#3•Kakak Cantik

Aku tertegun dan tak berbicara sepatah katapun, entah karna aku terkejut dengan apa yang baru saja mbak Tin katakan padaku, atau karna siulan yang baru saja kudengar.

"Hei Dit!, kenapa diam saja kamu? Ada masalah?" ucap mbak Tin mengagetkanku yang sedang terdiam.

"Ah enggak mbak, yaudah Dito berangkat Sekolah ya, sudah telat nih." pamitku kepada mbak Tin yang terlihat khawatir kepadaku.

"Oh yasudah, hati-hati ya. Titip salam keibumu ya Dit." 

Akupun salim kepada mbak Tin, dan langsung bergegas kesekolah.

1 Menit kemudian, sesampainya aku didepan gerbang sekolah, aku melihat pak Samat sipenjaga sekolah yang mulai menutup pagar sekolah.

"PAK TUNGGU DULU!" teriakku kepada pak Samat.

"Ya cepat Dit larinya." jawab pak Samat membalas teriakkanku, aku memang murid baru disekolah tapi aku sudah dekat dengan pak Samat, aku bisa dekat dengan pak samat karna dia yang menggendongku ketika aku tiba-tiba pinsang disekolah, aku ingat waktu itu ada kejadian aku pingsan diSekolah, kondisinya sedang ada pelajaran b.Indonesia terus secara tiba-tiba saja aku melihat sebuah bayangan hitam besar, tepat didepan mataku. Spontan aku langsung pingsan karna pada saat itu aku memang sangat-sangat terkejut, begitulah ceritanya bagaimana aku bisa dekat dengan pak Samat.

"Terimakasih pak." seruku berterimakasih kepada pak Samat.

"Ya sama-sama cepat sana masuk." 

Akhirnya aku sampai diSekolah tanpa hukuman. Aku berjalan menyusuri koridor Sekolah, letak kelasku paling ujung koridor Sekolah jadi agak jauh dari pintu masuk Sekolah, tapi masih bisa bersyukursih karna kelasku tidak di lantai atas, jadi aku tidak harus menaiki tangga setiap pagi.

"Dit." panggil Dimas, sahabat sekaligus sodaraku. Karna kebetulan kita keterima diSekolah yang sama terus kelas yang sama juga, jadi sangat menguntungkan bagiku, untuk tidak bersusah payah lagi mencari teman sebangku.

"Gimana matamu Dit?, sudah baikan? Aku dapet informasi nih, tapi kamu yakin gak sama informasiku?" tanya Dimas memastikanku untuk mempercayai informasinya.

"Iya wes, aku percaya. Cepet kasih tauku." jawabku penasaran dengan informasi yang ingin Dimas sampaikan.

"Aku dapet informasinih dari internet. Disini dijelaskan ciri-ciri mata Indigo, kamu tau istilah Indigo ga?" jujur aku tidak tau hal-hal yang berbau hal mistis apalagi hal yang berhubungan dengan dunia lain.

"Gak, gak tau Dim." jawabku.

"Nih ya aku kasih tau, mata Indigo adalah mata yang bisa melihat makhluk halus, bahkan ya disini juga dikatakan selain bisa melihat, mata indigo juga bisa berinteraksi, sekaligus merasakan keberadaan makhluk halus, seperti mencium, merasakan, mengetahui keberadaan makhluk halus lainnya. Ciri-cirinya hampir sama dengan yang kamu rasakan, iyakan." Dimas menjelaskan kepadaku dengan sangat antusias, tapi jujur aku masih tidak percaya kalau aku memiliki mata Indigo.

"Gak lah Mas, mana mungkin aku bisa melihat makhluk halus. Gak percaya lah aku dengan hal-hal yang begituan." tolakku nenolak informasi dari Dimas.

"Tuhkan, sudahku duga kamu tidak akan percaya. Mau bagaimana lagi, yang penting sudahku beritahu ya. Urusan kamu percaya atau enggak itu urusanmu." Aku yang mendengar jawaban Dimas, mulai berfikir kembali kalau yang baru saja Dimas katakan ciri-cirinya hampir sama dengan yangku rasakan akhir-akhir ini."

"Oh ya disini juga diterangin kalau mata Indigo ada karna turun temurun atau karna keturunan. Memangnya Ayah dan Ibumu memiliki mata Indigo?" tanya Dimas penasaran kepadaku, aku tidak tau menau hanya bisa menjawab.

" tidak, Ayah dan Ibuku tidak pernah bercerita, ataupun hanya sekedar memberitahuku tentang mata Indigo." tentu saja mereka tidak pernah memberitahuku karna mereka lebih sibuk dengan bisnis mereka masing-masing ketimbang harus saling bercerita.

Bel masukpun berbunyi menandakan semua siswa harus belajar.

2 Jam aku belajar dan hanya duduk, akhirnya bel Istirahat berbunyi yang membuat seisi kelas riuh.

"Dit, yuk keKantin. Keburu rametuh kantin." seru Dimas menyuruhku untuk cepat.

"Iyak sabar." 

Dimas dan aku akhirnya berjalan menuju kantin, sesampainya kita berdua, kulihat kantin sedikit lumayan agak rame, tapi tidak terlalu berdesak-desakan. Aku dan Dimas memutuskan untuk makan bakso, kamipun akhirnya mengantri untuk memesanannya. Karna aku orangnya gabisa menunggu, aku memutuskan untuk mencari tempat makan untuk kita berdua, dan pesananku biar Dimas yang akan memesankannya.

Aku mulai berjalan, dan mataku mulai mencari tempat atau meja yang kosong. Tapi mataku tiba-tiba terfokus kepada meja kosong yang paling pojok kanan belakang, bagaimana tidak. Ada seorang kakak kelas perempuan berwajah pucat memandangiku tajam, mungkin dia ingin berbicara kepadaku. Akhirnya aku melangkahkan kakiku untuk menemuinya.

Saat dua, tiga langkah aku berjalan, Dimas dari belakang tubuhku menepuk pundakku.

"Oi mau kemana?, ayo duduk baksonya udah dimeja tuh. Keburu dingin entar." ucap Dimas 

"Iya-iya." 

Akhirnya aku menyantap bakso yang baru saja dipesan oleh Dimas.

"Dit, mau kemana tadi?" tanya Dimas tiba-tiba kepadaku.

"Tadi, kapan?" jawabku tidak mengerti apa yang dimaksud Dimas.

"Itu loh... pas tadi kamu lagi nyari tempat duduk." 

"Oh itu, aku gak sengaja ngelihat kakak kelas yang menatapku tajam, kurasa dia ingin berbicara kepadaku." 

"Dimana kakak kelasnya?, cantik ga." 

"Masih ada kali, tuh disitu." jawabku sembari menunjuk meja yang kulihat kakak kelas barusan.

"Ha mana?, salah liat kali." ucap Dimas tidak percaya dengan omonganku.

"Ih. tadi bener-bener ada dia disitu." tegasku untuk mempercayai Dimas atas apa yang baru saja kukatakan.

"Yaudah kalo iya mana?, masa tiba-tiba ilang kita aja baru beberapa detik duduk disini. Apa jangan-jangan! Tuhkan bener apa yang baru aja kita bahas, dikelas. Dit aku yakin kamu punya kelebihan yang gak kebanyak orang bisa." 

"Apaan sih Mas, tadi aku bener-bener liat dia kok. Nih aku baru aja inget, dia tuh masih hidup, kamu tau pasti ketua Chilliders diSekolah kita, kakak kelas yang cantik, yang kemarin baru aja kamu bilang kayak bidadari. Yang pas pembukaan acara MOS nah dia tampil. Nah itu dia cewek yang baru aja aku liat, tapi bedanya dia lumayan agak pucet mukanya tadi, mungkin dia lagi sakit kali ya." jelasku kepada Dimas.

"Masa iya sih, yaudahlah pusing aku mikir, lebih baik lanjut makan aja."

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

wowww. very misterioussss

2022-06-02

1

Kardi Kardi

Kardi Kardi

waowww

2022-06-02

1

LANANG MBELING

LANANG MBELING

masuk

2022-02-16

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!