"Kamu lelah?" tanya Kiano saat Aruna menyandarkan kepalanya di dadanya.
"Yah, lumayan lah," ucap Aruna sambil memejamkan mata.
Hari mulai sore. Ketiga persalinan teman teman Kiano telah di lalui Aruna hanya dalam rentang waktu beberapa jam saja.
"Kendra rewel ngga ,ya?" gumamnya dengan mata terpejam.
"Kata mami, sih, engga. Asi kamu masih cukup, kok," kata Kiano lembut.
"Asi yang tadi sudah dikirim ke rumah?"
Setelah proses kelahiran putra kembar Alva dan Tamara, Aruna senpat memompa asinya. Begitu juga setelah kelahiran putra Arga.
'Sudah. Mami yang langsung terima," jawab kiano menenangkan. Aris yang dimintanya mengantarkan langsung asi itu ke rumah. Kiano ngga bisa mempercayai orang lain.
Kiano menempelkan dagunya di puncak kepala Aruna.
"Syukurlah Armita bisa normal, ya," ucap Aruna kemudian membuka matanya dan tersenyum lega.
"Stres kali Kak Mita ngadepin si Glen," kekeh Kiano.
Aruna pun terkekeh.
"Udah ada empat cowo mungil yang lahir, dan baru satu cewe," sela Aruna dalam deraian tawanya.
"Aku minta ke Regan kalo anaknya cewe, buat jadi istri Kendra. Kamu setuju, kan?"
Aruna menegakkan tubuhnya sambil menatap Kiano dengan tatapan serius.
"Kamu ngomong gitu?" tanya Aruna ngga percaya.
Masalahnya mereka belum tau jenis kelamin anaknya Regan dan Dinda. Pasangan itu ngga mau menanyakan identitas bayi mereka pada dokter kandungannya. Katanya mau buat surprise.
"Iya. Apa aku salah?" tanya Kiano seakan baru sadar harusnya dia memgatakannya dulu pada Aruna sebelum memutuskannya pada Regan.
"Setuju, sih. Tapi kalo bisa jangan dipaksa," senyum Aruna membuat Kiano lega. Tadi dia sempat berpikir Aruna akan marah padanya.
"Itu sudah pasti."
Keduanya pun sama sama melebarkan senyum mereka. Kemudian Kiano menarik kepala Aruna agar berisitirahat di dadanya seperti tadi.
Aruna menurut dan memejamkan matanya.
"Kamu mau ngga punya bayi kembar seperti Alva dan Tamara?" usik Kiano beberapa saat kemudian.
"Sedikasihnya aja, sih," jawab Aruna pelan. Hatinya pengen tapi juga takut melihat proses kehamilan Tamara yang cukup mengkhawatirkan.
"Jadi nanti kita bakal ngasih adik, nih, buat Kendra?" goda Kiano sambil mencubit ujung hidung Aruna gemas.
Aruna hanya melebarkan senyum di bibirnya sambil menyembunyikan wajahnya di dada Kiano.
*
*
*
Reno dan Rain kini mengunjungi Glen dan Armita di kamarnya yang hanya bersebelahan dengan kamar Arga dan Qonita. Mereka pun sudah mengunjungi putra kembar Alva yang kamarnya juga berada di sebelahnya, karena kamar Glen terletak di tengah.
Setelah Tamara dinyatakan siap untuk melahirkan, keduanya pun memesan dua kamar yang berdekatan dengan kamar Tamara.
Keduanya sudah melihat bayi bayi tampan Alva dan Arga yang cukup gendut.
"Wah, bayi lo sama gendutnya dengan bayi Alva dan Arga," kekeh Reno sambil memeluk sahabatnya, Glen.
Glen tertawa mendengarnya.
"Masih dua bulan lagi ya, Rain?" tanya Armita ketika Rain menghampirinya.
"Ya, Kak Mita," sahut Rain sambil balas menggenggam tangan Armita.
"Senang, kak, ya, bisa lahiran normal?" ucap Rain dengan senyum manisnya.
"Ya, sangat senang," kata Arnita sambil melirik Glen yang nampak malu dengan ucapan Armita.
Rain menahan senyumnya agar ngga berubah jadi tawa, tapi Reno sudah ngga tahan lagi, dia pun terbahak membuat bayi Glen dan Armita menggeliat bangun dari tidurnya.
"Kak Reno jangan keras keras tawanya. Nanti bayinya bangun," cegah Rain tapi terlambat, suara mahkluk kecil itu sudah terdengar perlahan.
"Sorry sorry," kata Reno agak menyesal tapi tawanya masih terdengar walau perlahan.
"Lo sih," kata Glen yang awalnya malu jadi kesal dan mendekati bayinya. Bayinya baru saja tertidur dan sekarang terbangun lagi.
Tapi Rain sudah berada lebih dekat dengan boks bayi itu.
"Boleh, ya?" pinta Rain sambil menatap Armita dan Glen.
"Kamu bisa?" tanya Armita sambil menatap Rain dengan tatapan membolehkan.
"Bisa, ada teman juga yang baru lahiran," kata Rain sambil meraih bayi mungil yang tampan itu.
Tangisan bayi itu mereda saat Rain sedikit pelan menggoyangkannya.
"Wow, bisa aman nih, Reno, kalo nanti bayi kalian lahir," ujar Glen bersemangat.
"Tapi nanti jangan pingsan, ya, Reno, seperti seseorang," ledek Armita pada suami brondongnya.
Tanpa dapat dicegah, suara tawa tertahan pun terdengar. Glen hanya bisa tersenyum malu malu.
Memang sangat menyebalkan, saat air ketuban Armita tiba tiba mengalir, Glen langsung merasa pusing. Setelah mengantar Armita ke dalam ruang bersalin, tubuh laki laki itu malah terkulai pingsan. Untung kedua orang tua mereka ada di sana.
Mami Armita dan mami Glen menemani Armita lahiran secara normal, sedangkan kedua papi mereka menunggu Glen sampai sadar. Termasuk Regan, Reno dan Rain. Bahkan Alva dan Arga juga sempat menunggui Glen sebentar sambil tertawa tawa.
"Baru gitu aja udah pingsan," ejek Alva.
"Dasar laki laki lemah," sambung Reno waktu itu.
Dan mereka pun tertawa tergelak gelak di ruang perawatan Glen.
"Maaf, sayang," ucap Glen malu malu kemudian membelai rambut istrinya.
Rain menggelengkan kepalanya. Dia bersitatap dengan Reno dengan pandangan lucu.
"Bayi kembar Kak Alva tampan tampan," kata Rain mengalihkan topik.
"Boleh juga, nih, si cantik di jodohkan dengan si kembar atau dengan anaknya Arga," cetus Reno menyambut ucapan Rain.
"Mereka masih bayi. Perjalanan masih panjang," ucap Armita demgan wajah full senyum.
"Semoga mereka bisa dekat seperti kita," harap Glen.
"Ya, semoga,. Bahkan jadi mantu" balas Reno kemudian tergelak bersama yang lain.
"Aamiin," jawab mereka berbarengan di sela tawa yang terdengar sangat bahagia.
Kebetulan kedua orang tua mereka sedang beristirahat di kantin sambil membelikan Armita makanan. Karena bayinya selalu saja lapar dan Armita ngga henti hentinya menyusuinya.
"Kak, sepertinya bayinya haus," kata Rain ketika melihat gerakan bibir bayi Armita dan Alva.
"Oooh, haus lagi, ya," sahut Arnita sambil menerima bayinya dari tangan Rain.
"Gue keluar, ya," kata Reno tau diri sebelum.diusir Glen. Dia pun melangkah keluar.
"Gue ke depan, ya, sayang," ucap Glen sambil mencium puncak kepala bayinya sebelum keluar menemani Reno.
"Apa Regan masih di tempat Alva?" tanya Glen sambil membuka pintu ruangan Tamara yang berada di samping kiri ruangannya.
Di dalam sudah heboh dengan orang tua Alva dan Tamara yang baru saja sampai. Para mami menggendong masing masing satu dari si kembar.
"Tampannya. Siapa namanya nih?" tanya mami Glen yang diapit suaminya.
"Ada di gelang tangannya mam," ujar Alva memberitau.
"Kalil?" eja maminya demgan senyum senang.
"Sama saya namanya Kenan," sambung mami Tamara juga ngga kalah senangnya.
"Kenapa lo semua pada suka huruf awal Ka, sih?" tanya Glen sambil menggelemgkan kepalanya pada Alva yang hanya cengar cengir. Anak Kiano, Kendra. Udah ada triple Ka.
"Anak lo siapa namanya?"
"Khanza," jawab Glen sambil melebarkan senyumnya dengan wajah sok polosnya.
"Lo juga pake huruf Ka," cibir Reno membuat yang mendengarnya pun tertawa.
"Saat tau nama Anak Kiano Kendra, mindset gue langsung ke huruf Ka aja," kekeh Alva.
"Kalo gue engga gitu. Itu nama pemberian mami Armita," sangkal Glen membela diri.
Reno lagi lagi mencibir walaupun tawanya masih berderai derai.
Begitu juga Rain, sampai akhirnya wajahnya agak pucat dan perutnya terasa sakit. Tangannya menggenggam.erat tangan Reno.
Reno menatapnya khawatir.
"Kenapa? Kontraksi lagi?" tanya Reno cemas. Ini kontraksi kedua. Yang pertama saat Glen menyarangkan ide ajaib agar anak anak mereka lahir di tanggal yang sama. Tapi ditolak Rain. Karena Rain ingin anaknya lahir tepat sembilan bulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
andi hastutty
lucunya mereka
2023-06-21
1
Lenkzher Thea
Ini lanjutan dari Dr Aruna bukan thor
2023-01-19
1
lina
lanjut
2023-01-17
1