Sebab Akibat

“YANG MULIA!” seru para selir secara bersamaan

ketika mendapati Yang Mulia Kaisar tidak sadarkan diri.

Karena posisi Darius lebih dekat dengan Kaisar,

maka pria itulah yang segera membopong tubuh sang Istri. Sedangkan yang lain mengikuti pria itu dari belakang. Pangeran Evandor berinisiatif memanggil tabib untuk memeriksa Kaisar.

Tidak hanya para selir, dayang-dayang dan pelayan Istana ikut histeris melihat Kaisar yang tampak terpejam di dalam gendongan Darius.

“Demi Dewa, apa yang terjadi pada Yang Mulia?”

pekik para pelayan. Dayang-dayang segera mengerumuni Kaisar hingga Darius merasa sesak, pria itu pun berteriak.

“JAGA JARAK KALIAN, BERIKAN KAISAR UDARA UNTUK BERNAPAS!”

Teriakan Darius berhasil membuat setiap orang

bergidik ngeri lalu melangkah mundur. Mereka hanya bisa melihat dari kejauhan dan mendekat ketika para selir memanggil.

Yang paling terlihat uring-uringan adalah Pangeran Lucas. Pria itu tidak mau menjauh sedikit pun dari Kaisar. Dia duduk di samping

Kaisar yang sedang terbaring sambil terus membelai rambut wanita itu. Darius yang kesal berusaha mengendalikan diri. Dia tidak bisa memonopoli Kaisar karena kini derajat mereka berlima sama rata.

“Yang Mulia, sadarlah … jangan tinggalkan hamba,” ucap Pangeran Lucas dengan nada sedih. Sudut matanya pun basah.

Pangeran Jerome yang sedang memijit kaki Kaisar langsung memukul kepala Pangeran Lucas. Pria itu kesal karena sikap Pangeran Lucas terlalu yang berlebihan.

“Yang Mulia belum mati, berhenti berbicara omong kosong!” hardiknya menghentikan rengekan pria bermata biru tersebut. Pangeran

Lucas mengatupkan bibirnya menahan nyeri akibat pukulan.

Helios terdiam dengan raut yang sulit diartikan.

Baginya hal yang telah terjadi cukup mencurigakan. Darius mendekati pria itu.

“Ada yang kau temukan?” tanya Darius. Dia hanya

cocok dengan Helios karena pria itu yang paling pintar di atara para selir.

Helios mengerutkan keningnya sambil menggeleng pelan. “Aku tidak yakin. Tapi ... mungkinkah ada yang berniat jahat pada Yang

Mulia?”

“Maksudmu?”

“Ada sesuatu di dalam tehnya.”

Darius baru mengerti apa yang Helios maksudkan. Pria itu keluar dari kamar dan memberikan perintah pada penjaga.

“Panggil semua yang bertugas menyiapkan teh tadi siang. SEKARANG!”

***

Sementara itu Pangeran Evandor mencari tabib

kekaisaran yang kebetulan sedang keluar bertugas memberikan obat-obatan untk para prajurit.

“Tuan Abercio!” panggil Pangeran Evandor ketika dia menemukan sang Tabib.

“Pangeran Evandor? Ada yang bisa saya bantu?” Tuan Abercio merapikan ramuan yang dia pakai.

“Tolong ikut saya, Yang Mulia tidak sadarkan diri.”

Tuan Abercio membeliakkan mata mendengar kabar Kaisarnya. Pria itu mengangguk dan memilih meninggalkan ramuannya begitu saja.

Untuk saat ini yang paling terpenting adalah keadaan sang Kaisar.

Diperjalanan mereka berdua bertemu dengan

Permaisuri Rhea dan Tuan Cicero. Semua orang sangat khawatir dengan keadaan penguasa Aegis. Masalahnya, selama ini Kaisar dikenal sebagai pribadi yang sehat bugar, sehingga agak aneh jika Kaisar sampai bisa pingsan. Pasti ada yang tidak beres.

Kabar Kaisar yang pingsan ternyata menyebar sangat cepat. Bahkan, para Menteri dan penasehat sedang membicarakannya. Mereka semua berniat mendatangi kuil untuk bedo’a pada dewa, meminta kesehatan dan umur yang panjang bagi Kaisar.

“Ayah, kita mau ke mana?” tanya Clara yang mengikuti Ayahnya. Gadis itu diminta untuk menemani Ayahnya ke kuil saat baru bangun dari tidur siang.

“Kaisar tidak sadarkan diri, kita semua harus ke

kuil untuk berdo’a pada dewa.”

“Kaisar tidak sadarkan diri?”

“Iya, sudah jangan banyak tanya. Yang lain sudah

jalan lebih dulu. Jangan sampai kita terlambat.”

Clara menghentikan langkah. Gadis itu menunduk

kemudian memegang perutnya.

“Clara?” Ayahnya menoleh ke belakang karena tidak mendapati Clara di sampinnya.

“Perutku sakit, Ayah. Aku tidak ikut, ya!”

Ayah Clara menghela napas. Pria paruh baya itu

mengusap bahu Clara. “Ya sudah, istirahat di rumah. Ayah akan pulang terlambat karena masih banyak pekerjaan.”

“Baik, Ayah. Hati-hati di jalan.” Clara melepas kepergian Ayahnya.

Gadis itu mendongak setelah sang Ayah pergi, dia

menyunggingkan senyum.

‘Maaf Ayah, aku tidak mau mendo’akan Yang Mulia, karena aku berharap dia tidak pernah bangun lagi.’

***

Penjaga segera menuju dapur kekaisaran, membawa para pelayan yang bertugas menyiapkan teh untuk selir-selir dan Kaisar.

Sementara Darius menunggu di depan pintu kamar Kaisar. Pria itu memasang wajah penuh amarah. Para pelayan yang baru sampai langsung berlutut sambil menangis dan memohon ampun. Sepertinya mereka sudah tahu apa alasan mereka dikumpulkan.

“Ampuni hamba Tuan Darius, hamba sama sekali tidak tahu menahu. Hamba hanya menyiapkan saja.”

Darius tidak mengeluarkan kata hingga Pangeran

Evandor, Permaisuri Rhea, Tuan Cicero beserta sang tabib tiba. Ibunda Kaisar menghampiri Darius dengan wajah khawatir.

“Apa yang terjadi pada puteriku, Darius?”

“Sebaiknya biarkan tabib memeriksa terlebih

dahulu,” saran Darius menenangkan sang Permaisuri. Permaisuri Rhea pun menyetujuinya. Mereka semua memasuki kamar Kaisar, kecuali Darius. Pria itu terus mengawasi para pelayan yang bertekuk lutut dengan gemetar.

Helios mendampingin sang Tabib ketika pemeriksaan. Pria itu ingin mengetahui penyebab Yang Mulia pingsan, apakah seperti yang dia

perkirakan?

Helios mengamati setiap kerutan wajah sang Tabib. Dari raut seseorang, Helios bisa membaca situasi yang terjadi. Cukup lama Tuan Abercio memegang pergelangan tangan Kaisar Alessa. Hingga satu gerakan membuat Helios mengeryit. Entah mengapa wajah tabib menjadi berbeda, pria itu tersenyum manis pada para selir dan Permaisuri Rhea.

“Yang Mulia Permaisuri, saya sarankan agar para

pelayan di kembalikan ke tempatnya.”

Permaisuri Rhea membulatkan mata, tampaknya wanita patuh baya itu sudah membaca isyarat sang Tabib. Ia segera keluar kamar dan meminta Darius melepaskan para pelayan tersebut. Darius sontak merasa kurang setuju. Bagaimana pun juga penyebab Kaisar pingsang harus diberikan pelajaran. Bahkan membayarnya dengan nyawa.

“Ampuni Hamba Yang Mulia Permaisuri, tampaknya permintaan Anda tidak bisa hamba kabulkan. Hamba berniat memasukkan mereka ke dalam penjara bawah tanah!”

Para pelayan langsung berlutut semakin rendah,

mereka sampai membenturkan kepalanya ke lantai. Mereka merintih meminta belas kasih sang Panglima perang.

“Ampuni kami Tuan Darius, jangan masukkan kami ke dalam penjara ….”

Permaisuri Rhea terkejut dengan penolakan Darius. Pria itu akan sangat keras jika menyangkut keselamatan Kaisar. Wanita paruh

baya itu kini menyentuh bahu Darius, sang Panglima tentu saja tersentak. Dia merasa sungkan dan memundurkan tubuhnya.

“Ampuni atas sikap kurang ajar hamba, Yang Mulia.”

“Tidak apa-apa Darius, aku memaklumi apa yang

sedang kamu pertahankan. Tapi, aku rasa mereka sama sekali tidak ada sangkut paut dalam masalah Kaisar yang pingsan.”

Darius memberanikan diri menatap ibu mertuanya. Dia masih tidak mengerti.

Permaisuri Rhea mendekati Darius lalu membisikkan sesuatu ke telinga pria itu. Beberapa detik kemudian, Darius merubah rautnya yang barusan tegas menjadi merah merona.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!