Setelah drama di meja makan yang berakhir dengan makan sebungkus nasi uduk untuk empat orang, akhirnya semua berangkat untuk menjalani aktifitasnya masing-masing. Andre akan pergi ke kantor dan Nadia bersama Anara juga Arnold akan ke sekolah. Sebelum Andre berangkat ke kantor, dia akan mengantarkan anaknya sekolah dulu. Nadia akan menunggu Anara sampai sekolah usai bersama dengan Arnold. Arnold harus ikut dengan Nadia karena khawatirnya nanti Mbok Imah tak bisa menjaganya, terlebih beliau juga punya pekerjaan lain yaitu membersihkan rumah majikannya.
Setelah beberapa menit perjalanan, mobil yang dikemudikan oleh Andre berhenti tepat di sebuah gerbang sekolah tempat Anara akan menimba ilmu. Setelah pamit dengan Andre, Nadia beserta dua bocah itu segera turun dari mobil tanpa drama apapun. Setelah melihat Nadia dan kedua anaknya telah masuk ke halaman sekolah dengan aman, dia segera melajukan mobilnya ke perusahaan.
***
Nadia berjalan berdampingan dengan Anara yang menggandeng tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menggendong Arnold. Arnold yang baru pertama kalinya melihat orang banyak seperti ini sedari tadi tak mau lepas dari gendongan Nadia. Arnold jarang sekali keluar rumah karena memang bayi galak itu tidak suka berpergian terlalu lama.
Banyak sekali ibu-ibu dan pengasuh yang mengantarkan anak-anak masuk di hari pertama sekolah sehingga suasana begitu ramai. Bahkan ada tingkah anak-anak yang sama sekali tak mau ditinggal orangtuanya di dalam kelas. Nadia yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala dan merasa lucu. Ia jadi mengingat dulu saat dirinya masuk pertama kali sekolah juga begitu, tak mau ditinggal oleh ayah dan ibunya. Dia jadi rindu dengan kedua orangtuanya di desa.
Tak terasa setelah berjalan melewati beberapa ruangan kelas, akhirnya mereka bertiga sampailah di depan kelas yang akan Anara tempati. Sudah banyak anak-anak yang duduk disana, ada yang menyendiri dan ada pula yang berkerumun dengan yang lainnya.
"Anara, masuk nggih" ucap Nadia.
"Antarin dulu ke dalam, kak. Anara takut nggak dapat teman" ucap Anara dengan tatapan penuh permohononan.
Karena tak tega dengan tatapan Anara, akhirnya Nadia ikut masuk ke dalam kelas bersama Arnold. Ia ikut membantu Anara memilihkan tempat duduk yang berdekatan dengan siswa perempuan. Setelah mendapatkan tempat duduk, Nadia segera berpamitan keluar karena bel masuk sebentar lagi akan berbunyi.
"Kak Nadia dan Arnold keluar dulu ya. Kami ada di depan kelas kamu, jadi kalau kamu butuh apa-apa bisa langsung keluar kelas. Belajar yang rajin dan nurut sama ibu guru" pesan Nadia.
"Cemangat akak" seru Arnold dengan nada lucunya.
Anara hanya menganggukkan kepalanya dengan semangat, ia mengerti dengan pesan dari Nadia juga semangat dari Arnold. Nadia segera keluar bersama Arnold kemudian bergabung dengan ibu-ibu dan pengasuh anak lainnya di depan kelas. Tak lupa juga dia membeli beberapa cemilan di kantin untuk Arnold agar boccah itu tidak rewel.
***
Saat bel istirahat berbunyi, semua siswa segera keluar dari ruang kelasnya menghampiri ibu dan pengasuh mereka. Tadi Nadia sudah membelikan beberapa bungkus roti dan air minum untuk Anara juga di kantin. Lain kali dirinya akan membuatkan bekal saja karena khawatirnya disana makanannya tidak sehat. Nadia juga lupa kalau anak TK kebanyakan akan membawa bekal dari rumah.
Anara mendekat ke arah Nadia dan adiknya kemudian memakan roti dan susu yang telah dibelikan Nadia. Saat Anara sedang asyik makan dan bercanda bersama dengan Nadia dan adiknya, ia melihat ada seorang teman kelasnya yang duduk di sebuah ayunan sendirian. Bahkan tatapannya terlihat sedih karena melihat banyak anak-anak yang ditemani ibu atau pengasuh mereka di hari pertama masuk sekolah.
"Kak Nadia, Anara kesana dulu ya. Itu ada teman Anara sendirian" ijin Anara sambil menunjuk ke arah temannya.
"Ajak dia kemari saja, Nara" ucap Nadia dan diangguki oleh Anara.
Anara berlalu pergi menuju temannya yang duduk di sebuah ayunan. Nadia hanya memperhatikan saja dari jauh tentang bagaimana Anara membujuk temannya. Sebisa mungkin, sejak dini dia akan mengajarkan Anara untuk bersosialisasi dan membantu teman sebayanya. Walaupun entah sampai kapan juga dia akan menjadi pengasuh kedua bocah itu. Tak beberapa lama, Anara mendekat ke arah Nadia bersama temannya yang menundukkan kepala. Mungkin teman Anara ini adalah tipe yang pemalu.
"Kak Nadia, adek... Kenalin ini namanya Abel, teman sekelas Anara" ucap Anara dengan ceria.
"Wah... Jadi Anara udah punya teman di kelasnya ternyata. Sini-sini kita makan sama-sama" ucap Nadia.
Nadia mencoba membuat Abel merasa nyaman agar tak merasa malu dan takut. Abel yang melihat kalau teman dan keluarganya menerima dirinya dengan baik pun mulai membuka diri dengan bercanda bersama. Abel yang pemalu dan takut dengan orang baru akhirnya mampu bercanda dengan oranglain. Mereka pun makan dan bercanda bersama sampai waktu istirahat selesai.
***
Jam sudah menunjukkan waktunya pulang sekolah. Anara dan Abel keluar dari kelas dengan bergandengan tangan. Nadia yang melihat itu hanya tersenyum saja, ia bersyukur Anara menjadi anak yang mudah bersosialisasi dan selalu ceria walaupun tumbuh tanpa seorang ibu.
Nadia akan pulang menggunakan taksi karena sopir keluarga Andre yang biasa mengantar jemput sedang cuti pulang kampung. Abel ditemani ketiganya menunggu jemputan keluarganya. Tadi Nadia tak sempat bertanya alasan Abel tak ditemani oleh keluarga atau pengasuhnya di hari pertamanya sekolah. Nadia juga tak tega meninggalkan Abel yang tengah menunggu jemputan jadi dia putuskan untuk menemaninya.
Saat mereka tengah duduk menunggu, tiba-tiba ada sebuah mobil mewah yang berhenti tepat di hadapan mereka. Sontak saja Nadia segera bersikap waspada karena takut kalau mobil itu milik penjahat. Pintu mobil terbuka membuat seorang wanita cantik dengan kacamata hitamnya turun dari mobil mewah itu. Wanita dengan tinggi badan semampai dan badan langsing membuatnya bak seperti seorang model. Bak slow motion, wanita itu membuka kacamata hitamnya kemudian membawanya ke atas kepala. Wanita itu segera saja mengalihkan pandangannya ke arah Nadia dan ketiga bocah kecil yang ada disampingnya.
"Mama" seru Anara.
"Butan, ita ndak unya ama" seru Arnold.
Nadia sangat terkejut mendengar seruan dari Anara. Akhirnya Nadia yang melihat perdebatan antara kaka beradik itu hanya diam dan bingung. Sebenarnya ini yang benar siapa. Pasalnya dia belum pernah melihat wajah dari istri ah lebih tepatnya mantan istri Andre.
Anara menatap wanita itu dengan binar cerahnya, sedangkan Arnold menatap dengan tatapan tidak suka. Bahkan Arnold segera saja menyembunyikan wajahnya di dada Nadia. Bahkan kini punggungnya terlihat bergetar, yap Arnold menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Yani
Mau ngapain mmh nya Anara ?
2023-05-28
1
Aniza
jadi mama ny anara masih hidup
dan untuk apa dia dtang kesekolah ny snara?shingga segitu bencinya arnol sama ma² ny
lanjut lgi thooor up ny
2023-01-23
3
Elfrina Binelka
up lg ya thor
2023-01-23
0