Sementara itu di ruang keluarga Mia sedang duduk-duduk bersama Ibu Titin, Ibu Ecin dan Lina. Mereka sedang berbincang-bincang sambil makan jeruk.
“Pemuda yang tadi teman Tuan Adrian?” tanya Ibu Titin.
“Iya,” jawab Mia.
“Kamu mengenalnya?” tanya Ibu Titin.
“Tidak begitu mengenalnya hanya sering ketemu di kantor Tuan Adrian. Dia suka numpang makan di kantor Tuan Adrian,” jawab Mia.
“Dari dulu dia memang sering ke kantor Tuan Adrian,” kata Ibu Ecin.
“Ibu Ecin sering bertemu dengannya?” tanya Ibu Titin.
“Iya, kalau dia sedang main di kantor Adrian,” jawab Ibu Ecin.
Ibu Titin diam lalu berpikir.
Tiba-tiba pintu ruang kerja Adrian terbuka. Daniel keluar dari ruang kerja Adrian. Adrian mengikuti Daniel dari belakang.
“Nggak bisa begitu! Elu nggak boleh curang dong!” kata Daniel kepada Adrian.
“Curang bagaimana? Gue nggak curang. Gue cuma mau lindungi Mia,” jawab Adrian.
“Gue juga mau melindungi dia, memang cuma elu yang bisa ngelindungi dia? Gue juga bisa,” kata Daniel yang tidak mau kalah.
Ibu Titin menghampiri Adrian dan Daniel.
“Ada apa ini ribut-ribut?” tanya Ibu Titin.
“Ini Mak, Adrian melarang saya untuk membantu Mia. Karena dia sudah melamar Mia,” jawab Daniel.
“Padahal baru ngelamar dan Mia belum memberikan jawaban. Lagi pula dia curang, Mak. Dia memanfaatkan kejadian ini untuk bisa menikahi Mia. Dasar playboy cap kuku kebo!” lanjut Daniel.
“Elu juga mau menolong Mia biar bisa dekat dengan Mia, kan?” tanya Adrian yang tidak mau kalah juga.
“Memang iya. Waktu pertama kali bertemu Mia, gue udah terang-terangan menunjukkan rasa suka gue sama Mia. Nggak kayak lu, lu sering galak sama Mia. Sedikit-sedikit elu marahin Mia. Mia nggak punya salah, lu marahin terus. Sekarang tiba-tiba elu melamar dia hanya karena merasa bertanggung jawab atas kejadian kemarin. Kan aneh banget,” jawab Daniel.
“Kalau gue sayang sama dia memang kenapa? Masalah buat lu?” tanya Adriian.
Daniel hendak menimpali omongan Adrian, tapi langsung ditengahi oleh Ibu Titin.
“Sudah-sudah, jangan ribut lagi!” seru ibu Titin.
“Malu di dengar orang, kalian seperti anak kecil saja,” kata Ibu Titin.
“Daniel yang duluan, Mak,” ujar Adrian.
“Sekarang begini saja. Kita tunggu keputusan Mia, apakah ia menerima lamaran Adrian atau tidak. Kalau Mia menolak lamaran Adrian, maka Daniel boleh mendekati Mia. Sudah begitu saja, jangan berantem lagi!” kata Ibu Titin.
“Berarti saya harus menunggu, dong?” tanya Daniel.
“Iya. Bagaimanapun juga Adrian yang sudah lebih dahulu melamar Mia,” jawab Ibu Titin.
“Yah, harus menunggu lama,” kata Daniel kecewa.
“Mudah-mudahan tidak akan lama,” jawab Ibu Tutin.
“Sudah, sekarang bubar!” kata Ibu Titin.
“Tuh, sama Emak di suruh bubar. Pergi sana, lu! Nanti Bokap lu marah kalau lu nggak masuk kantor,” kata Adrian.
“Gue masih mau di sini nemenin Mia. Lagipula gue sudah bilang ke sekretaris gue kalau gue ada urusan,” jawab Daniel.
“Tuan Adrian tidak ke kantor?” tanya Ibu Titin.
“Tidak, Mak. Kerja di rumah saja, mau lihat perkembangan Mia,” jawab Adrian.
Daniel mencibir Adrian.
“Bilang aja mau dekat-dekat dengan Mia,” sahut Daniel.
“Nama juga calon suami, wajar kalau mau dekat dengan calon istri,” jawab Adrian.
“Calon suami yang belum tentu diterima,” ujar Daniel.
Ibu Titin menghela nafas mendengar pertengkaran Daniel dan Adrian.
“Sudah, jangan bertengkar lagi!” seru Ibu Titin dengan kesal.
Adrian dan Daniel akhirnya diam. Mereka duduk di sofa. Adrian menyalakan televisi. Ia mencari channel berita tentang bisnis. Akhirnya kedua sahabat itu fokus menonton bisnis hari ini.
Mia menghampiri Ibu Ecin yang sedang berada di dapur.
“Bu Ecin, Mia bisa minta tolong?’” tanya Mia.
“Minta tolong apa?” tanya Ibu Ecin.
“Tolong belanja ke supermarket. Semua persediaan sudah habis,” jawab Mia.
“Iya, bisa,” jawab Ibu Ecin.
“Sekalian ajak Emak, biar Emak bisa lihat-lihat kota Jakarta,” kata Mia.
“Iya, Mia,” jawab Ibu Ecin.
“Ceu Odah dan Asih juga diajak untuk bantu-bantu mendorong trolley,” kata Mia.
“Baik, Mia,” jawab Ibu Ecin.
Mia menghampiri Ibu Titin yang sedang menonton televisi bersama Adrian dan Daniel.
“Mak, ikut Ibu Ecin belanja ke supermarket, ya!” kata Mia.
Ibu Titin menoleh ke Mia.
“Ibu Ecin mau belanja apa?” tanya Ibu Titin.
“Mau belanja bulanan,” jawab Mia.
Adrian mendengarkan percakapan Mia dengan Ibu Titin.
“Mak. Kalau mau beli apa-apa di sana, beli aja! Bayar pakai kartu debit untuk belanja,” kata Adrian.
“Iya, kalau ada yang Emak mau Emak akan beli,” jawab Ibu Titin.
“Saldonya masih banyak, kan?” tanya Adrian kepada Mia.
“Masih banyak,” jawab Mia.
“Kalau begitu Emak mau siap-siap dulu,” kata Ibu Titin. Ibu Titin beranjak dari sofa. Ia masuk ke dalam kamar Mia untuk bersiap-siap. Mia masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil kartu debit yang biasa ia pakai belanja untuk kebutuhan rumah. Ibu Titin sedang berdandan.
“Kamu tidak apa-apa kalau Emak tinggal?” tanya Ibu Titin sambil menggunakan kerudung.
“Nggak apa-apa, Mak. Kan ada Lina yang menemani Mia,” jawab Mia.
Mia mengambil tasnya lalu mengambil kartu debit dari dalam tas.
“Itu apa?” tanya Ibu Titin melihat kartu yang dipegang oleh Mia.
“Oh, ini kartu debit untuk belanja kebutuhan sehari-hari,” jawab Mia.
“Adrian baik kepadamu?” tanya Ibu Titin.
“Baik, Mak,” jawab Mia.
“Tadi Daniel bilang Adrian sering galak kepadamu,” kata Ibu Titin.
“Memang kadang-kadang galak. Mungkin dia kesal karena Mia belum lancar dalam bekerja,” jawab Mia.
“Apa dia pernah berbuat jahat kepadamu?” tanya Ibu Titin.
“Belum pernah, Mak. Walaupun dia galak tapi dia selalu bersikap baik kepada Mia,” jawab Mia.
“Kamu jangan lupa sholat istikharah, minta yang terbaik,” kata Ibu Titin.
“Iya, Mak,” jawab Mia.
“Sudah, ah. Nanti Emak ditinggalin Ibu Ecin,” ujar Ibu Titin.
“Tidak akan, Mak. Kartu debitnya ada di Mia,” kata Mia.
“Oh iya, ya,” ujar Ibu Titin.
Ibu Titin dan Mia keluar dari kamar Mia. Ibu Ecin, Odah dan Asih sudah menununggu di ruang tengah. Mia menghampiri Ibu Ecin.
“Ini Bu kartunya.” Mia memberikan kartu debit kepada Ibu Ecin.
“Bu Ecin. Kalau Emak mau beli apa-apa belikan saja!” sahut Adrian.
“Baik, Tuan,” jawab Ibu Ecin.
“Ayo kita berangkat sekarang!” kata Ibu Ecin.
“Emak beangkat dulu, ya,” pamit Emak kepada Mia.
“Iya, Mak.” Mia mencium tangan Ibu Titin.
Emak menghampiri Adrian dan Daniel.
“Tuan Adrian Tuan Daniel, Emak berangkat dulu,” pamit Emak.
“Iya, Mak. Selamat bersenang-senang,” ucap Adrian sambil melambaikan tangannya.
“Assalamualikum,” ucap Ibu Titin.
“Waalaikumsalam,” jawab semua yang ada di ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Yani
Daniel dan Adrian bersaing 🤭
2024-01-09
0
Sandisalbiah
beneran penasaran sama Daniel dan Papanya.. melihat emak Titin yg merasa gak asing dgn sosok Daniel,
2023-11-13
1
Nurul Aini
disini tokoh karakter yang berjiwa besar adalah Bu Ecin. Baik tidak dengki.
2023-09-11
4