimpin oleh Darius tiba

setelah mereka menjaga jarak.

Kaisar Louis tersenyum senang dengan apa yang telah

dia perbuat. Dia yakin Kaisar Alessa akan murka. Namun, sayangnya orang yang

ditunggunya itu tidak datang bersama Darius. Pria yang terkenal akan kekuatan

bertarung dan sangat disegani di medan perang tersebut hanya datang dengan

pasukannya.

“Kaisar Aegis tidak terlihat dalam rombongan

pasukannya. Sepertinya, beliau tidak datang, Yang Mulia,” lapor mata-mata

miliknya.

Kaisar Louis mengepalkan tangan dengan rahang yang

mengetat. Senyuman yang barusan terbit berubah menjadi lengkungan muram.

“Kenapa wanita sialan itu tidak datang? Padahal aku

sudah merusak dan membantai prajuritnya. Dasar pengecut!” maki Kaisar Louis.

Mata-mata itu ketakutan dengan amarah Kaisar yang

seolah dilemparkan padanya. Pria itu berlutut semakin rendah agar Kaisarnya

tidak semakin kesal.

“Apa yang harus hamba lakukan, Yang Mulia?”

“Pergilah! Sebelum aku menggorok lehermu!” Kaisar

Louis melemparkan barang-barang pada mata-matanya tersebut sampai orang itu

keluar

dari tendanya. “KURANG AJAR!”

“Tenang Yang Mulia, jaga energi Anda,” pesan penasehatnya

yang bernama Julius.

“Kau suruh aku bersabar? Orang-orang terbaikku

telah gugur karena wanita laknat itu! Yang aku inginkan adalah memenggal

kepalanya!”

“Hamba mengerti apa yang diinginkan Yang Mulia.

Tapi, bagaimanapun juga kita sedang di tanah mereka. Tentu tidak akan mudah

menghancurkannya.”

Saat Kaisar Louis berbicara dengan Julius,

seseorang datang untuk melapor. Ternyata orang itu adalah salah satu mata-mata

yang Kaisar Louis sebar. Namun, mata-mata satu ini dikirimnya untuk ke

perbatasan sekutu Aegis. Kaisar Louis berniat menyerang daerah-daerah sekutu

yang menurut pria itu tidak begitu kuat.

“Kerajaan Persia, Frank dan Mesopotamia melakukan

penjagaan ketat di setiap perbatasannya. Sepertinya Aegis melaporkan

penyerangan yang dialaminya pada para sekutunya,” terang sang mata-mata.

Kaisar Louis pun semakin naik pitam. “APA?!” pria

paruh baya itu menggebrak meja.

Penasehat Julius mengusap dagunya sambil berpikir.

“Aegis bertindak cepat. Mereka melakukan tindakan antisipasi.”

“Lalu, apa yang harus aku lakukan Julius! Katakan!”

“Bukan Anda Yang Mulia, biarkan para mata-mata

bertugas. Kirimkan prajurit yang siap mati untuk kesana. Karena kali ini, hidup

dan mati mereka tergantung dari keahliannya bertahan.”

“Aku ingin mendengarnya,” Kaisar Louis mencium

kemenangan dari ucapan Julius.

“Pertama, bakar ladang mereka hingga mereka tidak

memiliki persediaan makanan. Rakyat yang kelaparan akan membuat keadaan

kekaisaran menjadi kacau. Perhatian mereka pun akan terbagi, antara rakyat dan

kita. Kedua, sebarkan bibit penyakit pada sungai yang mengalir ke kekasiaran

agar mereka semua tecemar oleh penyakit tersebut.”

Sebuah ide brilian yang tidak terpikirkan oleh

Kaisar Louis. Pria itu bertepuk tangan kegirangan. “Kau dengar? Lakukan apa

yang Julius bilang, sekarang! Atau kau mau aku melemparmu ke kandang

anjing-anjingku?”

“Siap laksanakan, Yang Mulia!”

***

Sementara itu di Istana Aegis, sang Kaisar sedang

berada di dalam kuil. Wanita itu berdo’a pada dewa bersama Permaisuri Rhea.

Ketika do’a hampir selesai, kehadiran Tuan Cicero cukup mengagetkan Kaisar.

Apalagi saat pria paruh baya itu memberitahukan hal yang belum pernah Kaisar

Alesaa dengar.

“Yang Mulia Kaisar, malam ini adalah malam purnama.

Malam terbaik untuk melakukan hubungan suami istri, agar Kekaisaran selalu

dalam perlindungan

Dewi Athena.”

Permaisuri Rhea termenung dan seperti tersadar.

Wanita paruh baya itu tersenyum samar. “Iya Yang Mulia, ritual ini hanya ada 5

tahun sekali. Malam yang sangat sakral.”

“Benarkah?” Kaisar Alessa masih dalam mode memahami

situasi. Kaisar Alessa malah memikirkan Darius. Andai suaminya itu ada di sini,

tentu Darius yang akan Kaisar pilih. Padahal belum lama ini Darius yang

menghangatkan ranjangnya, Kaisar seolah lupa jika memiliki selir yang lain.

“Hamba menyarankan Anda melakukan ritual tersebut

dengan Pangeran Jerome, persia adalah tempat para saint berasal. Hamba pikir,

dengannya Kaisar akan mendapatkan energi positif yang akan berdampak baik pada

janin Anda. Calon penerus Aegis,” tutur Tuan Cicero.

Semua yang dikatakan Tuan Cicero dibenarkan oleh

Permaisuri Rhea. Bila sang Ibunda sudah berkata, Kaisar tidak bisa lagi

menolak. Lagipula memang sebuah kewajiban Kaisar sebagai istri untuk memenuhi

haknya para selir. Setiap selir

berhak atas dirinya, seperti yang disebutkan di dalam sumpah setia ketika

mereka menikah.

Kaisar Alessa harus menekan perasaannya yang

monogami. Kenyataannya dia tidak boleh melakukan hal tersebut. Perbuatannya itu

tentu akan menyakiti para selir yang hanya setia padanya.

‘Mungkin saat ini hatiku hanya untuk Darius. Tapi,

bukan berarti selir lain tidak berhak menempati sisi hatiku yang lain. Aku

harus adil,’ batin Kaisar.

Wanita itu memejamkan mata meresapi segala hal yang

harus dia ambil dan perbuat. Setelah cukup lama dia pun membuka matanya dan

berkata.

“Beritahukan Pangeran Jerome untuk bersiap. Aku

akan datang ke kamarnya malam ini.”

***

Para selir sedang berkumpul di lapangan tempat para

prajurit berlatih, mereka sedang berbincang menceritakan kegiatannya

masing-masing. Ada juga yang saling menguji ilmu pedang. Contohnya Pangeran

Lucas dengan Helios.

CRANG! CRANG!

“Keluarkan tenagamu, Tuan Helios!”

“Tenang saja, Pangeran Lucas. Saya akan mengerahkan

semua tenaga saya!”

Pangeran Lucas mengajak Helios agar bisa meluapkan

kekesalannya. Malam pertamanya gagal gara-gara pria kompeten di depannya ini.

Pria impian gadis-gadis Aegis. Yang dikenal dengan keahlian multitalenta. Hanya

berpedang yang tidak begitu dikuasainya. Karena itu, Pangeran Lucas berani

menantangnya.

CRANG! CRANG!

Pangeran Lucas terus menyerang hingga Helios

terpaksa mundur ke belakang dan tersudutkan di batas pagar.

“Pangeran, apa Anda ingin ada tumpah darah?” Helios

merasa kewalahan.

“Kira-kira enaknya bagaimana?” pancingnya yang

sudah gemas.

Sedikit lagi Pangeran Lucas akan mengalahkan

Helios. Namun, tangannya terhenti ketika seorang pelayan mencari Pangeran

Jerome.

“Pangeran Jerome, diharap bersiap-siap karena

Kaisar akan datang ke kamar Anda.”

PRAK!!!

Pedang Pangeran Lucas lepas. Pria itu membeku

seperti batu. Pangeran Jerome sendiri salah tingkah dengan wajahnya yang merah

merona. Pangeran Evandor memukul bahunya antara iri dan cemburu.

“Sialan, giliranmu datang juga. Apa kau mau

ramuanku?” tawar Pangeran Evandor.

Pangeran Jerome menggeleng dan tersenyum lebar.

“Tidak perlu, takut nanti ketagihan,” ucapnya kemudian pergi meninggalkan 3

pria yang mupeng.

Pangeran Lucas yang terbakar api cemburu mengambil

kembali pedangnya, dia menatap Helios dengan tajam. “Semua karenamu! Karenamu

aku gagal menghabiskan malam dengan Kaisar tercinta, kau harus membayarnya!”

Helios yang merasa kali ini bukan latihan lagi

memilih berlari, menghindari maut di depan matanya.

“Bukan salah saya, saya hanya menolong Anda,”

serunya ditengah kejaran.

Pangeran Evandor

menghela napas, kini hanya dia yang tersisa. Pria itu cukup puas dengan mimpi

indah bersama sang Kaisar, mungkin nanti, semua mimpi itu menjadi kenyataan.

Tanpa diketahuinya memang semua itu nyata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!