#8•Pengakuan

《Sebenarnya mereka sangat merepotkan dan juga menyeramkan.》

"Apasih kak, jangan nakut-nakutin. Dah Dito mau lanjut tidur aja." jawabku berusaha untuk tidak memperdulikan ucapan kak Sinta.

Keesokan harinya.

Seperti biasanya aku berangkat kesekolah, tidak ada kejadian-kejadian aneh disepanjang perjalananku menuju sekolah, hanya saja pandanganku yang sekarang sangatlah berbeda, dulu aku tidak bisa melihatnya, namun sekarang aku sangat jelas bisa melihat mereka yang di sebut setan, hantu, arwah, roh orang yang tidak tenang, dan banyak sebutan lainnya untuk mereka.

"Dit." panggil kak Sinta membuatku terkejut.

"Ada apa sih kak? bisa gak datengnya gak perlu ngagetin"

"Yaudah iya maaf, bisa gak jalannya cepet. Ada hal genting yang mesti kamu selesaikan." perintah kak Sinta padaku, membuatku sedikit agak kesal sih di perintah sama arwah, tapi mau bagaimana lagi.

Karna perintah kak Sinta, aku mempercepat langkahku menuju sekolah. Akhirnya aku sampai di depan gerbang sekolah ada beberapa mobil polisi dan ambulance yang terparkir di depan gerbang, bahkan tidak hanya itu camera man televisi berita juga ada di sana. "Ada apa ini?" gumamku yang ternyata di balas oleh kak Sinta.

"Jenazahku sudah di temukan oleh penjaga sekolah tadi shubuh." jawab kak Sinta yang membuatku sedikit lega tanpa harus memberitahu keorang lain keberadaan jenazah kak Sinta ada di mana.

"Terus yang bunuh kakak mana?"

"Kuperhatikan setelah dia bunuh aku, dia jarang masuk sekolah." jawab kak Sinta agak cemas. "Ungkapkan kepada polisi siapa pembunuhku yang sebenarnya, setelah itu aku tidak akan mengganggumu lagi."

Kak Sinta kembali menghilang entah kemana, aku mencoba mengumpulkan keberanian dari dalam diriku untuk mengungkapkan siapa pelaku yang membunuh kak Sinta. Aku berjalan mendekati seorang polisi. "Permisi pak, saya Dito sebelumnya maaf mengganggu, saya akan menjadi saksi pembunuhan ini pak." ucapku menyerahkan diri sebagai saksi atas pembunuhan kak Sinta.

"Mari ikut saya kedalam mobil." perintah pak polisi, di dalam mobil aku ditanya-tanyai mengenai pembunuhan kak Sinta.

Sekitar jam delapanan, aku baru keluar dari dalam mobil polisi dan masuk kedalam sekolah, menuju kelas, namun keadaan sekolah kali ini benar-benar tidak kondusif semua siswa berkerumunan keluar kelas untuk melihat proses pengambilan jenazah kak Sinta, ku lihat adik serta keluarga dari kak Sinta menangis tak kuasa melihat jenazah kak Sinta yang mati mengenaskan.

"Dit terimakasih sudah membantuku, aku sudah tenang dan tanpa beban sekarang, beritahu keluargaku kalau aku sayang mereka semua, selamat tinggal Dit." sebelum aku mengucapkan salam perpisahan padanya, kak Sinta sudah menghilang kembali entah kemana.

aku berjalan kearah keluarganya, menyampaikan apa yang kak Sinta amanahkan padaku. "Permisi, maaf saya mengganggu saya hanya ingin menyampaikan kata terakhir kak Sinta untuk keluarganya yang belum sempat dia katakan, kalau dia sangat sayang keluarganya." setelah aku menyampaikannya aku langsung bergegas pergi tanpa harus berlama-lama di sana.

Kulihat Dimas yang berada di mejanya sedang asik bercakap dengan temannya, tak lama dia melihatku yang berjalan ke arah meja. "Dit, baru kelihatan kamu dari mana saja kamu?" tanya Dimas yang tidak ingin kujawab. Aku hanya menatapnya dan menaruh kepalaku di atas meja. "Kamu kenapa Dit? sedih kak Sinta pergi, tenang Dit masih banyak cewek cantik di luaran sana." ucap Dimas yang membuatku jengkel.

"Diam kamu Mas!" bentakku kepada Dimas.

"Iya-iya maaf deh."

Tidak ada satupun guru yang masuk kedalam kelas, hal hasil hari ini penuh dengan jam kosong. "Mas, pura-pura ketoilet yuk, abis itu lurus deh ke kantin." ajak Dimas nakal.

"Setan kamu Mas, kamu mau membuat aku di cap nakal sama guru."

"Yehh... yaudah kalau gak mau, aku sendiri aja kalau gitu." gumam Dimas kesal.

Akhirnya aku tetap mengikuti ajakan Dimas pergi kekantin. "Mas, masalah omongan kita yang kemarin kamu benar."

"Maksudmu omongan tentang apa?" tanya Dimas tidak paham.

"Ya omongan tentang, aku yang bisa melihat makhluk gaib."

"Benarkah?! wah... aku punya teman sekaligus sodara yang memiliki indra ke-enam" decak kagum Dimas kepadaku, Dimas merangkul bahuku dan berbisik. "Berarti kamu bisa melihat makhluk astral kan Dit, bagaimana jika di koridor ini, apakah ada setannya?" tanya Dimas.

Kuperhatikan hanya bayangan hitam yang mondar- mandir, tidak ada sesosok yang benar-benar terlihat jelas dari pandanganku. "Hai, ada gak? malah bengong." seru Dimas mengagetkanku.

"Udah pasti adalah, apalagi di toilet. Uhh... serem banget." jawabku menakut-takuttinya, apa lagi dia sering banget beralasan ketoilet agak untuk bisa keluar di jam pelajaran.

Terpopuler

Comments

ستي راحيمة الجوى

ستي راحيمة الجوى

iihh serem

2022-03-04

1

ALNIE

ALNIE

syeeereeeeem 🙈🙈🙈🙈🙈
tp penasaran 😁😁😁 lanjut thor ✊✊

2021-12-24

1

🎯Pak Guru📝📶

🎯Pak Guru📝📶

LIKE

2020-09-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!