Adrian berjalan keluar dari ruang instalasi gawat darurat. Ia pergi menuju ke tempat pembayaran. Adrian berjalan sambil menelepon Ryan.
“Sudah dapat suster, belum?” tanya Adrian.
“Sedang diusahakan, Pak,” jawab Ryan.
“Bagus. Kalau sudah dapat, langsung antarkan ke rumah!” kata Adrian.
“Baik, Pak,” jawab Ryan.
Adrian sampai di tempat pembayaran rumah sakit. Tempat pembayaran tidak terlalu mengantri karena sudah sore. Adrian mengambil tiket antrian, lalu ia duduk menunggu untuk dipanggil. Setengah jam kemudian nomor atrian Adrian dipanggil. Adrian menghampiri tempat pembayaran ia memberikan bon yang di berikan oleh suster yang bertugas di IGD. Setelah membayar pengobatan Mia, Ia berjalan menuju ke apotik untuk menebus obat Mia. Di apotik Adrian tidak harus menunggu lama karena apotik sedang kosong.
Adrian memeriksa obat-obatan milik Mia. agar tidak ada yang hilang melihat obat penenang yang diberikan oleh dokter jumlahnya sangat banyak. Dokter memberi seratus tablet obat penenang. Jika sehari harus makan satu berarti Mia harus makan obat penenang selama tiga bulan.
Banyak sekali obatnya, kata Adrian di dalam hati.
Nanti kalau Mia tanya atau Ibu Ecin tanya atau neneknya Mia tanya ini obat apa, aku harus jawab apa? tanya Adrian di dalam hati.
Kalau awab antibiotik tapi jumlahnya sangat banyak sekali. Dijawab vitamin, tapi di bungkusnya tidak ada tulisan vitamin. Dibilang obat penenang, nanti disangka Mia stress. Ah, bingung, kata Adrian di dalam hati.
Adrian berjalan menuju ke IGD untuk menjemput Mia. Ia memberikan slip pembayaran kepada suster jaga di IGD lalu ia menuju ke ruangan Mia. Mia sedang duduk di atas berangkar sambil berzikir. Adrian mendekati Mia.
“Kita pulang sekarang, yuk,” kata Adrian.
“Saya telepon Pak Ratno dulu. Biar ia menunggu di depan lobby,” kata Adrian. Adrian mengambil ponselnya dari saku celana lalu menelepon Pak Ratno.
“Pak, ke depan lobby rumah sakit! Mia sudah boleh pulang,” kata Adrian lalu ia mengakhiri percakapanya.
Mia hendak turun dari berangkar. Adrian membalikan badan, ia memunggungi Mia. Mia berpegang pada bahu Adrian hingga berdiri di atas lantai. Kemudian ia duduk di atas kursi roda, Adrian mendorong Mia keluar dari ruang IGD.
Adrian dan Mia sampai di depan lobby rumah sakit. Mobil Adrian sudah menunggu di depan lobby. Adrian membukakan pintu mobil. Mia turun dari kursi roda lalu masuk ke dalam mobil. Adrian menutup pintu mobil lalu ia duduk di kursi penumpang bagian depan. Pak Ratno menjalankan mobil meninggalkan rumah sakit.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah, Adrian memperhatikan Mia dari rear-vission mirror. Mia sedang melamun memperhatikan pemandangan di luar jendela mobil. Adrian menghela nafas melihat Mia.
Akhirnya mereka sampai di rumah Adrian. Adrian melihat motor yang terparkir di depan rumahnya dan seseorang berdiri di depan rumahnya.
“Itu siapa, Pak?” tanya Adrian sambil menunjuk ke orang itu.
“Saya tidak tau, Pak,” jawab Pak Ratno.
Pak Ratno menghentikan mobil di depan pintu pagar. Adrian keluar dari mobil.
“Ada perlu, apa?” tanya Adrian dengan ketus.
“Saya ditugaskan Pak Jodi untuk menjaga rumah Pak Adrian,” jawab laki-laki itu. Pak Jodi adalah manager SDM di pabrik Adrian.
“Kamu pegawai pabrik?” tanya Adrian.
“Iya, Pak,” jawab laki-laki itu.
Adrian menghela nafas mendengar jawaban laki-laki itu.
Kenapa harus pegawai pabrik lagi, sih? kata Adrian di dalam hati dengan kesal.
Adrian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku lalu menelepon Ryan.
“Ryan! Kenapa kamu kirim pegawai pabrik, sih?” tanya Adrian dengan kesal.
“Memang tidak yang lain lagi?” tanya Adrian.
“Tidak ada, Pak. Semua security pabrik wajahnya mirip seperti Pak Sapto semua. Nanti Mia histeris melihat wajah mereka,” jawab Ryan.
“Kebetulan ada buruh pabrik yang mau menjadi security, jadi dia saja yang menjaga rumah Pak Adrian,” kata Ryan.
“Awas kalau kelakuannya sama seperti si Sapto! Si Jodi saya pecat!” kata Adrian.
Adrian mengakhiri pembicaraannya.
“Kamu menjaga rumah saya sampai penjaga rumah saya sembuh. Tapi awas, kamu tidak boleh macam-macam di rumah saya! Kalau sampai kamu macam-macam, saya hancurkan kamu seperti si Sapto!” kata Adrian dengan penuh intimidasi.
“Kenapa Pak Sapto, Pak?” tanya laki-laki itu.
“Dia mau memp3rk0s4 pembantu saya, sampai pembantu saya dibuat babak belur sama si Sapto,” jawab Adrian.
“Saya baru pulang visum dari rumah sakit. Besok laporannya akan saya serahkan ke pihak kepolisian,” kata Adrian.
“Kasihan anak istrinya kalau sampai Pak Sapto di penjara,” kata laki-laki itu.
“Lebih kasihan lagi keadaan pembantu saya yang disiksa oleh si Sapto. Dia sampai shock. Sudahlah! Kamu di sini mau kerja atau membela si Sapto?” tanya Adrian dengan kesal.
“Mau kerja, Pak,” jawab laki-laki itu.
“Kalau mau kerja di sini jangan sebut lagi nama si Sapto! Apalagi sampai membicarakan orang itu di depan Mia, saya bu0nuh kamu!” ancam Adrian.
“Iya, Pak,” jawab laki-laki itu.
“Nama kamu siapa?” tanya Adrian.
“Nama saya Ujang, Pak,” jawab laki-laki itu.
“Sekarang kamu buka gembok pagar rumah saya!” Adrian memberikan kunci rumah kepada Ujang. Ujang membuka gembok pagar rumah Adrian. Kemudian ia membuka pintu pagar.
Mobilpun masuk ke dalam pekarangan rumah. Adrian membukakan pintu mobil untuk Mia. Mia turun dari mobil. Ujang memperhatikan dari dekat, ia kaget melihat wajah Mia.
Astafirullahaladzim. Meni sadis begitu Pak Sapto, ucap Ujang di dalam hati.
Mia hendak berjalan menuju pintu samping, namun langsung dicegah oleh Adrian.
“Mia, kamar kamu di kamar tamu. Bukan di situ lagi!” kata Adrian.
Mia menoleh ke Adrian.
“Tapi.” Mia belum selesai bicara namun langsung potong oleh Adrian.
“Kamar kamu pindah ke kamar tamu. Nanti barang-barang kamu saya pindahkan ke kamar tamu,” kata Adrian.
Dengan terpaksa Mia mengikuti perkataan Adrian. Ia berjalan menuju ke pintu ruang tamu. Adrian membuka kunci pintu ruang tamu.
“Assalamualaikum,” ucap Mia ketika masuk ke dalam rumah.
Adrian mengunci kembali pintu ruang tamu lalu ia berjalan menuju ke kamar tamu yang letaknya tidak jauh dari kamarnya. Ia membuka pintu kamar tamu.
“Ayo masuk!” kata Adrian.
Mia masuk ke dalam kamar. Tempat tidur di kamar itu belum di pakai sprei. Adrian mengambil speri dari dalam lemari lalu ia memasangkan sprei tempat tidur.
“Biar saya yang pasangkan spreiinya, Tuan,” ujar Mia.
“Tidak usah! Saya bisa pasang sendiri, kamu istirahat saja! Kamu pasti cape sekali,” kata Adrian.
Mia duduk di sofa yang ada di kamar itu. Adrian memasangkan spei pada tempat tidur Mia.
“Bereskan?” Adrian memandangi hasil kerja dia.
“Sekarang kamu istirahat dulu. Saya mau memindahkan barang-barang kamu ke sini,” kata Adrian.
Adrian keluar dari kamar Mia menuju ke kamar belakang. Ia memasukkan semua barang-barang Mia ke dalam tas traveling milik Mia lalu membawanya keluar dari kamar. Adrian menutup tirai kamar itu lalu mengunci pintu kamar tersebut. Adrian masuk ke dapur lalu ia mengunci pintu ke ruang belakang. Ia takut Mia berusaha menuju ke bekas kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Aini Chayankx Ahmad N
perhatian sia Adrian ya
2023-03-08
1
reni rili
Adrian baik juga ya
2023-02-15
1
Greenindya
tiga tahun apa tiga bulan yg bnr🤔
2023-01-23
2