Setelah ucapan aneh Arnold yang membuat Andre dan Nadia tertawa, kini semua fokus mereka mengarah ke Abel. Mereka sangat penasaran dengan kehidupan Abel selama 3 tahun ini, walaupun nantinya Anara dan Arnold juga takkan terlalu paham.
"Jadi Abel mau nggak cerita bagaimana kehidupan kamu disana selama tinggal sama mama?" tanya Andre dengan hati-hati.
"Tapi papa ndak boleh marah ya?" ucap Abel sambil menyodorkan kelingkingnya.
Andre yang mendengar itu menganggukkan kepalanya setuju kemudian mengaitkan jari kelingkingnya bertaut pada kelingking Abel.
"Waktu mama membawa Abel pergi, kami tinggal di rumah mewah hampir sama dengan rumah ini. Disana ada oma, opa, dan papa baru Abel. Saat sampai, Abel langsung dibawa maid ke bagian belakang rumah utama karena akan tinggal disana bersama maid yang lain. Kata mama, aku nggak pantas tinggal di rumah utama nanti lantainya kotor kalau aku ada disana" ucap Abel dengan polosnya.
Deg...
Andre benar-benar shock ketika tahu kalau mantan istrinya mengucapkan kalimat yang tak pantas itu kepada anaknya. Anak gadisnya yang lucu, polos, dan ceria dianggap kotoran oleh ibunya sendiri. Ia berusaha menahan emosi yang mulai membuncah di dadanya.
"Abel menurut aja sama kata mama yang penting Abel masih ada tempat untuk tidur. Selama tinggal di rumah khusus maid, disana Abel tidur di sebuah ruangan bekas gudang bahkan disana hanya ada tikar yang sudah berlubang hiks... Disana dingin papa, badan Abel sakit semua kalau bangun tidur hiks"
Abel bercerita sambil menangis, ia mengadu tentang apa yang dirasakannya selama ini. Nadia dan Andre yang mendengarnya merasakan sesak di dadanya. Bahkan mata keduanya sudah berkaca-kaca.
"Memangnya kamu tak diberi kasur atau selimut sama mama?" tanya Andre.
"Tidak, setiap ada maid yang mau memberikan kasur, bantal, dan selimut maka maid itu langsung dipecat sama oma. Setelah itu tak ada lagi yang mau membantu Abel. Abel selama ini hanya makan makanan sisa dari maid, kalau tak ada sisa berarti Abel harus puasa. Makanya tadi Abel sampai menambah makanan berulang kali karena baru pertama kali ini makan makanan yang enak lagi" jawabnya.
Pantas saja Abel tadi memakan makanannya dengan mata yang berbinar-binar. Bahkan badan Abel pun terlihat lebih kurus dibandingkan dengan Anara. Andre langsung menarik Abel masuk ke dalam pelukannya. Andre ingin menangis mendengar penderitaan anaknya, namun ia harus berusaha tegar di depan semua anaknya.
"Oma, opa, dan Papa Lian selalu marah-marah dan bentak-bentak kalau sampai mereka melihat Abel berkeliaran di rumah utama. Saat Abel dimarahi, mama melihatnya dan nggak peduli sama Abel. Hiks bahkan Abel sering ditendang dan dipukul pakai tongkat bola kasti sama mereka dan mama hanya melihat nggak nolongin Abel hiks... Papa, tangan dan punggung Abel nyeri. Abel udah teriak minta tolong tapi nggak ada yang nolongin hiks" lanjutnya.
Tangisan pilu Abel menular ke Andre, dirinya sudah terisak pelan karena tak kuat mendengar aduan anaknya. Kehidupan anaknya sangatlah berat, sedangkan dirinya selama ini tidur dan makan enak tanpa tahu kalau anaknya mengalami hal mengerikan seperti ini.
"Punggung Abel juga kerasa panas kebakar karena oma selalu pukul Abel pakai besi panas bekas panggangan buat barbeque yang sudah rusak hiks Abel udah nangis dan teriak kenapa nggak ada yang nolongin, papa? Padahal Abel nggak nakal, cuma masuk sebentar saja ke rumah utama buat ambil minum kenapa dihukum kaya gitu, papa? Kenapa? Huaaaa Apa salah Abel hiks?" ucap Abel.
Abel berteriak dan menangis histeris setelah selesai menceritakan semuanya. Bahkan kini Anara dan Arnold juga ikut menangis saat tahu bahwa kakak mereka di pukuli, hanya itu saja yang mereka berdua tangkap dari cerita kakaknya. Sedangkan Andre dan Nadia benar-benar sudah tidak bisa berkata-kata lagi, mata mereka memerah menahan amarah karena memperlakukan Abel seperti itu. Nadia segera memeluk Anara dan Arnold yang tengah menangis kemudian mengelusnya lembut begitupula dengan Andre yang menenangkan Abel.
Setelah lama menangis, Anara dan Arnold pun kini sudah lebih tenang dan tertidur di pelukan Nadia walaupun suara sesenggukan masih terdengar jelas. Nadia menidurkan keduanya diatas karpet tebal yang ada di ruang keluarga. Setelah menaruh keduanya, ia pun segera mendekat ke arah Andre dan Abel.
"Abel sekarang udah nggak akan ngerasain kaya gitu lagi. Sekarang Abel bisa makan sepuasnya disini, tidur di kasur empuk dan wangi bahkan lengkap dengan bantal, guling, dan selimutnya. Abel juga nggak akan dipukul atau dibentak-bentak lagi karena papa akan pastikan kalau Abel aman disini dan nggak akan pernah ketemu sama mereka lagi. Kita akan tinggal disini bersama papa, Anara, Arnold, kakek, dan nenek" ucap Andre dengan lembut.
"Apa nenek dan kakek akan menerima Abel, papa?" tanya Abel dengan menatap dalam mata Andre.
Andre lemah, ia benar-benar lemah melihat tatapan keraguan dan kesakitan yang terpancar di mata Abel. Bahkan dengan orangtua pihak papanya pun dia merasa takut kalau tidak terima.
"Mereka pasti akan menerima Abel" jawab Andre dengan serak.
"Terimakasih papa" ucap Abel dengan tersenyum.
Andre kembali memeluk anaknya erat kemudian mencoba untuk mengelus lembut punggungnya agar anaknya ini merasa nyaman berada di dekatnya. Tak berapa lama Abel pergi ke alam mimpi menyusul kedua saudaranya yang sudah terlelap. Andre segera menaruh anaknya di atas kerpet tebal bersama kedua saudaranya yang lain.
***
Setelah melihat ketiga anaknya tertidur, Andre berlalu pergi dari ruang tamu. Ia pergi ke halaman belakang rumahnya dengan kedua tangan yang mengepal kuat. Andre melampiaskan semua amarah yang membuncak dalam dadanya disana. Ia menangis sejadi-jadinya bahkan memukuli tembok berulang kali hingga tangannya sampai berdarah. Rasa sakit pada tangannya takkan sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan anaknya selama 3 tahun ini. Ia merasa sangat bersalah karena tak memaksa lebih keras lagi untuk bertemu anaknya.
Bugh... Bugh...
Arrrghhh...
Oh... Tuhan, kenapa kau membiarkan anakku terluka seperti ini?
Aku tidak becus menjaganya sampai dia seperti ini
Aku adalah papa yang gagal
Bugh... Bugh... Bugh...
Arrghhh... Aku pastikan kalau orang-orang yang menyakiti putriku akan aku hancurkan semua
Dibalik pilar pintu keluar, Nadia melihat bagaimana kacaunya keadaan Andre saat ini pun hanya meringis pelan. Melihat Andre yang terus saja memukul tembok mengabaikan rasa sakitnya, membuat dia merasa kasihan. Andre pasti merasa sangat bersalah pada Abel setelah mendengar semua cerita yang disampaikan gadis cilik itu. Andre yang biasanya berwajah dingin kini begitu lemah ketika mendengar bahwa kehidupan anaknya hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Nur Qamariah
kasian abel
2023-07-26
0
Mur Wati
ini yg namanya ibu kandung serasa ibu tiri
2023-07-20
0
Aksal hasbi Ramadhan
ya alloh kasian sekali Abel nya,😭😭😭
2023-07-17
0