Kaisar Pingsan

“Clara Asteria.” Gadis bermanik hijau itu mengulurkan tangannya. Pangeran Evandor menyambut uluran tangan itu sembari menyebutkan namanya.

“Nama Anda sepertinya tidak asing,” ucap Clara

sambil mencoba mengingat-ingat.

“Ada banyak nama Evandor, saya salah satunya.

Kenapa gadis secantik Nona berkeliaran di hutan? Bukan hanya manusia yang mengagumi kecantikanmu, serigala juga berebut mengejar Anda.” Pangeran Evandor mulai tebar pesona. Kebiasaannya memuji lawan jenis memang tidak pernah bisa hilang.

“Hanya ingin berjalan-jalan saja, rasanya suntuk

kalau harus terkurung di rumah terus. Jadi menurut Anda, serigala yang mengejar tadi juga penggemar saya? Tuan Evandor, hari ini Anda sudah menyingkirkan satu penggemar saya. Haruskah saya berterima kasih?” ucapnya sambil tersenyum manis.

Mereka berdua tertawa. Meskipun baru bertemu,

Pangeran Evandor merasa Clara sangat ramah dan menyenangkan. Kini tanpa mereka sadari, bahkan mereka sedang berjalan-jalan menyusuri tepi hutan berdua sambil ngobrol diselingi candaan ringan yang membuat keduanya terbahak-bahak.

“Jadi Anda ingin ke istana Aegis untuk menemui ayah Anda?”

“Ayah saya salah satu menteri yang sekarang

menjabat di Aegis. Sebenarnya ayah meminta kami untuk ikut tinggal bersamanya, tapi Ibu sudah terlanjur nyaman tinggal di tanah kelahiran kami, jadi ayah mengalah dan pulang setiap enam bulan sekali.”

“Lalu putri kesayangannya rindu pada ayahnya, dan memilih menyusul datang ke istana Aegis, meskipun tahu hal itu sangat berbahaya. Saya tebak, Anda juga tidak mendapatkan izin dari ibunda untuk datang ke Aegis sendirian 'bukan?”

“Sepertinya saya pernah mendengar nama Evandor, tapi dia bukan peramal. Jadi saya akan menjuluki Anda Evandor Sang Peramal, karena Anda bisa menebak dengan tepat apa yang saya alami. Ibu terlalu mengkhawatirkan putrinya, padahal saya sudah cukup besar untuk melakukan perjalanan seorang diri.”

“Dan serigala juga tahu tubuh Anda terlalu lezat

untuk jadi santapannya.” Wajah Clara memerah. Dia sangat malu karena membual pada orang yang salah. Kalau saja Pangeran Evandor tidak menolongnya, mungkin sekarang tubuhnya telah jadi santapan serigala itu.

“Anda bisa pergi ke istana bersama saya, Nona

Clara. Tujuan kita sama, jadi anggap saja saya pengawal yang ditugaskan ibu Anda untuk menjaga putri kesayangannya. Ayo, kita berangkat sekarang, hari sudah mulai gelap.”

Mereka berdua memacu kuda menuju istana Aegis. Clara yang baru belajar berkuda sebenarnya belum terlalu mahir memainkan tali

kekang. Berkali-kali kudanya berlari miring di tengah jalan hingga menghalangi kuda Pangeran Evandor. Pria itu menyadari Clara masih belajar naik kuda, hingga ia mengalah dan memperlambat laju kudanya.

Clara tersenyum senang, sesekali wajahnya menengok ke belakang melihat Pangeran Evandor yang jauh tertinggal di belakang. Gadis

berambut cokelat itu sangat riang, mendapatkan teman berkuda yang menyenangkan. Teman baru yang sangat tampan, membuat hatinya terasa ringan. Senyuman lebar menghiasi wajah manis gadis itu.

“Kita sudah sampai!” teriak Clara sambil menarik

tali kekang kudanya secara tiba-tiba, hingga kuda itu mengayunkan kedua kaki depannya. Lagi-lagi Clara nyaris terjungkal. “Itu rumah ayah, terima kasih Tuan Evandor sudah menemani perjalanan saya.”

“Nona, sepertinya Anda harus lebih sering belajar

berkuda.”

Clara tersenyum masam karena dia memang belum mahir mengendalikan kudanya. Saat belajar memang gampang, tapi ketika di perjalanan, Clara merasa kudanya terlalu sulit dikendalikan.

“Selamat datang, Nona Clara.” Seorang pengawal yang mengenali Clara memberi hormat, kemudian menuntun kuda Clara ke belakang.”

“Saya permisi Nona Clara, selamat menikmati

kebersamaan dengan Ayah Anda.” Pangeran Evandor hampir memutar arah, saat Clara memanggilnya.

“Tunggu, Tuan Evandor, apakah Anda sering berburu di hutan tadi?”

“Benar. Hampir setiap hari saya ada di hutan.”

“Baiklah, sampai jumpa Tuan Evandor.” Clara

berlari-lari kecil sambil mengangkat gaunnya memasuki rumah besar itu.

Ternyata hari berikutnya, Clara sudah menunggu kedatangan Pangeran Evandor di hutan. Tentu saja hal itu membuat Pangeran Evandor mengernyitkan dahi.

“Apa yang Anda lakukan di sini, Nona Clara? Hutan rimba bukan tempat bermain.”

“Saya menunggu Anda untuk ikut berburu.”

Pangeran Evandor menatap Clara. Wanita yang kemarin ia lihat sangat anggun dengan gaun panjang, kini memakai celana dan baju kemeja

pria lengkap dengan topi. Clara berdandan mirip laki-laki.

“Jangan khawatir, saya tidak akan merepotkan Anda, Tuan Evandor.”

“Kenapa kau mengikat kudamu di pohon itu?” Pangeran Evandor menunjuk kuda Clara yang terikat di bawah pohon besar sembari mengunyah rumput.

“Karena saya akan ikut bersama Anda.”

Hap!

Pangeran Evandor tidak bisa menolak keinginan Clara yang langsung melompat menaiki kudanya. Gadis manis itu menempel di belakang tubuhnya. Sesekali saat kudanya berlari sangat kencang, Clara bahkan memeluk pinggang Pangeran Evandor.

Clara bukan tidak tahu bahwa Pangeran Evandor

adalah salah satu selir Kaisar Allesa. Ayahnya yang melihat ia datang diantarkan salah satu selir Kaisar, sudah memperingatkan Clara agar tidak

terlalu dekat dengan Pangeran Evandor. Tapi, untuk seorang gadis yang baru merasakan debaran aneh pertama kali saat berdekatan dengan pria, nasihat dari ayahnya dia anggap angin lalu. Clara semakin sering bersama Pangeran Evandor, bahkan tak segan mengatakan perasaannya.

Selir-selir lainnya memperhatikan kedekatan

Pangeran Evandor dengan Clara. Mereka merasa tindakan Pangeran Evandor berdekatan dengan wanita lain ini sangat tidak pantas.

“Jangan sampai Anda jatuh ke lubang yang sama,

Pangeran Evandor. Jika memang sudah bosan menjadi selir Kaisar, sebaiknya Anda mengundurkan diri. Tindakan Anda ini bisa menjatuhkan wibawa Kaisar.” Pangeran Jerome menegurnya. Pria itu berusaha menyadarkan Pangeran Evandor akan kelalaiannya di masa lalu.

"Apa maksud Anda, Pangeran Jerome?”

"Seisi istana tau akan kedekatanmu dengan

gadis baru. Anak salah satu menteri Aegis."

Pangeran Evandor tersentak, dia tidak tahu jika

kebersamaanya dengan Clara telah menjadi gosip. Apakah hal itu telah sampai ke telinga Yang Mulia Kaisar? Rasa khawatir menghinggapi hatinya. Pria itu menggeleng menyangkal rumor tersebut.

"Nona Clara sekedar teman, dia tidak ada apa-apanya di bandingkan Kaisar Alessa.” Pangeran Evandor yang hatinya sudah terpaut pada Kaisar, menolak mentah-mentah saran dari Pangeran Jerome.

"Baguslah kalau kau menyadari hal itu. Jangan

macam-macam jika tidak mau menyesal," ujar Pangeran Jerome kemudian berjalan pergi.

Awalnya dia memang berniat melarikan kesepiannya, tapi melihat sikap agresif Clara, Pangeran Evandor justru mengurungkan niat.

Kaisar layak menerima kesetiaan darinya.

***

“Tuan-tuan, Kaisar mengundang Anda untuk segera datang ke taman belakang. Kaisar akan mengadakan acara minum teh bersama.”

Seorang pelayan datang menyampaikan undangan. Semua selir berpandangan. Biasanya Kaisar memberitahu saat ada acara khusus. Mereka segera datang ke taman belakang dan melihat meja-meja panjang sudah tertata rapi. Di atas meja berjejer banyak gelas dan teko teh emas yang berisi seduhan teh bercampur daun mint.

Darius sudah duduk di hadapan Kaisar. Mereka sedang asyik mengobrol saat para selir itu datang bersamaan.

“Kemarilah kalian, kita minum teh bersama, sebelum aku pergi lagi mengunjungi daerah selatan.”

Para selir segera duduk melingkar bersama Kaisar

dan Darius. Akhir-akhir ini mereka jarang berkumpul karena kesibukan tugas kekaisaran sangat menyita waktu istri mereka.

“Panjang umur Yang Mulia Kaisar, semoga selalu

sehat demi rakyat Aegis yang kita cintai.”

Pangeran Jerome mulai menuang teh ke dalam gelas emas. Semua selir mengikuti dengan mengucapkan doa-doa dan pengharapan bagi

sang Kaisar.

Kaisar mengangkat gelasnya yang sudah penuh dengan seduhan teh lalu mengangguk dan segera menghabiskan minumannya.

“Yang Mulia, hamba ingin ikut pergi ke wilayah

Aegis yang anda kunjungi,” pinta Pangeran Lucas. Sangat membosankan menunggu Kaisar pulang dengan berdiam diri di istana.

“Hamba juga ingin menemani Yang Mulia. Mungkin tenaga hamba bisa bermanfaat di luar sana,” timpal Pangeran Jerome.

Kaisar hampir saja menyahut perkataan para

selirnya, tapi dia merasakan kepalanya berputar-putar. Kaisar memijit pelipisnya, wajahnya tiba-tiba pucat, lalu perempuan cantik itu jatuh tak sadarkan diri.

Tbc.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!