Malam Purnama

Harum semerbak bunga mawar memenuhi ruangan tempat

Kaisar membersihkan diri. Berbagai ritual perawatan kecantikan yang diwarisi

oleh leluhurnya dilakukan sebagai syarat sebelum melakukan hubungan suami

istri.

Begitu tingginya Kaisar menjungjung adat istiadat

sebagai suatu penghormatan kepada suaminya. Kaisar akan mempersembahkan yang

terbaik, di malam purnama kali ini.

Para dayang bahkan tidak henti berdecak kagum

menatap Kaisar yang tampil begitu anggun dan segar. Kali ini Kaisar mengenakan

gaun berwarna emas, membuat Kaisar menjadi semakin bersinar. Banyak yang

beranggapan jika Pangeran Jerome mendapatkan keberuntungan dari langit karena

berhasil terpilih di antara para selir.

“Apa Pangeran Jerome sudah siap?” tanya Kaisar pada

sang Dayang. Dayang tersebut pun mengangguk.

“Sudah yang Mulia, Pangeran Jerome sedang menunggu

Anda,” terangnya.

Di lain tempat, Pangeran Jerome berusaha

menenangkan dirinya yang menegang. Tangannya dingin seperti es batu. Ia adalah

pribadi yang tidak mudah bergaul apalagi dengan makhluk yang namanya wanita.

Hanya sekedarnya saja, dia pun tidak pernah membayangkan jika akan mengalami

yang namanya malam pertama.

Dia pikir Kaisar tidak akan pernah memilihnya,

karena itu Pangeran Jerome cukup mengagumi wanita itu dari jauh. Siapa sangka,

kini dirinya lah yang akan menjadi pemeran utama pria malam ini. Selama ini

hanya mulutnya saja yang berkoar-koar untuk membuat para selir insecure

padanya.

“Apa yang sebaiknya aku bicarakan bersama Kaisar?

Tentu kami tidak akan langsung menaiki ranjang ‘kan?” pria itu memandang

ranjang yang telah dihias sedemikian rupa. Semburat merah langsung terpahat di

wajahnya. Pangeran Jerome segera memalingkan muka. “Apa yang baru saja aku

pikirkan?” tanyanya sambil menutup mulut menahan malu.

Di tengah kekalutan diri, pangeran Jerome

dikejutkan dengan kedatangan sang Kaisar. Pria itu tampak gusar, dia belum siap

lahir dan batin.

“YANG MULIA KAISAR TELAH TIBA!”

Jerome yang sedang duduk segera bangkit untuk

menyambut sang Istri. Kedatangan Kaisar di dahului oleh para dayang.

Setelahnya, wanita itu menampakkan diri dengan pakaian yang tidak asing untuk

Pangeran Jerome. Pakaian yang berasal dari kerajaannya, Persia. Kaisar

mengenakan cadar menutupi sebagian wajahnya yang hanya menampilkan matanya yang

tajam dan misterius. Mata yang sangat cantik. Pangeran Jerome sampai terpesona

dan tidak sanggup berkata-kata.

“Selamat malam, suamiku,” sapa Kaisar seraya

membungkukkan badan.

Pangeran Jerome terdiam dengan tatapan terpaku pada

mata Kaisar. Hingga kedua kalinya Kaisar memanggil, pria itu baru menyahut.

“Pangeran?”

“Ah! Yang Mulia, maafkan hamba!” Pangeran Jerome

berlutut di depan Kaisar.

Kaisar yang melihat hal itu meminta para dayangnya

untuk pergi meninggalkannya. Kini Kaisar hanya bersama Pangeran Jerome di dalam

satu ruangan. Pangeran Evandor belum berubah posisi, maasih dengan berlutut dan

menundukkan wajahnya. Kaisar pun menyentuh wajah suaminya agar menatapnya.

“Suamiku, bangunlah. Saat ini tidak ada status yang

membedakan kita. Aku istrimu.”

Pangeran Jerome hanya bisa mengangguk dan menurut

ketika Kaisar menuntunnya untuk duduk di sisi ranjang.

Kaisar memberikan Pangeran Jerome secangkir anggur

untuk mereka minum sebelum melakukan hal selanjutnya. Anggur yang sangat enak

dan berkualitas tinggi, karenanya mampu membuat Pangeran Jerome lebih tenang.

Mereka pun saling melemparkan senyum setelah

menghabiskan satu cangkit anggur tersebut.

“Hamba masih tidak percaya dengan apa yang Hamba

lihat.”

“Apa itu?”

“Anda ada di sini. Di kamar hamba, bahkan di atas

ranjang hamba.”

Kaisar menggenggam tangan Pangeran Jerome yang

terasa sangat dingin. Kaisar tersenyum simpul. ternyata pria bertubuh besar itu

bisa mengalami gugup seperti sekarang ini. “Apa sekarang masih belum percaya?”

Pangeran Jerome membalas genggaman itu lalu

mengecupnya. “Bolehkah hamba berharap?” Kaisar menunggu kelanjutan ucapan sang

Pangeran. “Berharap malam ini tidak akan pernah berakhir?” tanyanya dengan

tatapan lekat. Tatapan pemujaan yang begitu dalam.

Kaisar tidak menjawab, melainkan langsung memeluk

pria itu. Pangeran Evandor mendekap istrinya dengan tangan gemetar. Semua

karena perasaannya yang seperti meledak sampai tidak tahu harus berbuat apa.

Yang jelas, Pangeran Jerome sangat senang kini Kaisar bisa dia sentuh. Bukan

lagi hanya khayalan yang ada di dalam pikirannya saja.

Pergulatan panjang itu cukup memakan waktu lama di

saat pembukaan. Pangeran Jerome kesulitan melepaskan gaun yang melekat di tubuh

sang istri. Kaisar sampai membantu pria itu, melepaskan dirinya sendiri dari

gaun yang membungkus tubuh moleknya.

Berulang ulang Pangeran Jerome menelan saliva,

mendapati makhluk tuhan terindah ada dihadapannya. Hingga subuh tiba, Pangeran

Jerome baru berhenti mereguk nikmat. Rasanya sedetik pun sangat berharga.

Kaisar sendiri sudah memasrahkan dirinya. Kali ini dia akan lebih adil dalam

memenuhi kewajibannya.

“Maafkan hamba, Yang Mulia,” bisik Pangeran Jerome.

Pria itu masih menghirupi rambut Kaisar, memeluknya dari belakang.

“Kenapa minta maaf?” jawab Kaisar pelan. Tubuhnya

lemas karena dihujam semalaman.

Pangeran Jerome mengingat di masa lalu, saat dia

memandang aneh pada Kaisar Alessa. Membayangkan betapa kejamnya wanita itu

karena sanggup untuk membunuh Kaisar terdahulu. Tapi, makin kesini Pangeran Jerome

mengetahui fakta baru, di balik ketegasan dan kekuatan yang selalu

diperlihatkan, terdapat sisi lembut yang hanya bisa dilihat oleh para selir.

Pangeran Jerome mensyukuri jalan dewa menjadikannya

selir di Aegis. Dia tidak akan pernah menyesal telah mengabdikan diri untuk

wanita itu.

Pangeran itu menggeleng dan menenggelamkan wajahnya

pada ceruk Kaisar. “Maaf membuat Yang Mulia kelelahan,” ucapnya mengalihkan hal

yang sebenarnya. Pria itu tidak cukup berani mengungkapkan isi kepalanya

barusan.

“Mungkin, kamu bisa menolongku untuk mandi?” kekeh

Kaisar yang langsung dilaksanakan oleh sang suami.

Pangeran Jerome membopong Kaisar lalu memandikannya

dengan sangat hati-hati dan lembut.

***

Sementara itu, Pangeran Lucas marah-marah karena

tidak diizinkan untuk keluar dari kamarnya. Sebuah perintah dari Kaisar telah

diturunkan jika khusus malam itu para selir lain tidak ada yang boleh keluar

kamar. Tampak dua penjaga berjaga di depan pintu kamar para selir.

Hal tersebut malah membuat Pangeran Lucas menjadi

penasaran. Mengapa sampai dirinya tidak boleh keluar kamar? Apa takut jika dia

akan mengganggu Kaisar? Semua pertanyaan itu terbawa hingga pagi hari.

Jawaban pertanyaan Pangeran Lucas terjawab sudah,

melihat perubahan ekspresi Pangeran Jerome yang berbunga-bunga. Pangeran Lucas

hanya bisa menyalurkan cemburu pada makanan yang ada di atas piringnya.

“Kau hanya beruntung Pangeran Jerome. Lihat saja,

akan tiba saatnya aku yang berbunga-bunga!” gumam pangeran Lucas lalu melahap

makanannya.

Semua selir melihat

perubahan sikap Pangeran Jeorme. Yang sebelumnya hanya bisa memuji dan

mengombali Kaisar. Kini dia lebih sering melakukan kontak fisik. Jika dilihat

seperti itu, bisa dibayangkan jika semalam Pangeran Jerome berhasil melakukan

tugasnya. Pangeran Jerome pun tidak segan untuk menawarkan diri melayani Kaisar

seperti mengambilkan makanan dan sekedar memotongkan daging agar bisa langsung

dimakan oleh Yang Mulia Kaisar. Pemandangan itu sontak membuat selir yang lain

menjadi sakit mata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!