Pangeran Lucas menatap dalam wajah cantik Kaisar,
diusapnya dengan lembut kulit pipi yang lembut melebihi sutra. Dengan perlahan
pria itu memeluk sang Kaisar, merasakan hangatnya dekapan yang sejak lama ia dambakan.
Sudah terbayang apa yang akan terjadi setelah ini. Namun, lagi-lagi ada saja
hal yang menghentikannya saat ramai suara terdengar di balik pintu kamar. Suara
dua orang laki-laki sedang beradu mulut.
“Yang aku tahu, aku lah yang lebih dulu menaiki ranjangnya.
Anda belakangan!” Suara kencang Helios memenuhi pendengaran Kaisar yang segera
melepaskan pelukan, merapikan diri, lalu bangkit melangkah ke pintu.
Pangeran Lucas sangat kesal mendengar keributan
yang dibuat oleh Darius dan Helios.
“Apalagi ini? Kenapa mereka tidak membiarkan aku
bersenang-senang dengan Kaisar sebentar saja?” rutuknya kesal. Pria tampan itu
segera berdiri menyusul Kaisar.
“Darius, Helios, apa yang kalian ributkan?” tanya
Kaisar.
Pangeran Lucas menahan geram ketika tahu jika biang
keladi tidak lain adalah dua saingan beratnya.
“Lepaskan tanganmu Darius! Kau bisa membunuhnya!”
bentak Kaisar berusaha melerai pertengkaran.
Wanita itu menarik tangan Darius yang berada di
leher Helios. Panglima Aegis terlihat sangat berang, dan hendak mencekik Helios
yang terbatuk-batuk saat pegangan erat tangan Darius lepas dari lehernya.
“Tenangkan dirimu, Darius. Apa yang terjadi hingga
kalian bersikap seperti bocah begini?”
Kaisar tak habis pikir, para selirnya sekarang
bertingkah seperti anak kecil. Baru selesai masalah Pangeran Lucas dengan api
kecemburuannya. Sekarang Helios dan Darius juga saling mencaci dan hampir
saling mencelakai.
“Kau dulu Helios, apa yang membuat Darius begitu
marah?”
“Ampun Yang Mulia, hamba hanya menasehati Tuan
Darius agar tidak selalu mengikuti Yang Mulia, kemanapun Anda pergi. Saya pikir
Yang Mulia juga ingin punya privacy yang tidak boleh diganggu oleh siapa pun,
meskipun oleh Panglima perang sekalipun.”
Pangeran Lucas mengangguk tanda setuju dengan apa
yang dikatakan Helios. Baru saja dia mengalami kejadian buruk akibat Darius
terlalu ikut campur.
Kaisar mengangguk-anggukkan kepalanya, memahami maksud Helios.
“Jangan lupa Darius ingin melindungiku. Baik
sebagai panglima Aegis, maupun sebagai suami, kalian harus menerima itu.”
Darius tersenyum mendengar Kaisar berada di pihaknya. Dia tak sabar lagi untuk
segera memberi tahu sebuah rahasia besar.
“Tapi benar juga yang dikatakan Helios, kupikir kau
tidak perlu setiap saat mengikuti kemanapun aku pergi, Darius. Apalagi … saat
mengunjungi kamar para selir,” imbuh Kaisar dengan suara lirih.
Darius sudah diambang batas kesabaran. Pria itu
berbisik ke telinga Kaisar.
“Hamba mohon izin untuk meminta waktu Anda sebentar
Yang Mulia. Ada sesuatu yang harus hamba sampaikan. Jangan menolak atau saya
akan membeberkan tentang malam pertama kita di depan Pangeran Lucas.”
Raut wajah Kaisar berubah. Perempuan cantik itu
menghela napas panjang. Ucapan Darius sepertinya sangat serius. Tidak ingin
masalah menjadi panjang, Kaisar melangkah pergi mengikuti Darius, meninggalkan
Helios dan Pangeran Lucas.
“Kau sungguh menyebalkan Tuan Helios! Sikapmu tadi
sangat merugikan aku! Andai kau tak ribut dengan Tuan Darius, mungkin sekarang
aku sedang berada di puncak nirwana bersama Kaisar.” Pangeran Lucas menyorotnya
tajam.
“Jangan salah paham Tuan Lucas, saya justru ingin
membuat Anda nyaman. Saya tahu Kaisar sedang berada di dalam kamar Anda, tapi
Tuan Darius menunggunya dengan sikap waspada, seolah Kaisar sedang menghadapi
bahaya. Seharusnya Anda berterima kasih atas hal itu!”
“Kau merusak hariku dan aku harus berterima kasih?
Simpan saja mimpimu, Helios! Jangan mentang-mentang kau sudah menikmati malam
bersama Kaisar, lalu sekarang kau ingin mencampuri urusan ranjangku?”
Pangeran Lucas menumpahkan kekesalannya kepada
Helios, satu-satunya orang yang tidak akan melawan. Kalau dengan Darius,
Pangeran Lucas sudah pernah merasakan tangannya patah akibat pitingan laki-laki
perkasa itu.
“Seharusnya Anda menyalahkan Tuan Darius, bukan
hanya saya yang memulai pertengkaran ini,” jawab Helios kesal.
“Masih mau menyangkal? Kalau kau menahan diri dan
membiarkan Tuan Darius melakukan tugasnya, pasti keributan tadi bisa dihindari.
Semua ini karena ulahmu yang sangat egois dan mau menang sendiri. Sebaiknya kau
berhati-hati dengan sifatmu ini Helios,” pungkas Pangeran Lucas seraya
meninggalkan Helios yang masih ingin mendebatnya.
Melihat kemarahan Pangeran Lucas, Helios hanya bisa
menghela napas panjang. Dia tercenung karena disalahkan oleh banyak pihak.
“Padahal aku hanya ingin anakku nyaman. Kalau
ibunya bahagia, maka janin yang dikandungnya juga akan tumbuh sehat sebagaimana
mestinya,” keluhnya lirih.
Lagi-lagi Helios masih menganggap janin yang
dikandung Kaisar adalah anaknya. Dengan langkah gontai Helios memasuki kamarnya.
Darius membawa Kaisar ke ruangan kerja wanita itu.
setelah yakin jika di sekitar mereka tidak ada orang lain, Darius pun
mengungkapkan kebenaran.
“Kenapa wajahmu tegang sekali, Darius? Aku
perhatikan beberapa hari ini sikapmu aneh. Tidak biasanya kau meladeni ucapan
tidak penting orang lain, apalagi Helios.”
Bukan bermaksud merendahkan, hanya saja menurut Kaisar, Darius justru paling
dekat dengan Helios ketimbang selir lain.
“Maafkan kejadian tadi Yang Mulia. Hamba
benar-benar tidak bisa menahan diri. Helios mengira hamba tidak memperhatikan
kesenangan dan kebahagiaan Yang Mulia.”
“Kau tahu itu tidak benar 'bukan?”
Darius mengangguk.
“Entah apa yang terjadi dengan kalian, tapi semakin
hari aku merasa semakin banyak masalah di antara para selirku.”
Darius menunduk. Kini ia benar-benar menyesali pertikaiannya dengan Helios.
“Sebaiknya Anda dengarkan hamba dulu, Yang Mulia.”
“Bicaralah Darius, lalu kembali pada wajahmu yang
selalu ingin kupandangi untuk menghilangkan gundah,” titah Kaisar. Ungkapan itu
bagai sebuah sanjungan yang membuat Darius seakan terbang ke awang-awang.
“Sebenarnya malam itu ….” Darius mulai ragu.
“Apakah Anda ingat malam pertama kita?”
“Malam pertama kita bertiga maksudmu? Darius jangan
membahas hal yang membuatku sangat malu saat mengingatnya,” bisik Kaisar sambil
tersipu.
“Itulah yang ingin hamba jelaskan, Yang Mulia.
Malam itu hanya ada kita berdua, hanya hamba dan Yang Mulia.”
“Lelucon apa ini? Kau tidak ingat saat terbangun
ada Helios di kamar?” tanya Kaisar kaget. Dia mengingat semua detil kejadian
hari itu, saat terbangun pagi hari dan menemukan Helios sedang menghadap ke
tembok. Wanita itu mengingat semuanya, kecuali kejadian saat malam pertama
bertiga bersama Helios.
“Tidak ada Helios, Yang Mulia. Hanya kita berdua.
Saat itu Yang Mulia menarik tangan hamba memasuki kamar. Hamba sangat terkejut
tapi tak bisa menolak, karena sejujurnya hamba ingin terpilih menjadi yang
pertama untuk menemani Anda.”
Kaisar menatap manik merah menyala yang sangat
indah di depannya. Wanita itu menahan napas mendengar cerita Darius.
“Saat hamba memasuki kamar pengantin, Helios sudah
tertidur pulas hingga pagi.” Kaisar masih menatap Darius dengan pandangan tak
percaya.
“Apakah itu sebabnya aku tak bisa mengingat Helios
malam itu?” tanyanya pada diri sendiri sambil menundukkan wajahnya. Darius
mengangguk. Dia mengangkat wajah cantik itu. “Tidak ada Helios di antara
kita,”ulang Darius sambil tersenyum menatap perempuan yang membuat hatinya
selalu dipenuhi bunga-bunga.
“Jadi anak ini?” Kaisar meraba perutnya.
“Anak ini putra
Darius Adolf!” ujarnya mantap membuat senyum mengembang di bibir Kaisar Alessa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments