Nadia masuk ke dalam mobil Andre dengan ketiga bocah yang kini terduduk tenang di kanan kirinya, kecuali Arnold yang duduk di pangkuannya. Nadia melihat ke arah Anara dan Abel yang tampak diam tak seperti tadi yang selalu mengobrol dengan cerianya. Mungkin saja fakta yang baru saja mereka dengar membuat kejiwaannya sedikit terguncang atau mungkin hanya shock saja. Nadia benar-benar tak mengerti, namun dilihat dari wajah keduanya terlihat sekali pancaran kerinduan yang teramat dalam.
Abella Listya F dengan F nya adalah Farda sebagai marga yang diberikan keluarganya. Abella berusia 5 tahun, sama seperti Anara namun sifatnya lebih dewasa dari saudari kembarnya itu. Bahkan di umurnya saat itu yang masih terbilang dua tahun, ia sudah sedikit mengerti dari arti bahwa dirinya harus ikut mamanya dan meninggalkan papa beserta kedua saudaranya. Melihat pertengkaran kedua orangtuanya adalah makanan sehari-harinya sewaktu tinggal dengan papa dan mama kandungnya. Bahkan sampai di keluarga barunya pun ia selalu disuguhkan pemandangan seperti itu. Keluarga papa tirinya tak pernah mau menerimanya, bahkan mamanya juga cuek-cuek saja jika dia mendapatkan penghinaan dari anggota keluarga yang lain.
Kedua orangtua papa tirinya selalu memarahi anaknya jika melihat dia berkeliaran di dalam rumah utama. Tempatnya tinggal adalah di belakang rumah bersama dengan maid yang bekerja disana. Kamar kecil bahkan terlihat seperti gudang pun menjadi tempat istirahatnya setiap malam. Hidup bersama dengan keluarga papa tirinya selama 3 tahun menimbulkan trauma sendiri pada Abel. Hinaan, bentakan, tatapan tak suka, dan pukulan sudah biasa ia telaah mentah-mentah dalam pikiran dan fisiknya. Ia disekolahkan di sekolah Internasional pun karena tak ingin papa kandungnya tahu bagaimana kelamnya kehidupannya selama ini. Ia selalu berdo'a sebelum tidur sambil membawa foto papa kandungnya agar suatu saat nanti dirinya bisa kembali bersama papa dan kedua saudaranya.
***
Setelah beberapa menit tak ada pembicaraan di dalam mobil, akhirnya Anara membuka percakapan di antara keheningan itu.
"Kak Abel..." cicit Anara.
Semua orang yang ada di mobil seketika mengalihkan perhatiannya ke arah Anara yang menundukkan kepalanya. Nadia hanya memperhatikan semua itu sambil tersenyum miris melihat ketiga anak kecil yang belum tahu apa-apa tapi sudah harus menghadapi drama keluarga seperti ini. Seharusnya mereka kini sedang hidup bahagia berkumpul dengan kedua orangtuanya, namun Abel dan Anara harus memikirkan kedua orangtuanya yang berpisah. Ketiga anak itu hanyalah korban dari keegoisan orang dewasa.
"Anara hiks akhirnya kita ketemu lagi, maafkan kakak tidak mengenalimu hiks" ucap Abel dengan menangis.
Abel memeluk Nadia sambil menangis begitu pula dengan Anara yang juga ikut menangis dengan memeluk Nadia dan Arnold. Arnold yang tak tahu apa-apa, seketika saja ikut menangis dengan kencangnya membuat Nadia gelagapan.
"Huaaaa... Hiks... Hiks..."
Ketiga bocah itu menangis bersamaan membuat Nadia bingung harus menenangkan siapa dulu, bahkan ketiganya semua memeluknya dengan erat.
"Lho... Ini kamu kenapa kok jadi ikutan menangis?" tanya Nadia dengan mengelus punggung Arnold yang bergetar.
"Ndak au, akak Nala angis. Anol uga itut angis" ucap Arnold sambil menangis sesenggukan.
Nadia yang paham dengan jawaban Arnold pun hanya bisa menahan tawanya, ada-ada saja alasan bocah kecil itu menangis karena melihat kakaknya menangis. Sungguh Arnold terlihat sangat menggemaskan dimatanya.
"Udah ya, kalian jangan nangis lagi. Kan udah ketemu dan berkumpul lagi semuanya, Papa Andre juga pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk kebahagiaan anak-anaknya" ucap Nadia dengan lembut.
Nadia juga mengelus punggung kecil dua gadis kecil disamping kanan dan kirinya itu secara bergantian. Perlahan ketiganya meredakan tangisannya kemudian tertidur dengan mata yang terlihat sembab sambil memeluk dirinya.
***
Sedangkan di luar sana...
Dua orang dewasa lawan jenis masih saja beradu debat tentang anak-anak mereka. Tak ada yang mau mengalah membuat suasana sedikit panas. Untung saja suasana sekolah sudah sepi dari para siswa, bahkan satpam yang berjaga pun sudah tidak ada di tempatnya. Kalau saja masih ada banyak orang, sudah dipastikan mereka berdua akan menjadi pusat perhatian.
"Abel tetap akan ku bawa. Aku akan melakukan visum pada Abel. Kalau sampai terbukti adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh Abel, akan aku pastikan kalau semua ini masuk ke meja hijau" seru Andre.
"Nggak bisa gitu dong, ndre. Abel juga anakku dan aku tak mengijinkan dia melakukan visum karena aku memang tak pernah melakukan kekerasan seperti apa yang kamu tuduhkan. Lebam yang ada di pergelangan tangan Abel itu ,murni karena dia terjatuh" ucap Aneta.
"Kalau memang alasan kamu itu benar adanya, kamu tak perlu takut membiarkan Abel melakukan visum" sindir Andre.
Andre melihat wajah Aneta yang terlihat panik ketika ia menyatakan akan melakukan visum kepada Abel. Terlihat sekali setiap berbicara dengannya, ia selalu mengalihkan perhatiannya tak mau memandang ke arah tatapan tajam mata Andre. Dari gerak tubuhnya, dia terlihat sekali sedang gelisah dan seperti berpikir dengan ucapan yang akan dia lontarkan.
Aneta terdiam mendengar apa yang diucapkan Andre, dia sudah tak bisa lagi membalas kalimat yang di ucapkan mantan suaminya itu. Aneta sudah kehabisan kata-kata dan alasan untuk mempertahankan argumennya.
"Terserah, mau kau ambil Abel juga ambillah. Dia juga tak berguna untukku, yang ada malah nyusahin hidupku dan suamiku" putus Aneta.
Setelah mengatakan hal itu, Aneta segera saja berjalan menuju mobilnya kemudian menutup pintu mobil dengan kerasnya membuat Andre yang berada di dekatnya kaget. Andre juga tak menyangka dengan ucapan yang terlontar dari mantan istrinya itu, definisi menajdi ibu yang gagal menurut Andre.
Brakkk...
Brummm.... Brummm....
Mobil milik Aneta melaju dengan kencangnya saat pemiliknya memasuki mobil. Andre yang melihat hal itu hanya geleng-geleng kepala sembari berdo'a semoga Aneta segera mengalami kecelakaan agar tak mengganggu kehidupannya dan anak-anaknya kelak.
Melihat mobil milik Aneta sudah menjauh, Andre segera saja berjalan menuju mobilnya berada. Ia segera masuk ke dalam mobil dan terlihatlah ketiga anaknya yang tertidur terlelap dengan bersandar pada tubuh Nadia. Posisi mereka benar-benar terlihat sangat nyaman.Andre hanya tersenyum tipis melihat pemandangan itu, seraya berdo'a semoga kelak ketiga anaknya bisa saling menyayangi sampai dewasa nanti. Sedangkan Nadia duduk sambil fokus dengan ponsel miliknya, namun dia tahu kalau Andre memasuki mobil sembari melihat ketiga anaknya.
"Huft... Lagi-lagi jadi sopir" gumam Andre kemudian duduk di balik kemudi.
Nadia yang mendengar gumaman Andre hanya terkekeh geli saja. Ia tak menyangka Andre yang sangat dingin ketika awal bertemu ternyata kadang bersikap tak kalah absurd seperti dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
evvylamora
Sedih amat Thor, ayoo ambil hak asuh Abel, koq jd nangis bacanya 😭😭😭
2023-08-01
0
evvylamora
typo Thor, diatas usianya 5 thn, dibawah dua thn..
2023-08-01
0
Nur Qamariah
sopir nyonya nadia
2023-07-26
0