#18•Sosok, Tidak Bisa Bicara

《Bisakah, aku kembali menjadi remaja normal, yang tidak bisa melihat mereka yang ada di mana-mana dan menyeramkan?》

Memang benar kata Dimas, terasa sedikit aneh. Apa jangan-jangan dia penghuni yang bunuh diri dengan cara gantung diri, tapi mana mungkin dia orangnya. Bisa sajakan kalau dia pengemis atau tuna wisma yang tidak memiliki tempat untuk tinggal dan memilih rumah ini untuk dia jadikan tempat untuk dia tempati, yang kebetulan aku dan Dimas melihatnya.

"Dit. Dit, kamu mau ngapain malah tambah maju kedepan." ucap Dimas tidak ingin menghampiri seseorang yang berada di depan kami berdua.

"Tenang saja, ini masih sore, mana ada setan yang berani keluar sore-sore." bohongku kepada Dimas, agar Dimas bisa sedikit lebih tenang.

"Emang setan bisa nentuin waktu kapan dia keluar, waktu kejadian di sekolah aja siang, ahh Dit aku menyerah kakiku benar-benar sangat lemas ini."

Aku berusaha kembali meyakinkan Dimas untuk maju kedepan, walaupun sedikit agak memakan waktu untuk membujuknya, akhirnya Dimas setuju dengan keinginanku untuk menghampiri sosok yang ada di ruangan yang di depan kami berdua, walaupun dengan keringet dingin di tangannya yang sudah membasahi kaos yang kukenakan. "Kalau itu bukan manusia, akan ku jitak palamu Dit!" ancam Dimas yang malah membuatku terkekeh dalam hati, dan bukannya merasa takut pada acamannya.

"Iya-iya."

Kebisuan kembali menyelimuti, tidak ada pembicaraan kembali antara aku dan Dimas, kami berdua hanya fokus kepada sosok yang berada di depan kita, yang belum diketahui manusia atau sosok lain selain manusia. Ketika kami sudah berada dekat di jarak yang lumayan cukup dekat, wajah pucat serta ikatan tali di leher seperti mengeluarkan darah, dan aku baru melihatnnya kalau lidahnya menjulur keluar. Ketika aku mendeskripsikan ciri-cirinya pasti kalian sudah mengerti dia sebenarnya apa. Yaps! dia sosok makhluk halus, seketika dia menghilang entah kemana, membuatku dan Dimas terkejut bukan main.

"Benarkan Dit, apa kataku sosok tadi benar-benar hantu, udah lah ayo kita keluar aja." grutu Dimas ingin segera keluar dari rumah kosong ini.

"Apa jangan-jangan dia, penghuni yang waktu itu bunuh diri." tuturku dengan nada memberitahu Dimas sekaligus bingung.

"Dito! kamu benar-benar ya, coba aku tau kalo rumah ini bekas rumah bunuh diri, gak bakalan aku mau masuk rumah ini, walaupun dipaksa sama kamu kayak tadi."

"Ya mana sempat aku memberitahu kamu tentang rumah ini."

"Seterahlah bicaranya nanti saja, ketika kita sudah berada di rumah kamu, sekarang kita mari keluar dari rumah menyeramkan ini." kata Dimas, melangkahkan kaki menuju pintu yang sebelumnya digunakan kita untuk masuk kedalam rumah ini, aku mengikutinya dari belakang, ketika dia mau membuka pintunya. "Dit... Dit... "

"Kenapa sih Mas, gak usah panik gituh kali mukanya."

"Inih, gimana dong."

"Gimana apanya sih, orang tinggal dibuka doang."

"Kamu ngomongnya enak, orang gak bisa di buka inih!" kata Dimas, yang membuatku langsung mencoba membuka pintunya.

"Clek...clek...clek... " ternyata benar pintunya tidak bisa dibuka. aku mencari cara untuk bisa keluar dari dalam rumah ini, aku ingat jendela ataskan selalu terbuka bagaimana jika mencoba lewat sana, walaupun harus manjat, untungnya Dimas dan aku lumayan sedikit bisa memanjat.

"Dim, ikut denganku, aku tau caranya keluar dari sini." seruku seraya menarik tangan Dimas kembali.

"Mau kemana, kok malah kearah tangga, kamu mau masuk lebih dalam rumah ini, Dit aku masih mau hidup." jawab Dimas menolak ajakanku.

"Kamu mau segera keluar gak?! yaudah kali ini percaya denganku kita akan keluar dari sini secepatnya." ucapku berusaha kembali membujuk Dimas agar mau mengikuti perkataanku.

Setelah beberapa menit, membujuknya. Akhirnya Dimas menyerah dan ikut bersamaku naik ke lantai atas menuju jendela yang terbuka. Namun siapa yang menduganya, ternyata kamar di dalam rumah ini benar-benar sangat banyak. bayangan sosok yang baru saja aku dan Dimas lihat di bawah, terlihat lagi di paling ujung kamar. "Ditooo... dia ada di depan." gumam Dimas takut.

"Iya aku tau dia berada di depan, karna dia gantung diri mungkin sosok itu tidak akan bisa mengeluarkan suara, kalau kamu mau tutup matamu anggap saja kamu tidak melihat dia." ujarku kepada Dimas. Dimas segera menutup matanya, dan berjalan dengan arahanku. Sekarang giliran aku yang bertarung dengan. sosok arwah tidak tenang ini.

"Dug... dug... dug...!" ternyata asal suaranya memang benar berasal dari dia, karna dia tidak bisa mengeluarkan suara, agar seseorang bisa tau akan keberadaannya.

"Kamu melakukan itu, mengganggu manusia. Seharusnya kamu tidak melakukan hal tersebut!" tuturku kepada sosok yang berada di depanku.

"Egh..ueh..ugh.. " suara dari sosok tak kasat mata itu, dia sepertinya sedang berusaha ingin menyampaikan sesuatu padaku.

"Dit, ayolah cepat cari cara agar kita bisa segera keluar dari dalam rumah ini." gumam Dimas yang sudah keluar keringat dingin, hingga kaos bagian kanan dan kiriku terasa seperti basah karna keringatnya.

"Iya-iya, ikuti langkahku."

Aku mencoba untuk memasuki kamar yang ada di lantai ini satu persatu, mencari dimana letak jendela depan yang selalu terbuka.

"Dug... dug.. dug...!" sosok itu kembali mengeluarkan ketukan dari sebuah tembok di belakangnya dengan mengepal tangannya dan memukulnya ke arah tembok kembali. Beberapa detik kemudian, ketika aku sedang memeriksa kamar di lantai ini satu persatu, suara yang berasal dari sosok itu menghilang, namun sosoknya malah berada di belakangku dan masuk ke dalam tubuh Dimas.

Sekarang keadaan Dimas, sedang di rasuki oleh sosok gantung diri ini, kulihat lengan tangan Dimas yang berusaha menahan rasa sakit di lehernya. "Agh... to-tolo...ng." ucap terbata-bata, aku kurang paham sebenarnya yang minta tolong Dimas atau sosok yang merasuki tubuh Dimas.

"Tolong apa? kamu siapa?" tanyaku bingung.

"A...ku di bu..nuh." kata sosok ini mengaku dirinya, kalau dirinya di bunuh.

"Siapa yang membunuhmu? aku tidak paham jika kamu terus terbata-bata seperti itu."

"to.. long aku...me...mang..di....bunuh." ucapnya terbata-bata lagi.

"Terus aku bisa tolong kamu apa?" setelah aku menanyainya, sebelum mendapatkan jawaban dari sosok tersebut, sosok tersebut malah keluar dari tubuh Dimas dan menghilang entah kemana.

Dimas tersadar. "Kok aku tadi aku merasa kayak lagi bermimpi ya, kok kita ada di dalam ruangan, bukannya tadi kita di sebuah lorong kamar ya." pertanyaan yang hanya bisa kujawab dengan diam.

"Kamu mau keluar kan?, yaudah cepat kita keluar dari sini."

Aku kembali mencari kamar yang memiliki jendela, yang mengarah langsung keluar. "Dit, Dit... " panggil Dimas membuatku menoleh ke belakang.

"Ada apa?" jawabku.

"Kamu dengar suara nangis gak?" tanya Dimas, sudah pasti aku mendengarnya juga, sangat jelas mungkin itu sosok yang tadi merasuki Dimas.

"Enggak, gak dengar sugesti kamu aja kali. Udah ah kita fokus keluar aja dulu." seruku agar Dimas tidak kembali takut dan panik. Setelah beberapa dari kamar yang sudah kuperiksa, ternyata jendelanya ada di dalam kamar bagian tengah, aku dan Dimas keluar dari kamar dengan memanjat.

Ternyata di luar sudah mulai gelap, aku dan Dimas bergegas untuk kembali masuk kedalam rumahku, selang beberapa menit, bunyi bel terdengar kurasa ibu sudah pulang dari kepulangannya bekerja, kubergegas membukakan pintu untuknya. Dan benar saja, ternyata dugaankku benar kalau itu memang ibu . 

Terpopuler

Comments

🎯Pak Guru📝📶

🎯Pak Guru📝📶

LIKE

2020-09-01

0

Triana R

Triana R

halo Thor, aku mampir lagi... semangat terus ya

2020-07-27

1

Yana Picisan

Yana Picisan

lanjut kak🌸🌸
salam CEO Pemaksa🌸🌸

2020-07-26

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!