After The Heartbreak
Cerita ini ada sequel dari Dendam Dokter Aruna♡♡
■
■
"Kenapa mereka harus berbarengan, sih," omel Kiano pada Aruna yang terpaksa bergantian membantu ketiga teman Kiano melahirkan dengan melakukan operasi caesar di hari yang sama.
Alva, Glen dan Arga. Ketiganya meminta Aruna menolong istri mereka untuk melakukan pendampingan dalam operasi caesar. Aruna memang sudah biasa melakukannya.
Glen dan Arga mendadak bersikap aneh, ingin hari lahir anak pertama mereka berbarengan. Jadi bisa merayakan ulang tahun bersama sama.
Tapi Kiano takut Aruna kelelahan karena mereka hanya memberi jarak dalam beberapa jam saja untuk proses kelahiran anak anak mereka.
Alva dan Tamara mendapat prioritas karena anak mereka kembar dan sudah terdapat tanda tanda akan melahirkan.
"Do'akan ya, " kata Aruna sabar. Putra mereka-Kendra yang baru berumur beberapa bulan sudah dititipkan pada orang tua Kiano.
"Tolong ya, Aruna," pinta Alva memohon.
"Jangan lupa ke istri kita, Aruna," ujar Glen yang diangguki Arga.
"Kalian, kan, bisa nunggu besok," sinis Kiano sebal.
Glen dan Arga sama sama memberikan cemgirannya.
Begitu tau Tamara harus dioperasi hari ini, keduanya pun membujuk istri istri mereka agar mau dioperasi juga pada hari ini. Kebetulan HPL mereka ngga jauh beda.
"Seru ntar tiap ulang tahun anak anak kita bisa berbarengan. Kita juga bisa kumpul," ucap Arga merespon ringan.
"Iya, jadi mereka bisa ulang tahun rame rame," tambah Glen penuh semangat. Untung saja istri istri mereka setuju.
Hanya Dinda, istri Regan yang enggan. Dinda bersikukuh ingin melahirkan secara normal, ngga mau operasi.
Kiano hanya bisa membuang nafasnya kesal. Dia mengelus lengan kanan Aruna. Dalam hati bersyukur karena Aruna ngga pernah menolak keinginan aneh sahabat sahabat tengilnya.
"Iya, sabar, ya. Sebaiknya istri istrinya ditungguin," kata Aruna sambil melepaskan pegangan Kiano. Aruna pun mengecup pipi Kiano sebelum masuk ke ruangan operasi. Tamara sudah berada di dalam. Alva pun mengikuti Aruna. Dia ingin bersama Tamara di saat saat yang mendebarkan ini.
Glen dan Arga menepuk bahu Kiano berbarengan.
"Gue balik ke kamar dulu," kata Arga pamit. Dia ingin mendampingi Qonita yang saat ini ditemani Arik dan istrinya. Juga mami dan papi mereka.
"Gue juga," sambung Glen. Rain saat ini juga ditemani mama dan papanya, juga orang tuanya. Dia dan Arga sengaja ingin menguatkan hati Alva yang istrinya di operasi lebih dulu makanya menemani Alva sebelum masuk ke ruang operasi.
Alva terlihat stres. Apalagi dia dan keluarganya ngga nyangka kalo Tamara akan melahirkan hari ini. Untung support para sahabatnya selalu ada untuknya, jadi dia ngga merasa sendiri.
Apalagi keduanya punya ide ajaib ingin lahiran secara bersamaan di hari ini membuat tekanan batinnya jauh berkurang.
"Oke."
Selepas kepergian keduanya, Kiano duduk menyandar dengan kedua tangan di atas kepalanya.
"Kendra udah bisa apa?" tanya Regan yang tiba tiba muncul dan ikutan duduk di samping Kiano.
"Baru mau tengkurap," kata Kiano dengan senyum di bibir. Kekesalannya langsung hilang jika mengingat wajah menggemaskan putra kecilnya.
Regan pun tersenyun mendengarnya. Membayangkan putranya yang sedang menunggu waktu satu bulan lagi sesuai dengan HPL istrinya.
"Tamara mengalami kehamilan yang cukup susah juga, ya," komen Regan mengingat Alva yang bolak balik mengurusi Tamara opname di rumah sakit.
Kasian Tamara. Hamil ini membuatnya lemah. Salutnya Alva selalu siap berada di samping Tamara, kapan pun istrinya membutuhkan.
Segala meeting akan dia cancel jika.memdapat panggilan darurat dari Tamara.
"Mungkin karena anaknya kembar," jawab Kiano berusaha memaklumi.
Bahkan Alva memgatakan padanya kalo dia sudah sangat bersyukur karena Yang Di Atas sudah langsung memberikannya dua anak laki laki sekaligus. Akan dijaganya dengan baik. Dan dia ngga akan menambah anak lagi yang bisa membuat Tamara menderita.
"Gimana rasanya punya anak kembar, ya?" tanya Kiano beralih menatap Regan yang masih tersenyum.
"Lo pengen?" ledek Regan terkekeh.
Kiano pun terkekeh.
"Pengen, sih. Tapi melihat penderitaan Tamara, jadi berpikir seribu kali," ucapnya di sela kekehannya.
"Betul," balas Regan.
Ngga bisa dia bayangkan Dinda semenderita itu. Apalagi fisik Dinda maupun Aruna lemah sebagai perempuan. Beda dengan fisik Tamara. Dia atlet karate profesiomal.
"Alva bisa pusing tujuh keliling ntar ngadepin anak anaknya," gelak Kiano dibalas Regan.
"Apalagi kalo kelakuannya sama dengannya," tambah Regan.
Tentu saja mereka sangat hapal kelakuan Alva dulu sebelum nikah.
"Gue agak berharap semoga ada sifat galak Tamara dalam diri putra kembar mereka," sambung Regan lagi. Tawa keduanya pun semakin pecah walau ditahan agar tidak terlalu keras.
"Regan, kalo anak lo cewe, mau ngga lo jodohin sama anak gue, si Kendra?" tanya Kiano setelah tawa mereka usai
"Haa? Lo serius? Anak gue msih di dalam perut lagi," tawa Regan merasa aneh dengan kata kata Kiano.
Lagi pula apa anak anak mereka mau dijodohkan? Mereka dulu aja menolak.
Kiano pun tertawa mendengarnya.
"Gue ngerasa anak lo bisa meredam tingkah laku anak gue. Kayak lo sama Dinda," ledek Kiano.
Ya ya, Regan mengerti sekarang maksud perjodohan ini. Dia yang brengsek bisa takluk dengan Dinda yang kalem.
"Kalo anak anak kita setuju, kenapa engga," tukas Regan seruju. Kedua sahabat ini pun tertawa mengekeh sambil menunggu kelahiran putra kembar Alva.
*
*
*
"Selamat, Tamara," bisik Aruna ketika melihat dua orang putra Tamara sudah lahir dengan selamat.
Alva pun meneteskan air mata. Kedua orang tua mereka masih dalam perjalaman menuju rumah sakit, pesawat mereka baru saja landing.
Karena kabar Tamara akan melahirkan, kedua orang tua mereka mempercepat kepulangan mereka untuk menyambut cucu cucu pertama mereka.
Harusnya Tamara melahirkan masih tiga atau lima hari lagi berdasarkan HPL, tapi sudah ada tanda tanda kedua bayi itu pengen lahir tanpa mau di tunggu kedua oma dan opanya.
"Ya, Runa," jawab Tamara walau lemah tapi wajahnya terlihat berseri seri. Apalagi melihat suaminya yang menangis haru.
"Makasih, sayang," kata Alva kemudian mengecup kening istrinya.
Hati Tamara bergetar karenanya. Mengingat kesabaran dan ketelatenan Alva dalam menghadapi kondisi dirinya yang lemah.
Alva sudah menunjukkan kalo dia sangat pantas menjadi papa karena tanggung jawabnya merawat dirinya buah hati mereka saat masih berada dalam rahimnya.
Alva selalu menemaninya bahkan sampai membawa pekerjaannya ke rumah sakit. Bahkan meeting pun di lakukan melalui aplikasi online karena hampir setiap bulan selama kehamilan Tamara harus opname di rumah sakit.
"Ayo, kita pindahkan pasien," titah Aruna pada tim medis lainnya. Dia dan para dokter harus beristirahat sebentar saja karena sebentar lagi giliran Arga.
Ingin rasanya Aruna mengetok kepala kedua sahabat Kiano yang punya keinginan nyeleneh, ingin punya anak yang ulang tahunnya berbarengan.
Paling Dinda dan Rain yang beda. Kalo Dinda tinggal menghitung hari dan menginginkan persalinan normal, sedangkan Rain masih dua bulan lagi baru akan melahirkan. Sekarang baru masuk tujuh bulanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Nonoe Mooduto
yg ke 3,aku padamu Thor 👍👍🥰🥰
2024-02-01
4
Tarmini Rianto
Makasih thoouurrr
2024-01-23
1
Erni Fitriana
karya kedua mu yg kubaca thor
2024-01-11
1