“Sebentar, Teteh ambilkan minum dulu. Kamu pastiu haus sudah lari-larian,” kata Mia.
“Kok, Teteh tau?” tanya Citra.
“Itu wajah kamu keringatan dan nafas kamu tadi ngos-ngosan,” jawab Mia.
“He he he. Iya, tadi Citra ke sini sambil lari,” ujar Citra sambil cengengesan.
“Sebentar, Teteh ambilkan minum dulu.” Mia beranjak menuju ke dalam rumahnya. Tak lama kemudian ia kembali membawa segelas air putih lalu ia letakkan di atas meja.
“Minum dulu, Cit. Maaf Teteh nggak punya sirop dan es,” kata Mia.
“Nggak apa-apa, Teh.” Citra meminum air putih sampai habis.
“Ah. Terima kasih, Teh,” ucap Citra. Ia sudah merasa segar kembali.
Tiba-tiba ponsel Citra berdering. Di layar ponselnya tertulis Enin.
“Enin nelepon,” kata Citra.
“Jawab, Cit!” ujar Mia.
Citra menjawab panggilan neneknya.
“Assalamualaikum, Nin,” ucap Citra.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Ecin.
“Sudah ketemu dengan teh Mia?” tanya Ibu Ecin.
“Sudah, Nin. Sekarang Citra lagi di rumah teh Mia,” jawab Citra.
“Enin mau bicara dengan teh Mia,” kata Ibu Ecin. Citra memberikan ponselnya kepada Mia.
“Enin mau bicara sama Teteh,” kata Citra. Mia mengambil ponsel itu.
“Assalamualaikum,” ucap Mia.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Ecin.
“Sudah tanya ke emak, belum?” tanya Ibu Ecin.
“Sudah, Bu. Emak memperbolehkan Mia bekerja di Jakarta,” jawab Mia.
“Alhamdullilah. Kalau begitu kamu secepatnya ke Jakarta!” kata Ibu Ecin.
“Bagaimana caranya Mia ke Jakarta? Mia belum pernah ke Jakarta. Mia tidak tau harus naik apa ke Jakarta?” tanya Mia.
“Nanti kamu diantar oleh Mulyana dan Eti naik mobil Mulyana. Kalau biisa besok kamu ke Jakarta! Berangkat setelah sholat subuh,” kata Ibu Ecin.
“Baik, Bu,” jawab Mia.
“Sudah dulu, ya! Ibu mau telepon Mulyana agar bersiap-siap untuk mengantarkan kamu,” kata Ibu Ecin.
“Iya, Bu,” jawab Mia.
“Assalamualaikum,” ucap Ibu Ecin.
“Waalaikumsalam,” jawab Mia. Mia memberikan ponsel kepada Citra.
“Terima kasih ya, Cit,” ucap Mia.
“Sama-sama, Teh. Citra pulang dulu, Teh,” kata Citra. Citra beranjak dari tempat duduk lalu keluar dari rumah Mia.
“Assalamualaikum,” ucap Citra lalu pergi meninggalkan rumah Mia.
“Waalaikumsalam,” jawab Mia. Mia menutup kembali pintu rumahnya.
***
Keesokan harinya setelah sholat subuh Mia pergi ke Jakarta diantar oleh Mulyana dan istrinya Eti. Citra tidak ikut karena harus sekolah.
“Mia berangkat dulu, Mak,” pamit Mia.
“Hati-hati selama di sana. Jaga diri baik-baik!” pesan Ibu Titin.
“Iya, Mak,” jawab Mia. Mia menciun tangan Ibu Titin.
“Kami berangkat dulu, Mak,” pamit Mulyana.
“Titip Mia ya, Mul,” kata Ibu Titin.
“Iya, Mak,” jawab Mulyana. Mulyana dan Eti mencium tangan Ibu Titin.
“Assalamualaikum,” ucap Mulyana.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Titin.
Mulyana dan Eti masuk ke dalam mobil. Mia masuk ke dalam mobil lalu melambaikan tangannya ke neneknya. Mobilpun meluncur meninggalkan rumah Ibu Titin. Dengan berat hati Mia meninggalkan neneknya.
Perjalanan dari Sumedang menuju ke Jakarta berjalan lancar. Hanya saja ketika mereka memasuki tol Bekasi jalanan mulai mengalami kemacetan.
Mereka sampai ke rumah Adrian pukul sembilan pagi. Mulyana memarkirkan mobilnya di depan rumah Adrian. Pintu pagar rumah Adrian sudah terbuka lebar. Dii halaman rumah nampak sebuah sedan mewah yang sudah bersiap-siap untuk berangkat. Ketika mereka hendak masuk ke dalam halaman rumah terlihat seorang pria dengan berpakaian rapih ala businessman ke luar dari dalam rumah. Mulyana tidak jadi masuk ke halaman rumah.
“Kita tunggu di sini sampai Tuan Adrian pergi,” kata Mulyana. Akhirnya mereka berdiri di depan rumah menunggu hingga pria itu pergi.
Pria itu berjalan menuju ke mobil, Ibu Ecin berjalan di belakang pria tersebut sambil membawakan tas kerja pria tersebut. Ibu Ecin memberikan tas kerja pria itu kepada supir lalu supir membawa masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian mobil itu meluncur meninggalkan halaman rumah.
Setelah mobil itu tidak terlihat barulah Mulyana mengajak Eti dan Mia untuk masuk ke dalam halaman rumah.
“Assalamualaikum,” ucap Mulyana ketika masuk ke dalam halaman rumah. Ibu Ecin yang hendak masuk ke dalam rumah menoleh ke belakang.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Ecin.
Ibu Ecin menghampiri mereka. Mulyana dan Eti mencium tangan Ibu Ecin. Mia juga mencium tangan Ibu Ecin
“Kalian sudah lama menunggu di luar?” tanya Ibu Ecin.
“Tidak lama, Bu. Baru beberapa menit yang lalu,” jawab Mulyana.
“Kalian sudah sarapan belum?” tanya Ibu Ecin.
“Belum. Tadi hanya makan camilan saja untuk mengganjal perut,” jawab Eti.
“Ibu sudah siapkan sarapan untuk kalian. Ayo masuk!” kata Ibu Ecin.
Ibu Ecin masuk ke dalam rumah melalui pintu ruang tamu. Mulyana, Eti dan Mia mengikuti Ibu Ecin dari belakang. Setelah mereka masuk ke dalam rumah Ibu Ecin mengunci kembali pintu ruang tamu. Lalu mereka berjalan menuju ke dapur.
Mereka duduk di meja makan yang ada di dapur. Ibu Ecin membuka tutup saji di atas meja makan. Sepiring ayam goreng, sayuran, sambal sudah tersaji di atas meja. Ibu Ecin mengambilkan piring dan sendok lalu ditaruh di atas meja.
“Makanlah! Kalian pasti sudah lapar,” kata Ibu Ecin.
“Nasinya ada di dalam rice cooker.” Ibu Ecin menunjuk ke rice cooker yang berada di atas kitchen set.
“Iya, bu,” jawab Mulyana.
Mereka pun mulai menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh Ibi Eci. Ibu Ecin melanjutkan pekerjaannya menyiapkan makan siang untuk Adrian.
“Ibu tidak makan?” tanya Mia.
“Ibu tadi sudah makan,” jawab Ibu Ecin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Yani
Masih nyimak
2024-01-07
0
Sandisalbiah
masih santuy nih alurnya.. belum masuk yg berat²
2023-11-13
1
Fatur Rahman
salam kenal kak
2023-10-02
1