Episode 8. ke rumah mertua.

Sore harinya, Bian menjemput istrinya. Bian kini sudah berada di perusahaan tempat istrinya bekerja, dia menunggu istrinya keluar dari kantor.

Akhirnya, Laura keluar dari kantor dan melihat sekeliling untuk mencari mobil yang akan menjemputnya. Bian kemudian melambaikan tangannya dari mobil.

Laura kemudian masuk ke dalam mobil. Bian langsung mengendarai mobil menuju apartemen.

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Bian.

"Lancar," jawab Laura singkat.

Tidak ada pembicaraan apapun lagi sampai mereka sampai di rumah. Selama perjalanan, Bian fokus menyetir mobil, sementara Laura melihat sekeliling jalan.

Bian dan Laura akhirnya sampai di apartemen, dan kini mereka berdua sudah berada di dalam rumah.

"Kenapa di sini baunya sangat harum? Apa kamu memasak sesuatu?" tanya Laura.

"Sungguh hebat penciuman istriku ini, benar sekali aku membuatkan menu spesial untukmu," jawab Bian dengan senyum.

Bian menyuruh Laura untuk mandi terlebih dahulu, sementara itu Bian pun segera mempersiapkan hidangan saat Laura sedang mandi.

Setelah Laura selesai mandi dan berganti pakaian, dia langsung menuju ke ruang makan. Bian yang melihat istrinya yang baru selesai mandi terkagum dengan kecantikan Laura bahkan dia tidak menoleh sedikit pun.

"Ada apa kamu terus melihatku, dasar mesum," ucap Laura.

"Karena kamu sangat cantik, mana mungkin aku tidak memandangi kecantikanmu," ucap Bian dengan senyuman.

"Kamu dasar mesum," ucap Laura.

"Kamu memang cantik, tapi kenapa ada laki-laki bodoh yang tidak bisa melihat kecantikanmu," ucap Bian.

"Sudahlah, aku akan makan. Lebih baik kamu segera mandi, kalau tidak, aku akan menghabiskan semua makanan ini."

"Apa kamu mampu menghabiskan makanan sebanyak ini?"

"Sudahlah, cepat mandi saja."

"Baik, istriku."

Bian kemudian langsung pergi ke kamar mandi dan membersihkan seluruh badannya. Setelah selesai mandi, Bian berganti pakaian lalu menemani istrinya makan.

Malam harinya, Laura mendapat panggilan dari Ayahnya bahwa ibunya sangat merindukan dirinya dan meminta Laura datang ke rumahnya. Ibunya juga mengatakan Laura harus membawa suaminya.

Bian dan Laura kini pergi menuju ke rumah Ayah Laura, di sana mereka disambut oleh pelayan rumah tersebut.

"Selamat datang di rumah, Nak," ucap ibunya Laura pada putrinya dan menantunya.

"Makasih, Bu."

Bian dan Laura kini sudah berada di ruang makan, mereka disuguhi makanan yang sangat mewah.

Bagi Laura, mungkin makanan ini biasa saja, tapi bagi Bian, makanan ini sangat istimewa. Namun, dalam hatinya, dia bertanya-tanya kenapa Laura meremehkan makanan ini. Apakah karena dia pernah mencicipi makanan yang lebih istimewa?

Di samping itu, ayah mertuanya terus memperhatikan Bian, mungkin mencari tanda apakah Bian tertarik dengan makanan mewah ini. Namun, Bian bersikap biasa saja, hal itu membuat ayah mertuanya naik pitam.

"Kenapa kamu tidak memakan hidangan kamu? Apa kamu merasa bahwa makanan ini sangat tidak enak?" Ucapnya dengan nada marah kepada Bian, hingga Laura dan ibunya kaget.

"Maaf, ayah mertua, aku tidak pernah mengatakan bahwa makanan ini tidak enak."

"Lalu kenapa kamu tidak memakan hidangannya?"

"Ayah dan ibu belum mempersilahkan aku untuk makan, karena itu aku tidak mau mendahului tuan rumah. Aku bukan tipe orang yang akan mengambil barang yang bukan milikku. Aku akan makan jika kalian berdua sudah mengizinkanku."

"Kalau begitu, makanlah," ucapnya.

"Terima kasih." Ibunya Laura yang melihat menantunya sangat kagum. Walaupun dia berasal dari kampung, Bian masih memiliki sopan santun.

Ibunya Laura sangat bersyukur bahwa putrinya memiliki suami yang sangat sopan.

"Laura, bagaimana dengan kandungan kamu?"

"Baik-baik saja, Pah."

"Apa bocah ini selalu merepotkan kamu?"

"Tidak, sama sekali. Justru dia selalu membantuku, Pah," ucap Laura. Bian merasa sangat senang karena Laura membelanya.

"Apa kamu bilang dia membantu kamu? Bukankah dia hanya seorang pengangguran."

"Dia memang pengangguran, tapi dia tetap menjaga aku dengan baik. Saat aku sedang ngidam, dia terus berada di dekatku, bahkan dia selalu memperhatikan kesehatanku dan membuat makanan bergizi untukku," ucapnya.

mereka kini kembali ke apartemen. Saat Bian dan Laura akan pulang, Ibunya Laura meminta keduanya untuk menginap, tapi Laura meminta untuk tinggal di apartemen saja.

"Istriku, terima kasih telah membela aku tadi di depan ayah mertua."

"Aku tidak membelamu sama sekali, aku hanya tidak ingin ayahku selalu merendahkan orang lain."

"Tapi aku tetap mengucapkan terima kasih."

Saat dalam perjalanan, Bian melihat seorang laki-laki dan wanita. Ketika Bian melihat keduanya, dia merasa mengenali mereka, tapi saat Bian mencoba mengingatnya, kepalanya terasa sangat pusing.

Laura yang melihat Bian merasa sangat aneh, langsung menepuk pundaknya.

"Bian, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa."

"Apa kamu sakit? Bagaimana kalau aku yang menggantikan kamu untuk menyetir?"

"Tidak usah, biar aku saja yang menyetir. Lebih baik kamu tidur saja di dalam mobil. Sudah malam, kamu harus tidur, tak bagus untuk kesehatanmu."

Laura menuruti perkataan Bian. Dia kini sudah tidur di dalam mobil, sementara itu Bian terus melajukan mobilnya menuju ke apartemen.

mereka berdua sudah sampai di apartemen. Bian membangunkan istrinya karena istrinya tidak bangun. Bian terpaksa menggendong istrinya masuk ke dalam rumah, kemudian dia meletakkan istrinya di atas kasur.

Setelah menidurkan istrinya, Bian langsung menuju ke sofa untuk tidur. Saat Bian sedang tidur, dia bermimpi tentang seorang wanita cantik yang memanggil dirinya kakak. Bian merasa sangat akrab dengan wanita tersebut, namun dia tidak mengenali siapa wanita itu. Berkali-kali dia mencoba mengingatnya, namun sepertinya dia dihalangi oleh tembok besar.

Tak terasa, Bian bangun dari mimpinya. Dia kemudian langsung mencuci mukanya karena hari sudah menjelang pagi.

"Siapa sebenarnya wanita yang ada di dalam mimpiku? Kenapa aku tidak mengenalinya?"

"Apa dia adalah kenalanku? Oh ya, bukankah aku mengalami amnesia? Lalu, ada hubungan apa wanita itu denganku?"

"Kenapa wanita yang ada di dalam mimpi memanggilku Kakak?"

"Apa jangan-jangan dia adalah keluargaku?" Semakin Bian memikirkannya, semakin sakit kepalanya.

Laura bangun dari tidurnya dan terkejut karena dirinya sudah berada di dalam kamar miliknya.

Singkat cerita, seperti biasa, Bian mengantar istrinya bekerja. Di dalam mobil, Bian masih memikirkan tentang mimpinya tersebut.

"Kenapa aku selalu memikirkannya? Memangnya siapa sebenarnya dia?"

Bian kini sudah sampai mengantarkan istrinya sampai di perusahaan.

"Oh ya, Bian, nanti sore kita makan di luar. Aku sepertinya ingin makan di restoran."

"Istriku, apa kamu sedang ngidam?"

"Aku tidak tahu, entah kenapa aku hanya ingin makan di restoran saja. Kamu pasti akan merasa senang karena kamu pasti tidak pernah makan di restoran," ucap Laura.

"Baiklah, nanti sore kita makan di restoran. Berarti aku tidak perlu masak."

"Tidak perlu, kamu masak untuk besok pagi saja."

"Baiklah."

~Bersambung~

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

AMELIA ADIK LOO

2023-10-02

0

Sutarwi Ahmad

Sutarwi Ahmad

kasian Thor nian udah amnesia masih direndahkan mrtuanya.

2023-07-24

0

Adiwaluyo

Adiwaluyo

masih sulit untuk mengembalikan ingatannya

2023-01-21

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!