Malam untuk Pangeran Evandor

Pangeran Evandor mendekati Clara yang masih sibuk

merapikan penampilannya.

“Lain kali jangan bersembunyi seperti itu, aku

hampir mengira kamu adalah beruang madu.” Peringat Pangeran Evandor seraya menurunkan

panahnya. Apa yang dilakukan Clara sangat berbahaya.

“Beruang? Apakah di sini banyak beruang?” Clara

merinding saat disebutkan salah satu binatang terbuas di muka bumi.

Penampilan mereka memang menggemaskan dengan

bulu-bulu yang tebal, bisa dibayangkan seberapa hangat mereka jika

dipeluk.Tapi, itu hanya berlaku ketika mereka bersama kelompoknya. Tidak pada

manusia. Saat menyadari keberadaan makhluk asing mendekat, mereka akan langsung

menyerang dan mencabik-cabiknya. Beruang sendiri mungkin merasa waspada karena

tingkat pemburuan kepada rasnya semakin gencar.

“Ini hutan, tentu kamu tidak mengharapkan seorang

pedagang yang ada di sini ‘kan?” ledek Pangeran Evandor dengan sebelah bibirnya

yang

terangkat. Seringai yang menawan menurut Clara.

“Hem, tapi aku tidak takut selama ada Tuan Evandor

bersamaku,” ucapnya dengan seulas senyum membalas seringai tampan Pangeran

Evandor.

Pangeran Evandor menanggapi ucapan Clara dengan

datar. Semakin ke sini Clara semakin berani. Pria itu pun mulai berpikir untuk

membuat Clara menyerah padanya. Karena gadis itu sudah berulang kali

mengungkapkan perasaan.

“Nona Clara, kamu tahu aku siapa?”

“Maksudnya?” Clara menatap Pangeran Evandor dan

menepuk tangan. “Ah, tentu saja aku tahu. Kamu adalah pria tertampan yang

pernah aku temui.

“Bukan, bukan itu. Masalah ketampanan tidak perlu

diragukan lagi,” ucapnya narsis. Tapi, memang itu sebuah kenyataan. “Aku adalah

seorang pangeran dan juga seorang-“

“Tidak perlu diteruskan, apa kau bangga dengan hal

itu?” Clara menyela dengan pertanyaan yang salah jika ditanyakan padanya.

“Tentu saja aku bangga!” jawabnya lantang. Clara

tentu saja sedikit kesal.

“Apa kau juga bahagia? Menikah dengan wanita yang

digilir di ranjang?”

Pangeran Evandor tersentak. Keberanian Clara sudah

melampui batas. “Jaga bicaramu, Nona! Kamu tahu siapa yang tengah kamu

bicarakan?”

“Aku tidak takut. Aku begini karena aku tidak

terima! Pria yang aku sukai malah berakhir di tangan wanita serakah!”

“Jadi … aku wanita serakah?”

Suara seseorang menghentikan percakapan antara

Pangeran Evandor dengan Clara. Suara yang sangat pria itu kenal. Pangeran

Evandor menoleh sambil menahan napas. Sosok itu tidak lain dan tidak bukan

adalah Kaisar Alessa. Wanita itu berdiri menjulang dengan kharismanya.

Kekuasaan jelas berada di tangannya hingga Pangeran Evandor tidak sanggup

sekedar menopang tubuhnya. Pria itu bersimpuh.

“Panjang umur Kaisar Alessa.”

Pangeran Evandor tidak pernah menyangka jika Kaisar

akan ada di hutan tempatnya berburu. Ternyata setelah makan siang, Kaisar

Alessa mencari keberadaannya yang beberapa kali absen makan siang bersama.

Kaisar mulai merasa telah tidak adil pada Pangeran yang satu ini. Dan ternyata

benar, Pangeran Evandor sedang bersama orang lain.

Kaisar tahu, Pangeran Evandor pasti merasa bosan

dengan dirinya yang selalu tidak memiliki waktu. Awalnya Kaisar ingin pergi

meninggalkan mereka berdua, tapi langkahnya tertahan oleh perkataan Clara yang

menilainya sangat rendah. Meski begitu hatinya sedikit menghangat oleh

pembelaan Pangeran Evandor.

Sementara Clara bergeming, gadis itu mengangkat

wajahnya angkuh. Sungguh mencari masalah. Tidak lama sebuah pedang terjulur

tepat di depan muka Clara. Pedang Darius yang tajam menantang gadis itu, sampai

di mana kesombongannya akan bertahan.

“Bersujud!” perintah Darius yang selalu ada di sisi

Kaisar.

Clara tampak gemetar untuk kali ini, ia diam-diam

melirik ke Pangeran Evandor yang ternyata menunduk patuh. Clara akhirnya

menekuk kakinya yang terasa kaku. Dia sebenarnya sangat enggan untuk melakukan

hal tersebut.

Kaisar Alessa menurunkan pedang Darius. “Darius,

bisa tinggalkan aku sendiri?”

“Tapi-“ Kaisar Alessa memandangnya serius membuat

Darius tidak berdaya. Pria itu pun melangkah pergi. “Hamba akan menunggu tidak

jauh dari sini,” ucapnya sebelum pergi.

Kaisar Alessa memindai Pangeran Evandor dan Clara

yang bersujud. Wanita itu menghela napas. Pangeran Evandor sendiri mendengar

tarikan napas lelah sang Kaisar, perasaannya pun menjadi tidak enak.

“Pangeran, apa kamu menyukainya?”

Jangan pernah pertanyakan masalah kesukaan, tentu

saja Pangeran Evandor hanya menyukai istrinya yang kecantikannya tiada tara.

Apa lagi

yang dia butuhkan? Meski memang ranjangnya masih dingin sampai sekarang.

“Yang Mulia, tentu Anda tahu siapa yang sangat

hamba sukai,” tegasnya. Pangeran Evandor mendongak memperlihatkan keyakinan di

wajahnya.

“Aku hanya berpikir, mungkin akan lebih baik kamu

mendapatkan wanita seperti yang Nona ini bilang. Bukan wanita serakah.” sebuah

sarkas yang langsung menusuk ke hati Pangeran Evandor. Pria itu segera

menggapai tangan sang istri.

“Jangan bilang seperti itu, aku berjanji tidak akan

dekat dengan wanita lain. Kumohon, jangan minta aku pergi, Yang Mulia…. Ku

mohon.” Pangeran Evandor mengiba. Kini dia merasakan akan peringatan Pangeran

Jerome sebelumnya, penyesalan tidak terkira dia rasakan.

Dia tidak mau sampai kehilangan Kaisar untuk ke dua

kalinya. Susah payah dia mendapatkan kepercayaan, tentu dia tidak cukup bodoh

untuk menghilangkannya begitu saja.

Melihat sikap Pangeran Evandor yang seperti kerbau

dicocok hidungnya membuat Clara geram. Baru kali ini melihat pria sampai

mengiba, apalagi pria seperti Pangeran Evandor. “Tuan! Tidak seharusnya Anda

mengemis seperti ini,” ucap Clara agak sumbang.

Dia tidak rela, sungguh tidak rela. Clara hendak

menyentuh bahu Pria itu. Namun, langsung ditepis olehnya.

“HENTIKAN! Aku bilang hentikan Nona Clara. Jangan

pernah menemui aku lagi. Aku tidak sanggup jika harus kehilangan Kaisar.

Maafkan aku jika telah tidak sopan padamu, tolong … pergilah.”

Clara menutup mulutnya dengan derai air mata. Dia

melihat Pangeran Evandor yang masih bersimpuh juga melihat pada Kaisar. Wanita

itu tidak memberikan ekspresi apapun.

Penolakan keras Pangeran Evandor kali ini

sepertinya berhasil, karena detik kemudian Clara melangkah mundur lalu pergi

dengan berlari. Hatinya hancur berkeping-keping.

“Sudah berapa wanita yang kau buat patah hati?”

“Maafkan hamba, Yang Mulia.”

“Aku sudah memberikanmu jalan, mengapa tidak kau

gunakan?”

“Ini sudah jalan terbaik yang hamba pilih, Yang

Mulia. Hamba tidak peduli jika masih harus menunggu, seberapa lama pun. Hamba

hanya akan menjadi milik Yang Mulia.”

Kaisar Alessa memejamkan mata menelaah perkataan

Pangeran Evandor. Sudah saatnya dia melakukan kewajiban sebagai istri

seutuhnya.

“Pangeran,” panggil sang Kaisar.

Pria itu langsung mendongak, menatap wajah cantik

yang selalu mengisi mimpi-mimpi indahnya. “Maafkan aku membuatmu merasa

kesepian. Malam ini aku akan datang ke kamarmu. Aku harap kita bisa

menghabiskan malam yang berkesan.”

“A-apa?”

Kaisar Alessa tersenyum, dia malah memutar tubuhnya

dan melangkah pergi. Pangeran Evandor segera bangkit dan mengikuti Kaisar

Alessa. Dia tidak begitu jelas mendengar perkataan Kaisar barusan. “Yang Mulia,

maafkan

hamba. Bisa ulangi perkataan yang tadi?”

“Tidak ada siaran

ulang,” jawab Kaisar cepat. Wanita itu terus berjalan mendekati Darius yang

sengaja menunggunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!