Terdengar suara pintu diketuk.
“Nah, itu pasti Mia datang,” kata Daniel. Daniel beranjak dari sofa lalu membukakan pintu. Ketika pintu dibuka Mia sedang berdiri di depan pintu.
“Eh, Mia sudah datang,” kata Daniel dengan wajah berseri.
“Ayo, masuk!” Daniel mempersilahkan Mia masuk ke dalam.
“Assalamualaikum,” ucap Mia.
“Waalaikumsalam,” jawab Adrian dan Daniel.
Mia masuk ke dalam ruangan Adrian. Ia menaruh rantang di atas meja sofa. Ia mengambil piring, sendok dan gelas dari dalam pantry lalu ia tata di atas meja. Setelah itu Mia mengeluarkan rantang dari dalam tas kain. Ia menata rantang di atas meja.
“Wah, kelihatannya makanannya enak sekali,” ujar Daniel.
“Lu mesti bayar kalau mau makan di sini! Mia masak pakai uang, bukan gratis dari tukang sayur!” kata Adrian.
“Tenang saja, nanti gue bayar asalkan gue diperbolehkan makan terus di sini,” jawab Daniel.
Mia hanya diam mendengarkan percakapan ke dua orang tersebut.
“Makanannya sudah siap, Tuan,” kata Mia.
“Terima kasih Mia,” ucap Daniel.
Adrian dan Daniel menikmati makanan yang dibawakan oleh Mia. Seperti biasa ketika Adrian dan Daniel sedang makan Mia pergi ke mushola untuk sholat dzuhur.
Setelah selesai sholat dzuhurMia kembali ke ruangan Adrian. Adrian dan Daniel sudah selesai makan. Mia membereskan meja dan mencuci peralatan makan. Setelah selesai Mia pamit untuk pulang.
“Tuan, saya pamit pulang,” kata Mia.
“Iya, hati-hati di jalan,” kata Adrian.
“Mia, bareng sama saya. Saya mau kembali ke kantor,” kata Daniel.
Mia berdiri di dekat pintu menunggu Daniel.
“Adrian, gue cabut dulu. Terima kasih atas makan sianganya,” pamit Daniel.
“Jangan cuma terima kasih. Bayar lu!” seru Adrian.
“Nanti gue transfer uangnya,” jawab Daniel.
Daniel beranjak dari tempat duduk menuju ke pintu.
“Asaalamualaikum,” ucap Daniel.
“Waalaikumsalam,” jawab Adrian.
Mia dan Daniel meninggalkan ruangan Adrian. Di luar ruangan Adrian nampak sepi, sepertinya para karyawan belum kembali dari makan siang. Mia dan Daniel keluar dari kantor Adrian menuju ke liff. Mia menekan tombol turun namun pintu liff belum terbuka sepertinya banyak yang menggunakan liff. Mereka harus menunggu sampai pintu liff terbuka. Daniel memelepon supirnya agar menjemputnya di lobby gedung.
Akhirnya pintu liff terbuka Mia dan Daniel masuk ke dalam liff. Daniel menekan lantai dasar. Pintu liff tertutup dan liff pun bergerak turun. Sesampai di lobby mobil Daniel sudah berada di depan lobby.
“Mia, kita pulang bareng. Saya antar sampai rumah,” kata Daniel.
“Tidak usah, Tuan. Terima kasih,” jawab Mia.
“Ayolah, Mia! Sekali saja saya mengantarkanmu pulang. Lagupula kita tidak hanya berdua tapi bertiga dengan supir saya,” rayu Daniel.
“Terima kasih, Tuan. Tidak usah.” Lagi-lagi Mia menolak Daniel.
Daniel meraih tangan Mia lalu membawa Mia ke mobilnya. Daniel membukakan pintu, dengan halus Daniel memaksa Mia masuk ke dalam mobil.
“Please, Mia! Kali ini saja saya antar kamu pulang,” kata Daniel.
Para karyawan yang hendak masuk ke gedung memperhatikan mereka. Mereka menjadi tontonan para karyawan yang bekerja di gedung tersebut. Mia berpikir sejenak, akhirnya Mia mengangguk. Mia masuk ke dalam mobil Daniel.
“Yes!” seru Daniel kegirangan. Daniel menutup kembali pintu mobil. Lalu ia masuk melalui pintu sebelah.
“Jalan, Pak!” kata Daniel setelah di dalam mobil. Mobil Daniel pun nmeluncur meninggalkan gedung tersebut.
Sepanjang perjalanan Daniel mengajak Mia berbicara hanya sekedar untuk basa-basi agar Mia tidak merasa cangguh.
“Kamu berapa bersaudara?” tanya Daniel.
“Saya anak tunggal. Saya tidak punya punya saudara kandung,” jawab Mia.
“Orang tua kamu masih ada?’ tanya Daniel.
“Mamah saya sudah meninggal ketika melahirkan saya,” jawab Mia.
“Kalau papah masih ada?” tanya Daniel.
“Kata emak, papah sudah meninggal. Tapi tidak di makamkan di kampung. Makamnya ada di Jakarta,” jawab Mia.
“Coba kamu tanya sama emak, dimana letaknya makam papahmu. Kapan-kapan kita cari makam papahmu,” kata Daniel.
“Emak lupa nama daerah pemakamannya,” jawab Mia.
“Sayang kalau emak sampai lupa nama tempat pemakamannya. Padahal saya bisa menyuruh orang untuk mencari makam papahmu,” kata Daniel.
“Tidak usah repot-repot, Tuan. Biarlah makam papah tidak ditemukan, yang penting Papah sudah tenang di sana,” ujar Mia.
“Papahmu pasti akan bangga memiliki putri yang soleha,” kata Daniel.
Tidak terasa akhirnya mereka sampai di rumah Adrian. Mobil Daniel berhenti di depan rumah Adrian.
“Terima kasih atas tumpangannya, Tuan,” ucap Mia sebelum turun dari mobil.
“Sama-sama, Mia,” jawab Daniel.
“Assalamualaikum,” ucap Mia.
“Waalaikumsalam,” jawab Daniel.
Mia turun dari mobil Daniel. Seorang penjaga rumah Adrian membuka pintu pagar. Mia masuk ke halaman rumah Adrian.
“Selamat siang, Mbak Mia. Baru pulang, ya?” sapa penjaga rumah itu.
“Siang, Pak Sapto. Iya, baru pulang dari kantor Tuan Adrian,” jawab Mia.
“Tapi kok diantar mobil mewah. Bukan naik taksi online?” tanya Pak Sapto.
“Oh, itu mobil teman Tuan Adrian. Kebetulan beliau ada keperluan di dekat sini. Jadi beliau ngajak bareng,” jawab Mia berbohong.
“Oh, begitu,” ujar Pak Sapto sambil memandangi Mia seolah menel4nj4ngi Mia.
Mia bergidik melihat tatapan mata Pak Sapto. Ia cepat-cepat masuk ke dalam rumah.
Sudah beberapa hari ini Pak Sapto menggantikan Pak Suwito yang sedang sakit. Pak Sapto adalah penjaga di pabrik Adrian. Semenjak Pak Sapto bekerja di sini, Mia merasa tidak nyaman. Hati Mia mengatakan agar dia berhati-hati dengan penjaga yang satu ini. Pak Sapto masih muda tapi cara ia memandangi Mia seperti orang yang kelaparan dan siap menerkamnya kapan saja.
Mia keluar dari kamar mandi, ia baru saja bersih-bersih. Ia berjalan menuju ke kamarnya namun ia terkejut melihat pintu kamarnya terbuka sedikit. Seingat Mia tadi sewaktu ia hendak keluar dari kamar ia menutup pintu dengan rapat.
Apa tadi Mia lupa menutup dengan rapat? tanya Mia di dalam hati.
Tanpa ada rasa curiga Mia masuk ke dalam kamarnya. Alangkah terkejutnya Mia melihat Pak Sapto berada di dalam kamarnya. Pak Sapto langsung mendekati Mia, ia hendak memperk0s4 Mia.
Sementara itu di kantor Adrian.
Adrian merasa gelsah. Entah mengapa perasaannya tidak tenang setelah Mia pulang ke rumah.
Kenapa perasaan gue jadi gelisah begini, ya? Kok tiba-tiba gue mengkhawatirkan Mia? tanya Adrian di dalam hati.
Lebih baik gue pulang saja. Takut ada apa-apa sama Mia, kata Adrian.
Adrian mengambil suitnya yang tergantung di gantungan baju lalu ia keluar dari ruangannya.
“Ryan, saya mau pulang. Saya sedang tidak sehat. Kalau ada yang harus saya tanda tangani bawa saja ke rumah!” kata Adrian.
“Baik, Pak,” jawab Ryan.
“Tapi nanti sore Bapak ada pertemuan dengan Pak Adam dari Cipta Company,” kata Nita.
“Batalkan saja. Reschedule lagi! Saya sedang tidak sehat,” jawab Adrian.
“Baik, Pak,” jawab Nita.
Adrian berjalan keluar dari kantornya sambil menelepon Mia. Lama Adrian menunggu namun Mia tidak menjawab teleponnya. Adrian kembali menelepon Mia namun tetap saja tidak dijawab.
“Ayolah Mia, angkat teleponnya!” kata Adrian dengan tidak tenang.
Tetap saja telepon Mia tidak di angkat.
“Pak Ratno, cepat bawa mobil ke depan lobby sekarang juga!” kata Adrian kepada supirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Sri Puryani
tolong mia thor....jgn sampe mia diperkosa sapto
2025-03-22
0
Yani
Semoga tidak terjadi ap" sama Mia aduh tegag ey...
2024-01-08
0
Sandisalbiah
wah... aku curiga dan was² ke Adrian, ini malah satpam pengganti yg cari mati.. semoga Mia bisa jaga diri...
2023-11-13
1