Zayra merasa ngga nyaman melihat sikap Kendra yang jelas sekali berubah terhadapnya sejak orang tua mereka membicarakan rencana pertunangan mereka secara terang terangan.
Padahal itu ngga akan mungkin terjadi, kan, kalo dia menolaknya?
Zayra ingin memastikan perasaan Kendra tapi dia bingung bagaimana cara menanyakannya.
Bukankah harusnya Kendra yang menanyainya lansung? Tentang perasaannya.
Ya, perasaannya.
Memang isu pertunangan mereka sudah berhembus lama, setahun yang lalu.
Waktu itu Kendra masih bersikap biasa saja padanya. Tapi setelah seminggu yang lalu, saat palu itu diketok sendiri oleh Kendra, laki laki itu malah bersikap aneh, lebih banyak diam dan cendering menghindar.
Seperti sekarang. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya saat mereka berjalan bersama. Hanya celotehan Khanza yang ditanggapi oleh Rakha dan si kembar saja yang terdengar.
Saat mereka sampai di depan ruang kepala sekolah, Khanza dan si kembar pun panit.
"Kita mau melihat kesiapan bazar. Siapa tau ada keluhan," pamit Kalil.
"Oke."
"Nanti antar Zayra pulang, Ken. Awas aja," ancam Khanza galak.
"Eh, ngga perlu," tolak Zayra langsung. Saat ini hubungan keduanya cukup memburuk akibat rencana pertunangan ini.
"Zayra, kamu tadi, kan,aku yang antar--," sergah Khanza tapi langsung dipotong Kendra.
"Iya, beres.".
"Tuh, dengarkan. Sudah, ayo kita pergi," lerai Kenan kemudian melambaikan tangannya pada Kendra dan Zayra sebelum menyeret si pemarah ini pergi.
"Marah marah terus, Za. Percuma perawatanmu itu loh," ledek Kalil yang langsung ditimpuk Khanza dengan tasnya.
"Rasain. Cewe lagi pms malah lo gangguin," tawa Rakha mengejek sambil keempatnya berjalan menjauh pergi.
Kendra dan Zayra masih bisa mendengar omelan Khanza pada Rakha. Tanpa sadar keduanya tertawa lirih.
"Yuk, kita masuk," kata Kendra sambil menggandeng tangan Zayra sampai membuat gadis ini menoleh sebentar.
Tenanglah, Zay. Tenang.
Setelah mendapat berbagai nasihat dari kepala sekolah, mereka pun kini berjalan ke ruang yayasan. Keduanya berjalan sambil diam.
Padahal dulu Kendra selalu bisa membuatnya tertawa. Tapi sekarang terlihat beda.
Apa ini hanya gara gara stres mengurusi bazar?
Ah, ngga mungkin.
Terjadi tanya jawab dalam hatinya.
Ketika mereka beberapa langkah lagi sampai ke ruang yayasan, Kendra menarik cepat tangannya dan bergerak cepat ke balik tembok ruangan itu.
"Kenapa?" bisik Zayra dengan suara pelan dan jangan tanya lagi soal jantungnya. Semakin kuat memompa darahnya begitu tubuh mereka merapat.
"Ssstttt," kata Kendra sambil meletakkan jari telunjuknya ke bibir Zayra.
Eh, batin Zayra tambah shock.
Apalagi kali ini dia juga merasakan detakan jantung Kendra sangat keras memukul dadanya.
Keduanya saling terdiam sampai akhirnya mendengar suara Atifa dan Saskia.
"Syukurlah disetujui tanpa revisi," kata Saskia lega.
"Kenapa Kendra belum ke sini, ya? Aku telpon aah," ucap Atifa agak gusar.
Kendra cepat mematikan ponselnya yang untungnya sejak tadi dipegangnya.
"Kok, malah ngga aktif?" kesal Atifa karena hanya ada nada memanggil.
"Coba telpon Zayra," usul Saskia.
"Oiya, bener juga."
Kendra dan Zayra saling tatap dalam cemas.
Agak terlambat Zayra men off kan ponselnya ketika ponselnya bergetar.
Untungnya Zayra ngga memiliki nada dering.
Kendra bernafas lega.
"Tersambung tapi ngga diangkat," kesal Atifa tambah menjadi.
"Ya sudahlah. Mungkin masih di ruang kepala sekolah," bujuk Saskia mencoba menyabarkan Atifa.
"Masa lama bamget. Cuma ngasih surat aja, kan?" tukas Atifa ngga senang.
"Mungkin lagi diceramahin Pak Waluyo," kata Saskia lagi
"Hemm.... Aku akan tunggu di sini sampai mereka datang," kata Atifa masih dengan suara kesalnya.
Kali ini Zayra menatap Kendra bingung.
Sampai kapan mereka akan begini?
Tapi tatapan Kendra terasa lain. Sangat teduh.
"Ken?" bisiknya dengan hati ngga nyaman. Apalagi tatapan Kendra kini mengarah ke bibirnya.
"Emm... Maaf," kata Kendra grogi sambil melonggarkan pelukannya.
"Kita langsung ke kantor yayasan saja," ucap Zayra merasa ngga pantas berdekatan begini dengan Kendra. Apalagi dia berhijab. Teman teman yang melihatnya pasti akan menyangkut pautkan hijab dengan kelakuannya kini.
Kendra hanpir saja melepaskan Zayra jika dia ngga mendengar suara Aqil.
"Ngapain kalian masih di sini?" tanya Aqil heran. Dia baru selesai berdiskusi dengan Bu Ningrum, salah satu pengurus yayasan.
Aqil berpikir Atifa dan Saskia sudah pergi meninggalkan ruang yayasan.
"Kita nungguin Kendra sama Zayra, Qil," jelas Saskia.
"Oh, tadi kata Rakha, besok baru ke yayasan. Masih ketahan di ruang kepala sekolah," bohong Aqil dengan sangat lancar.
"Oya? Kok, bisa lama banget?" tatap Atifa ngga jadi tambah kesal.
"Mana gue tau," jawab Aqil cuek kemudian terdengar langkahnya menjauh.
"Ya udah,Tifa. Kita memding lihat persiapan bazar. Pasti Kendra nanti ke sana," bujuk Saskia tanpa lelah.
Atifa terdiam sebentar.
"Okelah kalo gitu."
Kemudian terdengar langkah langkah yang menjauh.
Tanpa sadar Kendra dan Zayra menghembuskan nafas lega.
"Maaf," kata Kendra sambil melepaskan pelukannya yang sudah longgar.
Zayra hanya mengangguk tanpa mau melihat Kendra, karena dia yakin saat ini wajahnya sudab merona.
Setelah yakin aman, Kendra pun meraih tangan Zayra untuk mengikutinya memasuki ruang yayasan.
Sama seperti di ruang kepala sekolah, mereka ngga mendapat kesulitan yang berarti.
"Kita lihat persiapan bazar?" tanya Zayra begitu mereka barusan keluar dari ruang yayasan.
Kendra menatap jam tangannya.
"Kita pulang aja, ya. Yang lainnya udah ke persiapan bazar.
"Oke."
Keduanya kembali berjalan seperti tadi, saling diam.
Akhirnya Zayra ngga tahan juga.
"Ken," panggilnya saat mereka sudah berada di motor moge Kendra.
"Ya?" tanya Kendra sambil mengulukan helm pada Zayra.
Zayra memegang helm itu dengan erat di bawah tatapan mengunci Kendra.
"Kamu mau ngomong apa?"
"Emm... anu... emm... Kalo kamu ngga setuju, diralat aja. Aku ngga apa apa, kok," ucap Zayra susah payah.
Kendra ngga menjawab, tapi malahan mengambil helm yang sedang dipegang erat Zayra.
Dengan tenang, Kendra mengenakan helm di kepala Zayra.
"Kamu maunya apa? Aku tolak atau aku terima?" Kendra balik bertanya membuat mata Zayra mengerjap. Ngga nyangka Kendra akan memberikan pertanyaan itu padanya.
Kendra tersenyum tanpa menunggu jawaban Zayra. Dia malah langsung naik ke motornya.
"Ayo," katanya sambil memiringkan mogenya.
Zayra menaiki motor itu dalam diam.
Sebelum menjalankan motornya, Krndra meraih tangan Zayra dan meletakkannya dipinggangnya.
"Biar ngga jatuh," modusnya sambil melajukan mogenya meninggalkan parkiran sekolah.
Zayra mengulaskan senyum di balik punggung Kendra.
Sementara itu Atifa kembali mencak mencak karena ngga menemukan Kendra.
"Ngapain, sih, nyari nyari Kendra?" sergah Khanza jutek ketika melihat kedatangan si centil ini.
"Aku, kan, mau bahas anggaran," balas Atifa ngga kalah ketusnya.
"Emmm...." Khanza melototkan matanya saat Raka cepat menutup mulutnya yang ingin balas mengomel.
"Kita pulang duluan," pamit Rakha sambil membawa Khanza pergi.
"Ya ya, aman, kan," kekeh Kalil dan Kenan, juga menyusul keduanya tanpa mengacuhkan Atifa dan Saskia.
"Apa mereka sekongkol?" tuduh Atifa curiga sambil menatap Saskia.
"Aku ngga tau," jawab Saskia jujur.
Huh, dengus Atifa sambil memghentakkan kakinya sebelum pergi meninggalkan Saskia yang hanya bisa menatap punggung Atifa dengan kesal.
Kenapa aku harus jadi wakilnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Tarmini Rianto
Karyamu thouurr is THE BEST👍👍
2024-01-23
1
andi hastutty
sama2 mau anaknya
2023-06-21
1
Lee
Lanjut thor..
2023-01-23
1