#11•Pocong Berliur

《ketika kamu takut dengan ketakutanmu, maka ketakutanmu secara perlahan akan memakan dirimu, sampai kamu mati.》

Ketika aku sedang dalam perjalanan pulang, dari belakang Dimas memanggilku. "Dito!" panggil Dimas, berlari menghampiriku.

"Ya ada apa, Dim?" 

"Ikut aku yuk, makan bakso yang ada di ujung jalan komplek, Katanya anak-anak bakso di sana enak dan murah, aku teraktir deh... " ajak Dimas, mengajakku kewarung bakso yang baru buka di ujung jalan komplek.

"Ayuk lah, gak bisa nolak aku kalo udah ada kata traktir." jawabku seraya tertawa kepada Dimas.

Aku akhirnya memutuskan untuk tidak jadi pulang dan ikut bersama Dimas menuju warung bakso yang berada di ujung komplek. Sesampainya aku dan Dimas di sana, warung baksonya sangat ramai sampai aku dan Dimas tidak kebagian tempat duduk, kulihat Riko teman sekelasku dan Dimas yang sedang menunggu pesanan bakso juga. 

"Kamu juga kesini Ko? kenapa tadi gak bareng aku dan Dito aja" ujar Dimas menunjuk dirinya sendiri dan aku.

"Yah aku gak tau, kalau kalian mau kesini." jawab Riko sembari mencari meja makan yang kosong. "Eh duduk dulu, mumpung ada yang kosong tuh." ucapnya seraya berjalan kedalam warung bakso, menuju meja makan yang kosong.

Kami bertiga akhirnya kebagian tempat untuk makan. "Dit, pesananmu seperti apa?" tanya Dimas memastikan pesananku.

"Seperti biasa aja, sama kayak bakso kantin." 

Sembari menunggu pesanan, kita bertiga asik dengan ponsel masing-masing, namun kelebihanku ini tetap saja berfungsi, aku mulai mencium bau busuk dari sekeliling warung, aku memastikannya dengan bertanya pada Dimas. "Dim, kamu mencium bau busuk gak?" 

"Apaan sih kamu, bau busuk. Yang ada tuh bau aroma bakso." 

Aku tidak bisa menyalahkan indra penciumanku, ini benar-benar bau busuk, aku mencoba mencari asal sumber bau busuk, kulihat di bawah kolong meja, langit-langit warung, namun tidak juga ketemu. Sampai tiba pesananku, Dimas, dan Riko datang. 

Dan deg, aku terkejut hingga hampir tidak percaya, bau busuk itu berasal dari pocong yang berliur kearah mangkok yang berisi bakso pesananku, Dimas, dan Riko.

Melihatnya membuat perutku kembali terasa mual dan bercampur takut Dimas menoleh kearahku karna aku tidak menyentuh sedikit pesanan bakso yang kupesan. "Dit, kamu kenapa? wajahmu pucat sekali, kamu sakit? cepat habiskan baksomu nanti kuantar pulang, keburu dingin nanti cepat makan." ucal Dimas sambil memakan bakso pesanannya dengan lahap.

"Dimas, Riko, berhenti makan!" rasanya aku benar-benar tidak kuat jika harus memakan makanan yang bercampur air liur pocong menyeramkan ini. "Cepat bayar, kita keluar dari warung bakso ini." 

"Lah Dit, baksoku belum habis ini." gumam Dimas bingung.

Aku, Dimas, dan Riko akhirnya keluar dari dalam warung bakso, dengan raut wajah Dimas dan Riko yang terlihat kesal ke arahku. "Kenapa kalian, masing untung aku ajak keluar."

"Dua puluh ribu, terbuang sia-sia karnamu Dit." gumam Dimas kesal.

"Yaudah iya maaf, kalau gitu makan di rumahku sebagai tanda maafku kekalian berdua." ajakku membujuk Dimas dan Riko untuk tidak kesal lagi kepadaku.

Dimas dan Riko setuju dengan tawaranku kemereka. Sesampainya aku, Dimas, dan Riko di depan rumahku. "Dit, rumah sebelahmu serem banget. Gak ada yang nempatin?" tanya Riko kepadaku yang sedang membuka pintu gerbang.

"Enggak, belum ada yang nempatin, kamu mau? tempatin aja, heheh... " jawabku meledek Riko. Riko hanya melirikku sinis dan membuang muka.

***

"Bu, Dito pulang." seruku memanggil ibu yang berada di dalam rumah.

"Oh Dito sudah pulang, eh ada Dimas, ini siapa?" tanya ibu, menunjuk Riko karna ibu baru pertama kali melihat Riko.

"Eh iya tante, ini Riko temen sekelas saya dan Dito." jawab Dimas.

"Yasudah ayuk masuk, masuk." ujar ibu menyuruh aku, Dimas, dan Riko masuk ke dalam rumah.

Aroma masakan ibu sudah tercium dari ruang tamu. "Bu, Dito mau makan ya sama Dimas dan Riko." izinku kepada ibu.

"Yasudah iya sana, mumpung ibu lagi masak banyak."

Kami bertiga menyantap masakan ibu yang sudah terhidangkan di atas meja makan, ibu berjalan kearah meja makan dengan membawa air di teko kaca untuk kita berempat minum. "Dit." panggil ibu. akupun segera merespon panggilannya.

"Iya bu ada apa?"

"Tadi waktu ibu lagi bersih-bersih rumah, kok ibu dengar suara siulan ya dari arah dalam kamarmu, apa ibu salah dengar?, ibu kira tadinya itu kamu, eh ternyata kamu baru pulang." jelas ibu membuatku tertegun, berarti tidak hanya aku saja yang mendengarnya tapi ibu juga.

"Mungkin ibu salah dengar kali." ucapku untuk tidak membuat ibu merasa takut.

Terpopuler

Comments

LANANG MBELING

LANANG MBELING

kakekmu kali dit yang siulan

2022-02-16

0

🎯bunda yun[❄️]™♥️

🎯bunda yun[❄️]™♥️

bagus kak cerita nya nyata banget sampai merinding aku

2020-10-10

0

🎯Pak Guru📝📶

🎯Pak Guru📝📶

Assalamualaikum Teman²
yuk dukung karyaku, baru lulus kontrak looo,

ILMU YANG BERMANFAAT

LIKE dan KOMEN serta VOTE
sangat membatu loo...

Rate 5 bintang pula yaaaa..

terima kasih

2020-09-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!