Nadia memelototkan matanya saat melihat seseorang yang baru saja memasuki ruang makan milik Nenek Darmi. Seseorang yang beberapa hari ini selalu membuat ulah dengannya bahkan selalu menghina dirinya dengan kata-kata kasarnya. Masih ingat di dalam otaknya kalau dirinya selalu di cap sebagai penculik anak dan perempuan urakan oleh laki-laki yang kini ada dihadapannya. Moodnya yang tadi dalam kondisi baik kini malah memburuk gara-gara kedatangan seseorang yang tak ingin dilihatnya. Nadia mendengus kesal melihat raut tanpa ekspresi dari orang itu.
"Bisa nggak kalau datang nggak usah teriak-teriak? Ini rumah bukan hutan" ketus Nadia.
Seseorang itu yang tak lain adalah Andre, si duda kaya anak dua. Tak kalah dari Nadia, Andre pun ikut melotot tajam ke arah Nadia. Mereka benar-benar beradu tatapan tajam tanpa ada yang mau mengalah. Bahkan tatapan sinis juga ikut beradu diantara dua orang lawan jenis itu.
"Serah gue lah, tenggorokan juga tenggorokan gue. Situ siapa? Sok ngatur-ngatur" ucap Andre dengan ketus.
Entah mengapa saat melihat wajah Nadia saja membuat seorang Andre ingin selalu menghina dan menggoda perempuan itu. Ia hanya gemas dengan ekspresi kesal Nadia saat bertemu dan berbicara dengannya, itu sangat menghibur dirinya. Di tengah-tengah pertarungan panas yang tak ada yang mau mengalah itu, datanglah seorang gadis kecil yang membuat suasana menjadi mencair kembali.
"Kak Nadia..." seru seorang gadis kecil datang membuyarkan tatapan tajam keduanya, dia adalah Anara.
Nadia pun segera mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum ramah kepada Anara yang baru saja datang. Sedangkan Andre hanya menatap julid perubahan mimik wajah dari Nadia itu. Anara berlari memeluk Nadia dengan sayang, kemudian melepaskannya dan menggandengnya untuk membantunya duduk di meja makan.
Tak lama dari Anara yang masuk ke dalam ruang makan, datanglah Nenek Darmi bersama Mama Anisa dan Papa Reza yang menggendong Arnold. Sekarang Nadia tahu bahwa tamu yang ditunggu-tunggu oleh Nenek Darmi adalah keluarga Mama Anisa.
"Loh Nadia udah kenal sama Anara?" tanya Nenek Darmi dengan terkejut.
Nenek Darmi yang baru saja datang terlihat kaget saat Nadia tengah bercanda ria dengan Anara sedangkan Andre hanya berdiri tak jauh dari keduanya dengan muka masam.
"Iya, nek. Bahkan Nadia ini yang bantu Anisa saat bawa barang banyak dan waktu itu juga Anara sedang menangis. Tadi pagi juga kami bertemu di pasar lalu kami akhirnya memutuskan untuk berbelanja bersama" ucap Mama Anisa menjelaskan.
"Oh... Pantesan kok udah kelihatan akrab. Kalau begini nggak perlu lagi kan kalau nenek memperkenalkan Nadia dengan kalian" ucap Nenek Darmi dengan terkekeh.
Nenek pun akhirnya mengajak semuanya untuk duduk menyusul Nadia dan Anara yang sudah duduk terlebih dahulu. Sedari tadi Andre dan Arnold menatap tajam ke arah pemandangan yang ada didepannya yaitu keakraban Nadia dan Anara yang terlihat sedang bercanda. Nadia yang mengetahui itu pun hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh, toh niatnya tak jahat sama sekali. Mungkin saja mereka berdua iri dengan keakraban dirinya dengan Anara, itu yang ada dipikirannya.
Mereka pun memulai makan siang bersama itu dengan suasana kekeluargaan yang begitu kental dan hangat walaupun ada tiga laki-laki yang sedari tadi tak menampakkan ekspresi dan suara apa-apa. Toh itu memang sudah sifat mereka dari dulu.
***
Setelah selesai acara makan siang bersama, mereka semua pergi ke ruang tamu untuk ajang berkumpul dan mengobrol santai. Semuanya bercanda ria menghiraukan tiga laki-laki beda usia yang hanya diam dengan kegiatannya masing-masing. Papa Reza dan Andre yang fokus dengan ponselnya, sedangkan Arnold dengan mainannya.
"Nadia, kata nenek Darmi kamu sedang mencari pekerjaan?" tanya Mama Anisa.
"Iya benar, tante. Beberapa hari kemarin Nadia udah masukin beberapa surat lamaran ke beberapa perusahaan dan toko" jawab Nadia.
"Gimana kalau kamu kerja di tempat tante aja?" tanya Mama Anisa dengan penuh harap.
"Memang kerja apa tante?" tanya Nadia.
"Jadi pengasuhnya Anara dan Arnold" jawab Mama Anisa dengan santai.
Andre dan Nadia yang mendengar hal itu pun seketika memelototkan matanya ke arah mama Anisa seperti tak terima dengan ide yang diberikan. Tak hanya Andre, Arnold yang sudah paham pun seketika saja mencebikkan bibirnya kesal seperti tak setuju dengan usulan neneknya. Sedangkan Anara dengan senang hati menerima usulan dari sang nenek.
"Mama apa-apaan sih? Kan kita udah sepakat kalau nggak akan pakai babysitter. Lagian mana bisa perempuan urakan seperti dia ngurusin Anara dan Arnold. Yang ada kedua anakku bisa ikut jadi urakan kaya dia" ucap Andre dengan kalimat pedasnya.
"Andre nggak boleh bicara seperti itu kepada Nadia. Walaupun penampilannya tomboy tapi dia baik" tegur Mama Anisa.
"Kamu nggak kasihan sama mbok Imah yang udah tua itu harus mengurusi kedua anakmu yang lagi aktif-aktifnya ini?" lanjutnya.
"Kan ada mama dan papa" ucap Andre dengan enteng.
"Mama dan papa sering keluar kota untuk mengurus pekerjaan. Apa iya mereka kami ajak juga? Pasti kamu juga tak mengijinkan bukan?" tanya Mama Anisa.
Mendengar ucapan dari mamanya membuat Andre seketika terdiam untuk berpikir. Dia masih tak rela jika anaknya akan diasuh oleh babysitter. Sedangkan yang lain hanya mendengarkan percakapan antara ibu dan anak itu dalam diam kecuali Nadia yang sedari tadi sudah berkomat-kamit berdo'a agar Andre menolak usulan mamanya.
"Baiklah, aku ijinkan kedua anakku diasuh babysitter, tapi aku tak mau kalau perempuan ini yang menjadi pengasuhnya" putus Andre.
"Dih... Siapa juga yang mau kerja sama anda? Maaf tante Anisa, saya nggak bisa bekerja di tempat tante" ucap Nadia dengan menatap sinis ke arah Andre.
"Pokoknya mama mau Nadia yang jadi babysitter kedua cucuku, tak peduli kalian setuju apa enggak karena mama hanya percaya sama Nadia" putus Mama Anisa.
Andre dan Nadia yang mendengar keputusan dari Mama Anisa pun seketika saja terkejut. Mereka ingin mengajukan protes namun ditatap tajam oleh Mama Anisa seakan-akan ini adalah keputusan final tak dapat diganggu gugat lagi.
"Kalau kalian protes, mama akan nikahkan kalian sekarang juga biar jadi partner mengasuh Anara dan Arnold" ancam Mama Nisa.
Seketika saja keduanya terdiam mati kutu dengan ancaman Mama Anisa. Mereka hanya bisa pasrah dan setuju dengan keputusan yang dibuat oleh Mama Anisa. Nadia akan mulai bekerja pada hari senin besok di rumah Mama Anisa.
Setelah acara bincang-bincang santai dan tawaran pekerjaan itu selesai, keluarga Mama Anisa pamit untuk pulang karena hari sudah akan menjelang sore hari. Sedangkan Nadia membantu Nenek Darmi untuk membereskan ruang makan yang tadi piring dan gelasnya masih belum sempat mereka bersihkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Yani
Bener mmh Anisa nikahkan saja mereka berdua 😁😁
2023-05-28
3
Diana Budhiarti
sabarrr ya Nadia..semangat yg penting ada pemasukan buat bertahan hidup
2023-03-11
1