Aruna menatap
pasien pertamanya lekat. Dia baru ingat kalo anak perempuan yang ada dalam foto itu anak pasiennya.
Kenapa dia bisa lupa
Padahal hari itu anak perempuannya dan Kendra terlihat akrab.
"Apa kabar, dokter," sapanya ramah.
Aruna tersenyum.
"Baik. Ada keluhan?" tanyanya langsung begitu wanita cantik ini duduk di depannya. Walauoun Aruna yakin, kedatangan wamita ini bukan untuk kontrol penyakitnya.
"Sebenarnya saya ingin konsultasi tentang anak anak kita," jawabnya agak ngga enak.
Aruna tersenyum lagi. Tadi menurut asistennya, belum ada pasien baru yang datang.
"Baiklah. Tapi ngga bisa lama, bu. Kalo ada pasien, terpaksa obrolan kita selesai."
"Mungkin kita bisa mencari waktu di luar jam kerja dokter," ucapnya ramah
"Sebenarnya lebih baik begitu," balas Aruna ramah.
Wanita cantik ini menghela nafas panjang.
"Nama saya Syarifa, mungkin dokter sudah tau. Suami saya Alvaro, pewaris tunggal grup Eleven Atifa putri kami satu satunya. Dia anak yang pemalu, karenanya saya terkejut dia menjadi cukup populer sekarang," kekeh wanita itu ringan.
Aruna berusaha tersenyum tenang. Dia pernah mendengar nama grup Eleven dari Kiano. Bergerak di batu bara dan kelapa sawit.
Sekarang video pementasan Atifa dan Kenra cs pun sering ditayangkan di tok tik dan mendapatkan banyak like.
"Saya agak malu menanyakannya. Apakah anak kita sudah berhubungan jauh?"
Aruna hampir tersedak. Untungnya Kendra sudah cukup menjelaskannya tadi malam.
"Maaf, sepertinya ada kesalahpahaman. Setahu saya, hubungan mereka hanya sebagai ketua osis dan bendahara. Kebetulan saat pentas, Atifa ikut tampil," jelas Aruna tenang,
Wanita yang bernama Syarifa itu terdiam sesaat, ngga
nyangka akan mendapat jawaban begitu. Kemudian beliau tersenyum manis.
"Oooh, begitu, ya, dokter. Padahal saya sudah berharap banyak."
Aruna hanya menanggapinya dengan senyuman biasa saja.
Dia merasa wanita di depannya mempunyai misi khusus.
"Suami saya seorang pengusaha tambang, dokter. Mungkin nantinya Kendra bisa ikut kerja di perusahaannya kalo sudah lulus kuliah. Itu pun kalo Kendra ngga berniat menjadi dokter," kekehnya lagi.
Wanita ini sepertinya sangat berpengalaman berdiplomasi. Pernyataan tadi disampaikannya dengan santun.
Aruna ingin tergelak mendengarnya. Kendra dan teman temannya memang selama ini ngga pernah melibatkan orang tua mereka untuk membantu kelancaran proyek proyek mereka di sekolah. Apa mungkin karena itu wanita di depannya hanya menganggap Kendra hanya anak seorang dokter dengan pegawai biasa saja?
"Masa depannya masih jauh, bu," tolak Aruna sopan.
"Tapi bisa kita rancang dari sekarang, kan, bu. Putri saya pewaris satu satunya. Kendra juga ngga akan ada masalah bekerja sambil bermusik," katanya membujuk.
Aruna tersenyum. Ingin tertawa tapi dia tahan. Dia dan Kiano ngga pernah membahas pekerjaan dengan Kendra. Walaupun anak itu sesekali maen ke perusahaan papi dan kakekmya.
"Saya ngga bisa memaksakan hati Kendra, bu. Jika Atifa yang diinginkan Kendra, kami ngga akan menolak," jawabnya cukup hati hati.
"Kata putri saya, Kendra dekat juga dengan teman perempuannya di sekolah. Tapi mungkin dokter bisa menimbang kalo bibit bebet dan bobot putri saya lebih baik."
Aruna terdiam dengan wajah kurang suka.
"Maaf dokter, maksud saya, bukannya kita mencari yang terbaik untuk jodoh anak kita?" ucapnya setelah melihat raut Aruna yang berubah.
Aruna menghela nafas panjang.
"Tentu, ibu Syariza benar. Tapi bagi saya kebahagiaan Kendra yang terbaik." Aruna pun melirik susternya yang sedang menghampirinya
"Apa ada pasien?" tanyanya begitu suster Uci mendekat ke arahnya.
"Iya, dokter," jawab suster Uci sambil melirik wanita di depan Aruna.
Seakan mengerti, wanita itu berdehem.
"Mungkin laen kali kita ngobrol bisa lebih panjang lebar, dalam suasana yang lebih santai," ucap mama Atifa-Syarifa sambil.bangkit dari duduknya.
Aruna pun ikutan berdiri sebagai etika kesopanan.
Setelah wanita itu pergi, Suster Uci menyenggolnya.
"Itu siapa?"
"Pasien."
Suster Uci mendengus mendengar jawaban datar Aruna.
"Anakku patah hati melihat Kendra dicium cewe," sungutnya sambil berbalik pergi untuk memanggil pasien.
Aruna tersenyum tipis.
Anak suster Uci juga sebaya dengan Kendra, tapi di SMA yang berbeda.
*
*
*
Kendra dan anggota osis lainnya juga panitia bazar sekarang sedang berada di ruang kepala sekolah.
Pagi ini kepala sekolah memanggil mereka saat istirahat kedua.
'Bazar yang kita lakukan sangat sukses. Kita pun akan menjadi sekolah percontohan untuk itu," puji Pak kepala sekolah membuat Kendra cs dan para panitia bazar tersenyum lebar. Lega karena mendapat pujian atas kerja keras mereka.
Ketua yayasan, wakil kepala sekolah dan guru guru juga menampakkan wajah bahagia atas keberhasilan para siswa mereka melaksanakan even yang melebihi kuota pengunjung yang diinginkan.
"Kita juga mendapatkan undangan bazar, dan band kamu Kendra diundang. Mereka juga meminta Atifa juga sebagai vokalis mendampingi Aqil. Kalian sudah viral," kekeh Pak Waluyo sang kepsek mengakhiri kalimatnya.
Kendra terdiam. Dia saling pandang dengan Aqil. Khanza menahan kesalnya sambil melirik kesal Atifa yang sedang tersenyum senang.
"Aku kesal, Zay," bisik Khanza sewot
"Sabar," bujuk Zayra yang tanpa sengaja bersitatap dengan mata elang Kendra. Tapi cepat Zayra alihkan.
"Atifa, ibu ngga nyangka suara kamu merdu banget. Kalo duet dengan Aqil pasti bagus banget," puji Bu Maura, guru matematika. Sudah jelas Atifa adalah murid kesayangannya.
Atifa tersenyum walau agak kecut.
Yang diinginkannya menyanyi dengan diiringi permainan keyboard Kendra. Kalo bisa berdua saja. Tapi Atifa agak sungkan menyuarakan idenya.
Dia ngga ingin Kendra ilfeel dengannya. Melihat reaksi datar Kendra padanya, Atifa akan mencoba menarik hatinya secara perlahan.
Hemmm,,, syukurin, dengus Khanza sinis.
"Tapi kalo bisa tetap menjunjung norma kesopanan pak, bu," sela Kalil berani.
Wajah Atifa langsung merona.
Khanza tambah senang memdengarnya. Bibirnya reflek menyunggingkan senyum manisnya pada Kalil yang diam diam mengedipkan sebelah matanya pada Khanza.
Bu Maura pun terlihat salah tingkah, karena terkesan beliau ngga menyalahkan perilaku Atifa yang dengan berani mencium Kendra di atas pamggung.
Pak Waluyo langsung terbatuk batuk.
"Minum dulu, pak," ucap Rakha sambil menyodorkan sebotol air mineral yang masih tersegel.
Kendra, Kenan dan Aqil menahan senyum mereka melihat tingkah tengil kedua temannya. Juga beberapa guru yang tersenyum sambil mengalihkan wajahnya ke arah lain.
"Cukup sekali ini saja, ya, Atifa. Kamu udah viral lho," senyum Pak Waluyo yang diangguki oleh Atifa.
"Acaranya malam minggu bulan depan. Persiapkan diri kalian baik baik, ya," tutup Pak Waluyo kemudian memberi isyarat Bu Ayi, guru BK
"Oke sekarang acara kita makan makan, ya," ucap Bu Ayi sambil bangkit bersama beberapa guru perempuan lainnya medorong tiga kerera makanan ke dekat para siswa.
Tentu saja hal ini disambut dengan perasaan senang hati. Apalagi menu menunya sangat menggugah selera. Bebek goreng, ikan gurame goreng dan bakar, ayam bakar, sop, kangkung dan sambal.
"Pak, kita boleh ijin ngga ikut jam pelajaran selanjutnya?" tanya Aldo yang disambut tawa setuju yang lain. Aldo sebagai ketua panitia bazar.
"Tenang, kalian diijinkan .asuk telat satu jam pelajaran," sahut Pak Haykal, guru sejarah membuat para siswa itu tambah senang.
Mereka pun sudah ngga malu malu lagi menyantap hidangan yang ada di depan mata mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
andi hastutty
nah Aqil setuju baru juga siswa udah seberani i2 cium orang depan umum dan mamanya juga membagaggakan kekayaannya ngga tau ajha dokter Aruna lebih kaya loh suaminya ih geddeng aku liat orang kaya sombong
2023-06-22
1
Lenkzher Thea
Top 👍
2023-02-04
1
anggita
wuueenaak tenan. 👍😋
2023-01-27
1