Di pagi hari yang begitu cerah dan sejuk ini, Nadia terbangun dari tidur nyenyaknya dan segera saja duduk di kasurnya untuk mengumpulkan nyawanya.
"Hoammm... Selamat pagi dunia. Aku siap memulai hari pertamaku disini dengan hati yang gembira" seru Nadia sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.
Setelah nyawanya terkumpul, ia segera menuju ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk keluar mencari makanan. Saat ini ia tengah keluar kontrakan untuk mencari makan di area sekitar dan menemukan sebuah kedai yang menjual menu sarapan lengkap seperti nasi kuning, nasi uduk, dan beberapa sayur pelengkap. Nadia segera saja menuju ke sana dan terlihatlah banyak orang yang sedang mengantri untuk membeli beberapa makanan. Nadia segera mengantri sesuai urutannya.
"Hiks... Hiks... Hiks... Ndak mau, nenek huaaaa" tangis seorang gadis kecil yang terus merengek pada seorang wanita paruh baya yang sepertinya adalah nenek dari gadis kecil itu.
Terlihat sekali kalau wanita paruh baya itu sangat kesulitan menghadapi si gadis kecil terlebih beliau sedang membawa banyak sekali barang belanjaan. Sepertinya si gadis kecil itu meminta untuk di gendong, sedangkan sang wanita paruh baya menolaknya karena sedang membawa banyak barang. Orang-orang disana yang berlalu lalang terlihat acuh tak acuh dengan kejadian itu. Bahkan terkesan tak peduli.
"Gendong huaaaa" pekik gadis kecil itu mengeraskan suara tangisannya.
Karena kasihan melihat wanita paruh baya yang sudah terlihat frustasi bagaimana menenangkan sang gadis kecil, akhirnya Nadia berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah dua orang berbeda usia yang sedang berada di dekat pohon pinggir jalan.
"Adik kecil kenapa menangis? Itu neneknya sedang keberatan lho bawa barang yang banyak, jangan minta gendong dulu ya" ucap Nadia dengan lembut sembari mengusap pipi gadis kecil yang sudah basah dengan air mata.
Wanita paruh baya dan si gadis kecil itu seketika saja melihat ke arah Nadia yang tengah menjongkokkan badannya agar sejajar dengan si gadis kecil.
"Ini nak, cucu saya minta gendong karena capek sedari tadi jalan kaki dari pasar ke rumah tapi saya nggak bisa karena saya bawa barang belanjaan" ucap wanita paruh baya itu yang tak lain adalah nenek dari si gadis kecil.
"Kalau gitu gimana biar Nadia saja yang bawa barang-barang ibu, sedangkan si kecil ini digendong sama ibu" saran Nadia dengan tersenyum ramah.
Wanita paruh baya yang bernama Anisa Livia Farda yang tak lain adalah nenek dari Anara Listya Farda itu seketika saja melihat ke arah sekeliling jalan yang terlihat lumayan ramai namun mereka sama sekali tak peduli dengan keadaan sekitar. Ada rasa takut di hati Mama Anisa ketika ditawari orang asing walaupun mungkin niatnya memang benar ingin membantu. Terlebih melihat pakaian Nadia yang seperti preman pasar.
"Ibu tenang saja, saya tidak akan macam-macam ataupun berniat jahat kepada kalian. Niat saya disini hanya membantu saja, kalau ibu mengijinkan saya akan senang hati membantu cuma kalau ibu tidak berkenan juga tidak apa-apa" ucap Nadia yang tahu kalau wanita paruh baya didepannya ragu terhadapnya.
"Eh... Bukan begitu, nak. Jangan salah sangka dulu, saya begini hanya waspada saja apalagi ini kan kota besar jadi kita nggak boleh asal percaya dengan orang" ucap Mama Anisa dengan tersenyum kikuk.
"Iya tak apa, bu. Saya mengerti, perkenalkan nama saya Nadia" ucap Nadia dengan memperkenalkan dirinya.
"Ah iya, nama saya Anisa. Panggil saja Tante Anisa. Kamu pendatang ya? Tante setiap hari lewat sini tapi baru pertama kalinya lihat nak Nadia" ucap Mama Anisa mencoba mengakrabkan diri.
"Iya tante, baru kemarin sore saya sampai di kota ini. Itu kontrakan saya di tempatnya Nenek Darmi" jawab Nadia dengan tersenyum ramah.
"Oh nenek Darmi? Kalau beliau sih saya kenal karena dulu pernah bekerja di tempat saya namun pensiun karena usianya sudah tua" ucap Mama Anisa mulai percaya dengan Nadia.
"Nenek" seru seorang gadis kecil dengan wajah cemberutnya karena merasa dilupakan oleh neneknya.
"Astaga... Maafkan nenek telah melupakanmu karena terlalu asyik ngobrol dengan kak Nadia" ucap Mama Anisa dengan menepuk dahinya pelan.
Anara sedari tadi sudah berhenti menangis semenjak kedatangan Nadia yang mengusap pipi basahnya. Namun setelah itu merasa sebal karena ia diabaikan oleh dua orang wanita dewasa itu.
"Oh iya, perkenalkan ini cucu saya namanya Anara bisa dipanggil Nara" ucap Mama Anisa memperkenalkan cucunya.
"Halo Anara cantik" sapa Nadia dengan senyuman ramahnya.
"Halo kakak" seru Anara dengan antusias.
"Kalau gitu tante minta tolong untuk gendong Anara saja, nak Nadia. Biar barang belanjaan ini tante yang bawa" ucap Mama Anisa meminta tolong.
"Ah baiklah, tante. Ayo sini kakak gendong" ucap Nadia yang kemudian menggendong Anara.
"Uh... Ternyata Anara berat juga ya" goda Nadia setelah berhasil menggendong Anara ala koala.
"Ih... Enggak ya, Anara itu enggak berat tau" ucap Anara dengan pipi menggembung karena kesal digoda Nadia.
"Hahaha iya-iya nggak berat kok nih buktinya kak Nadia bisa gendong Anara" ucap Nadia sambil tertawa.
Mama Anisa, Nadia, dan Anara pun segera berjalan menuju ke rumah dengan di perjalanan diselingi obrolan-obrolan ringan terutama tingkah lucu Anara yang mampu membuat suasana perjalanan itu terasa hangat. Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka sampailah di sebuah rumah yang terlihat sangat mewah dibandingkan dengan rumah-rumah disekitarnya.
"Kak Nadia, ini rumah kami. Besar kan?" ucap Anara dengan tingkah lucunya sambil merentangkan kedua tangannya yang menunjukkan kalau rumahnya sangat besar.
"Iya, rumah Anara sangat besar. Bahkan bisa buat piknik orang sekampung" ucap Nadia bercanda kemudian menurunkan Anara dari gendongannya.
"Oh ya... Karena kalian udah sampai rumah, kalau begitu Nadia mau langsung pulang dulu" pamit Nadia.
"Eh... Jangan, sarapan dulu bareng sama kita. Pasti kamu belum sarapan kan? Soalnya nggak mungkin anak kost pagi-pagi keluar kalau nggak cari sarapan" ucap Mama Anisa yang melarang Nadia untuk pulang.
"Eh... Nggak usah tante" tolak Nadia dengan kikuk.
"Ayo kak Nadia masuk ke rumah Nara" ajak Anara yang kemudian menarik pergelangan tangan Nadia membuatnya tak bisa menolak permintaan gadis kecil itu.
Nadia menatap ke arah Mama Anisa untuk meminta pertolongan namun malah diabaikan oleh wanita paruh baya itu, akhirnya membuat Nadia pasrah saja. Mereka bertiga masuk yang kemudian menuju ruang makan. Terlihat disana sudah berkumpul tiga laki-laki beda usia yang tengah duduk di ruang makan.
"Papa, coba lihat Anara bawa siapa" seru Anara dengan antusias membuat semua orang yang ada di meja makan menoleh ke arah tiga orang wanita beda usia yang baru saja datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
nara pulang nih bawa calon mamah baru🤭🤭🤭
2023-07-24
0
LlllZzzz
Nasib Nadia baik juga ternyata
baru nyampe kota orang langsung dapat kontrakkan,terbaikkk
2023-07-20
0
Kinan Rosa
wah langsung dapat makan gratis deh
2023-06-14
4